Hampir semua negara di dunia punya peristiwa kelam dalam sejarahnya. Semisal Cina yang punya sejarah kelam pembantaian di lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989, atau bagaimana demokrasi Perancis yang diagung-agungkan itu justru dimulai dari kekacauan saat penjara Bastille diserang oleh rakyat Perancis di tahun 1789 dan diakhiri dengan "drama" pemenggalan kepala raja Louis XVI. Indonesia pun punya peristiwa G30S/PKI tahun 1965 yang pahit, namun selalu menjadi bagian sejarah bangsa.
Begitu pula dengan Taiwan . Tanggal 28 Februari besok mungkin hanya kita kenal sebagai sebuah hari libur biasa. Bebas sementara dari tugas-tugas kuliah. Tapi bagi Taiwan , inilah hari dimana sebuah peristiwa berdarah akan dikenang untuk menjadi pelajaran menuju bangsa yang maju, demokratis dan bersatu.
Taiwan pun, seperti halnya kebanyakan wilayah-wilayah di Asia , tidak lepas dari penjajahan yang selalu berganti. Mulai sejak para pelaut Portugal menemukan pulau ini dan menamakannya sebagai pulau yang indah (Isla de la Formosa), kemudian berganti ke tangan Belanda, berganti lagi ke tangan Spanyol yang mendirikan Fort Santo Domingo di daerah Danshui, sampai akhirnya berada dibawah kekuasaan dinasti Ming.
Tapi kedatangan kolonialis yang silih berganti itu belum menjadi puncak dari sejarah Taiwan, sampai akhirnya Jepang menguasai pulau setelah berakhirnya perang Cina-Jepang tahun 1895 yang ditandai dengan kalahnya kekaisaran Cina.
Syahdan 50 tahun lamanya Jepang berkuasa di Taiwan , sampai berakhirnya perang dunia II tahun 1945. Keadaan yang benar-benar kacau untuk seluruh wilayah Asia lagi. Tambah kacau juga bagi Taiwan , akibat pecahnya perang saudara di Cina antara kaum nasionalis (Kuomintang) pimpinan Chiang Kai Shek melawan kaum komunis (Kung Chang Tang) pimpinan Mao Zedong. Kaum nasionalis kalah, seluruh Cina daratan dikuasai komunis, dan tidak ada opsi tersisa kecuali menyingkir ke "pulau tak bertuan" yang ditinggalkan Jepang karena baru saja kalah perang ini. Dan disinilah sejarah Taiwan , Republic of China, benteng kaum Nasionalis Cina dimulai. Tapi rupanya permulaan ini tidaklah mulus.
2 tahun pemerintahan awal Kuomintang di Taiwan dari tahun 1945 - 1947 ditandai dengan ketidakpuasan penduduk lokal Taiwan . Karena awal sejarah republik di Taiwan tidaklah seindah sekarang, tetapi penuh dengan korupsi, nepotisme, kegagalan ekonomi, dan represivitas pemerintahan Chiang Kai-Shek yang waktu itu dianggap "orang asing" karena berasal dari Cina daratan. Ditambah lagi benturan sejarah yang tidak bisa dielakkan di pulau kecil ini. Penduduk Taiwan sudah 50 tahun berada dibawah kekuasaan Jepang dan dipengaruhi budaya Jepang, termasuk dididik dengan sistem pendidikan Jepang dan ada juga yang mempraktekkan Shinto. Sedangkan Kuomintang yang menyingkir dari Cina daratan adalah musuh besar Jepang di perang dunia II. Dan friksi itu pun timbul, hanya tunggu momen untuk pecah.
Dan asal tahu saja, friksi ini pecah kemudian karena alasan yang sangat sepele. Tanggal 27 Februari 1947, seorang petugas kepolisian Taiwan memukul wanita tua penjual rokok karena dianggap berdagang secara gelap. Maka sumbu kecil ini jadi bara yang kemudian terbakar hebat. Tepat keesokan harinya, 28 Februari 1947, kerusuhan massal pecah di kota Taipei . Kantor polisi yang ada di sekitar kota dirusak massa , dan para polisi pun dipukuli warga yang beringas. Aparat yang ada saat itu tidak punya pilihan lain selain main keras. Ujungnya pun bisa diduga, banyak rakyat sipil jadi korban karena tembakan senapan mesin, tusukan bayonet, bahkan termasuk beberapa waninta yang diperkosa sebelum dibunuh. Sampai sekarang jumlah pasti korban peristiwa 28 Februari 1947 ini tidak pernah dikeluarkan oleh pemerintahan Taiwan .
Tapi kekerasan aparat rupanya tidak meredakan masalah, minggu-minggu berikutnya hampir seluruh pulau Formosa justru dikuasai oleh penduduk lokal yang memberontak terhadap pemerintahan baru Chiang Kai-Shek. Barulah pintu negosiasi dibuka yang kemudian menghasilkan tuntutan agar pemerintahan yang baru saja tiba dari Cina daratan ini untuk segera mereformasi pemerintahan yang ada, dan memulihkan kondisi ekonomi yang ada. Konon karena persitiwa 28 Februari inilah Chiang Kai-Shek akhirnya tersadar untuk membangun pemerintahan yang kuat di Taiwan untuk bisa kembali berkuasa di Cina daratan.
Peristiwa berdarah 28 Februari ini awalnya dianggap tabu untuk dibicarakan, sampai mantan presiden Taiwan, Lee Teng-Hui memberikan permintaan maaf secara luas kepada publik di tahun 1995 atas peristiwa 28 Februari (228 incident) yang berlangsung berpuluh-puluh tahun sebelumnya. Dan mulailah peristiwa 28 Februari menjadi sebuah penyadaran bagi masyarakat Taiwan untuk perdamaian, kehidupan yang demokratis, dan juga kehidupan yang lebih baik.
Maka 28 Februari pun kemudian dijadikan sebagai hari libur nasional. Di tahun 2004, hari itu bahkan dihiasi dengan rantai manusia terpanjang di Taiwan untuk mengkampanyekan perdamaian untuk Taiwan yang masih berkonflik dengan Cina daratan. Dan jadilah 28 Februari jadi hari nasional yang tidak bisa terpisahkan dari Taiwan .
Maka jika ada kawan-kawan yang kebetulan berada di Taipei , mungkin bisa iseng-iseng berkunjung ke sebuah taman kota yang lokasinya tidak jauh dari stasiun MRT NTU Hospital . Mungkin taman itu tidak lebih terkenal ketimbang Taipei 101, bioskop Miramar, Maokong Gondola, atau Kebun Binatang Taipei. Tapi taman itu diberi nama sesuai sejarah kelam itu, 228 Peace Memorial Park. "Taman Kenangan Perdamaian 28 Februari", walaupun hari itu 61 tahun yang lalu tidak ada perdamaian, yang ada darah yang tertumpah dan amarah yang membuncah. Dan jika masih ingin iseng-iseng berjalan, tak jauh dari 228 park juga teman-teman akan menemukan sebuah papan plank kecil dalam bahasa Cina. Di lokasi itulah dulu pernah berdiri pos polisi Yidingmu. Pusaran seluruh sejarah insiden 28 Februari 1947. Disitulah polisi yang memicu insiden ini dulu bertugas, dan disitulah pulalah peluru pertama dalam insiden 28 Februari ditembakkan. The first bullet in the 228 incident. Peluru yang ditakdirkan jadi pemicu pertumpahan darah di pulau kecil ini.
28 Februari, sebuah sejarah kelam yang demi masa depan dinamakan sebagai hari kenangan perdamaian di Taiwan (和平紀念日). Bagi rakyat Taiwan mungkin ini adalah sebuah kenangan buruk. Tapi dari situlah terbetik sebuah harapan agar pertumpahan darah yang terjadi dijadikan pelajaran untuk membangun perdamaian yang lebih baik ke depan.
Selamat menikmati libur sehari, libur 28 Februari di Taiwan . Semoga Indonesia pun belajar dari sejarah gelapnya untuk masa depan yang lebih baik.
Rizki Ramadhani (馬富月)
Taipei , Taiwan
No comments:
Post a Comment