Tuesday 28 October 2008

Tolong jauhi saja saya (untuk orang-orang dari masa laluku)

Tulisan ini saya tujukan untuk orang-orang dari masa laluku. Siapakah mereka ?? Sudahlah, kalau mereka kebetulan membaca tulisan ini maka mereka akan tahu sendiri. Apakah perlu saya ulangi cerita itu ?? Cerita buruk yang sudah saya kubur dalam-dalam bertahun-tahun lamanya, wahai rekan-rekanku di PPSDMS Angkatan 1 dahulu dan juga para bekas tandzim kampus UI angkatan 2001.

Waktu demi waktu sudah berlalu. Saat ini di facebook, multiply, atau segala macam situs jaringan sosial maupun melalui chat kalian mencoba untuk. Tapi tidak, saya tidak akan pernah melupakan hal itu.

Untuk kawan-kawanku di PPSDMS Angkatan 1 Regional 1. Izinkanlah saya mengutarakan kekecewaan masa lalu saya. Kita memang mengalami masa-masa berat 2 tahun itu. Masa-masa berat dimana kita melalui setiap aktivitas, evaluasi, dan kegiatan lainnya bersama-sama. Banyak dari kalian mengatakan, kalau kita sudah saling mengetahui satu sama lain. Oh tidak, tidak, tidak sama sekali. Aku ingat sekali kawan, 2 tahun dimana sebagian besar dari kalian memperlakukannya aku seolah-olah anak kecil yang selalu diperolok-olok. Bagi kalian aku tidak pernah dewasa. Kalian menunggu aku hanya untuk memperolok-olok aku. Dan apakah sikap itu berubah selepas keluarnya kita dari PPSDMS ??? Tidak, tidak sama sekali. Di setiap email yang ada di milis, di setiap kesempatan kita bertemu di pertemuan alumni, pandangan kalian tak pernah berubah. Aku kalian anggap tetap sama seperti anak kecil yang bebas kalian perolok-olok. Aku masih ingat kawan, ingat dengan baik. Di satu hari di tahun 2003 saat kita bersama-sama ke Bandung, dimana aku meneteskan airmata karena tidak tahannya hati ini mendengar olok-olokan kalian. Aku masih ingat itu. Itu tidak pernah terlupakan, dan aku tidak pernah menerimanya !!!!!! Tidak sedikitpun !!!!! Dan kalian katakan bahwa kalian memahami aku seperti layaknya seorang saudara ????? Tidak, kalian tidak memahami aku sama sekali. Kalian tidak mengerti siapa aku. Dalam pandangan kalian orang tidak pernah bisa berubah, orang akan selalu kerdil. Aku pun tidak merasa perlu mengenal kalian lagi.

Beberapa diantara kalian juga berkonflik denganku di politik kampus. Kita yang makan bersama, tinggal bersama, dan pada saat kita berada di kampus kita malah menjadi musuh yang saling mematikan. Mau dibungkus dengan kata-kata seindah apapun, pada dasarnya kita adalah musuh yang saling mematikan. I'm sleeping with the enemy. Mana mungkin aku berpura-pura kita sahabat sepanjang waktu ??? Sudahlah ....

Dan rekan-rekan mantan tandzim, kita berkonflik hebat. Sampai detik-detik terakhir kita di kampus, kita pun masih bertempur hebat. Saat aku didakwa dengan tuduhan bukan ADK, saat aku ditimpa oleh kebijakan konyol semacam qoror, amniya, dan tetek bengek keyakinan dahulu, yang semuanya menyakitkan. Apakah masalah itu selesai ?? Tidak !! Masalah itu tidak pernah selesai !! Karena masalah itu tidak pernah mau diselesaikan. Aku sudah mencoba, tapi kita masing-masing lebih memegang prinsip kelompok masing-masing. Masalah dibiarkan mengendap seiring dengan waktu, dan berharap bahwa waktu akan menyembuhkan semuanya. Diam sajalah, waktu pasti akan menyembuhkan semuanya. Apakah begitu ?? Tidak, tidak sama sekali. Inilah seburuk-buruk cara untuk menyelesaikan masalah, waktu tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang tidak pernah dibicarakan di mulut. Mulut kita selalu diam, aku pernah mencoba berteriak, dan kalianpun cuma diam. Apakah kalian kemudian berharap bahwa setelah bertahun-tahun kemudian kita bisa datang seolah tidak pernah ada sesuatu yang terjadi ??? TIDAK !!!!!! Luka itu masih ada. Luka itu akan selalu ada seperti bekas paku yang tercerabut.

Tapi sudahlah, apa gunanya sumpah serapah saat ini. Saya tidak bisa memaafkan, mungkin tidak akan pernah bisa memaafkan. Tapi saya berjanji akan melupakannya. Demi Tuhan jika saya bisa memutar kembali waktu, saya ingin sekali tidak pernah menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia, saya ingin sekali tidak pernah menandatangani kontrak PPSDMS. Apalah jadinya sebuah kemasyhuran jika kenyatan yang ada di baliknya jauh lebih banyak yang pahit ????

Sudahlah, kita bukan saudara. Kita memang bukan saudara, karena antara kita tidak pernah ada sikap seperti layaknya saudara. Apakah gunanya menyebut saudara jika hanya di bibir saja ???

Sudahlah, tolong hentikan. Tolong jauhi saya wahai kalian dari masa laluku, kalian orang-orang yang tidak pernah ingin kuingat lagi. Aku sudah menentukan siapa dari masa laluku yang masih ingin aku kenang. Sedikit memang, tapi sudahlah mungkin itu yang terbaik yang tersisa. Sudah tak perlu perbaiki hubungan antara kita. Maaf tak akan memperbaiki jembatan hubungan yang sudah patah di masa lalu.

Bagi saya kalian bukanlah saudara wahai orang-orang dari masa laluku. Mari kita lupakan saja. Aku senang dengan hidupku saat ini. Jujur aku senang melupakan kalian, dan ku pun terus berusaha melupakan disini. Saya tak ingin memperbaiki hubungan apapun di antara kita lagi. Tak perlu lagi mencoba mencari saya lagi. Jika kalian masih menghormati saya, tolong jauhilah saya. Mari kita tak perlu mengenal satu sama lain. Mungkin ini yang lebih baik.

Terima kasih.

Saturday 25 October 2008

Aksi terbesar di Taipei dalam 6 bulan ini




馬英九認錯, 馬英九認錯
(Ma3 Ying1 Jiu3 Ren4 Cuo4, Ma3 Ying1 Jiu3 Ren4 Cuo4)

President Ma must apologize, president Ma must apologize !!!!

Itulah teriakan yang terus bergema saat tak kurang dari setengah juta rakyat Taiwan turun ke jalan memprotes kebijakan presiden Taiwan, Ma Ying-jeou, dalam aksi massa terbesar di Taipei sejak dilantiknya presiden Ma pada 20 Mei 2008 yang lalu. Massa yang diorganisir oleh Democratic Progressive Party (DPP), rival Kuomintang yang telah mengusung Ma dalam pemilihan presiden, seolah ingin menunjukkan tajinya sebagai pihak oposisi. Tidak tanggung-tanggung, 2 mantan presiden Taiwan sebelum Ma yakni Lee Deng-hui dan Chen Sui-bian ikut mendukung aksi ini. Lee tidak ikut dalam barisan demonstran, tetapi memberi restu akan jalannya aksi ini. Sementara Chen sendiri ikut turun bersama para peserta aksi yang berangkat dari Zhongxiao East Road.

Massa berangkat dari 5 titik di sekitar kota Taipei dengan tujuan akhir menuju istana kepresidenan yang terletak di distrik Zhongzheng di pusat kota. Salah satu dari titik konsentrasi massa yang cukup besar ini adalah di pintu gerbang utama National Taiwan University. Massa berkumpul sejak pagi sebelum melakukan long march di siang harinya. Disinilah mereka berorasi menuntut permohonan maaf presiden Ma serta mempertegas kembali tentang kemerdekaan Taiwan dari Cina daratan.

Ma Ying-jeou, yang leluhurnya berasal dari kawasan Xinjiang-Uighur di Cina daratan yang mayoritas dihuni oleh etnis muslim Cina, memang dikenal dengan kebijakannya yang lebih pro-Cina daratan. Sejak dalam masa kampanye, Ma dan Kuomintang sudah menekankan perlunya rekonsiliasi dan perbaikan hubungan dengan Cina daratan walaupun tetap dalam bingkai independensi Taiwan.

Maka sejak saat itulah dibuka keran hubungan Cina dan Taiwan yang selama ini hampir jarang terjadi. Penerbangan langsung dari Taipei menuju Shanghai dan Nanjing sudah dibuka. Pertukaran pelajar antara pelajar lokal Taiwan dan pelajar dari Cina daratan pun sudah dibuka - semisal 20 orang mahasiswa cina daratan yang diterima dalam proses exchange student di NTU pada Agustus September lalu.

Celakanya, gayung bersambut presiden Ma dan kebijakan pro-Cina nya tidak disambut baik oleh Cina sendiri. Cina jelas tidak mau melepaskan Taiwan dari wilayah kedaulatannya, terlepas fakta bahwa Taiwan memiliki presiden dan UU layaknya sebuah negara yang berdaulat. Di samping itu beberapa kebijakan perdagangan Cina-Taiwan justru menghantam Taiwan sendiri. Taiwan cukup kerepotan pada kasus susu melanine asal Cina yang santer pada dua bulan yang lalu, mengingat Taiwan pun ikut mengimpor susu ini dari Cina. Yang lebih parah lagi adalah rencana Cina untuk tidak mengakui ijazah Taiwan dan tidak mau menerima orang-orang yang lulus dari universitas-universitas di Taiwan. Padahal Taiwan sudah berbaik hati dalam paket kebijakan pendidikan dengan akhirnya mau menerima secara resmi mahasiswa dari Cina daratan yang ingin belajar di Taiwan. Hal yang seolah-olah merupakan tikaman dari belakang untuk Taiwan.

Maka mengamuklah pula para kaum intelektual Taiwan. Beberapa orang dosen dari NTU dan NTUT pun ikut serta dalam aksi massa kemarin.

Dalam protesnya, para demonstran meminta presiden Ma meminta maaf atas kebijakan pro-Cinanya. Demonstran bahkan memamerkan poster yang menunjukkan "pikiran jahat" Cina serta gambar Kuomintang dan Partai Komunis Cina yang digambarkan sebagai dua ekor anjing yang sedang berpelukan mesra. Teriakan-teriakan agar presiden Ma mundur dari jabatannya pun terlontar dari para demosntran.

Beberapa mahasiswa Cina di Taiwan sendiri pun ikut terkena dampak aksi ini walaupun secara tidak langsung. "I feel hostile", demikian pengakuan seorang rekan mahasiswa asal Nanjing, Cina daratan di NTU saat saya tanyakan. Ini menunjukkan betapa mereka pun cukup ketar-ketir dengan status mereka sebagai warga negara Cina daratan di pulau Formosa ini.

Beberapa massa masih ada yang berkemah di sekitar Ketagalan Road yang menuju ke arah istana presiden sampai malam tadi. Belum ada kepastian kapan aksi ini berakhir. Namun yang jelas ini merupakan guncangan di awal masa kepemimpinan presiden Ma.

Di saat mata dunia sedang sibuk untuk melihat konflik antara Kosovo dan Yugoslavia atau bagaimana Rusia menginvasi Georgia pada bulan-bulan kemarin, nampaknya mereka cukup naif untuk melihat dua Cina yang terus berkonflik ini. Padahal apa yang ditunjukkan para demonstran kemarin sudah mewakili aspirasi sebagian besar penduduk Taiwan selama ini, jauh sejak dahulu saat Chiang Kai-shek memimpin para kaum nasionalis menyeberang untuk mendirikan pemerintahan yang terpisah dari daratan di tahun 1949. Sikap independenden ini juga terus bertahan sampai sekarang terlepas dari kemenangan Kuomintang. Lihatlah saja bagaimana di buku Audio Visual Chinese, buku kurikulum pengajaran bahasa Mandarin untuk warga negara asing, seluruh teks yang mengandung kata-kata zhongguo (中國) di cetakan pertama diganti dengan Taiwan (台灣) di cetakan kedua yang dipakai sekarang. Referendum yang pernah dilaksanakan di akhir pemerintahan Chen Sui-bian, yang menunjukkan bahwa 90% warga Taiwan menyatakan mereka terpisah dari Cina daratan sudah cukup jelas menggambarkan, TAIWAN IS NOT CHINA.

Baru 6 bulan terhitung sejak presiden Ma dilantik dan menjalankan tugasnya, namun pukulan berat sudah banyak terjadi pada kebijakan pro-Cina daratannya. Menarik untuk ditunggu akan seperti apa akhir kebijakan ini nantinya.



- Rizki, yang gagal minta kaos demonstran buat oleh-oleh. Mata gw mesti gw sipitin dikit kali (^_^). Semoga gak terhambat urusan ke Hongkong nanti. -

Friday 10 October 2008

The Melody of Sun Moon Lake (日月潭)

Taipei, 11 Oktober 2008


Tanggal 10 Oktober kemarin adalah hari libur untuk memperingati hari Revolusi China (Wuchang Day). Artinya ditambah dengan libur akhir pekan hari Sabtu dan hari Minggu ini, maka total ada 3 hari libur di Taiwan. Libur panjang. Dan jika ada libur panjang, maka artinya .......... jalan-jalan lagi (^_^). Yup, kemarin saya dan istri menggunakan waktu libur untuk berjalan-jalan ke salah satu obyek wisata terkenal di Taiwan. Danau terbesar sekaligus salah satu flagship sites Taiwan, ini juga adalah flagship Taiwan ke-7 yang sudah saya datangi, apalagi kalau bukan ...SUN MOON LAKE.

Sun Moon Lake yang indah, Sun Moon Lake yang luar biasa, dan Sun Moon Lake yang ramai. Sebetulnya sih kami berangkat agak telat dari Taiwan. Pukul 09.00 menggunakan HSR dari Taipei kemudian menunggu agak lama untuk bis Nantou yang menuju ke Sun Moon Lake. Perjalanan ke Sun Moon Lake juga cukup lama. Kami baru sampai pukul 13.30 siang. Itu berarti 3 jam perjalanan dari stasiun HSR ke Sun Moon Lake. Mungkin karena bisnya berhenti dulu di kota kecil Puli. Orang-orang di Sun Moon Lake pun cukup ramai, mungkin karena liburan panjang ini. Tetapi Alhamdulillah cuaca cukup cerah sehingga pemandangan pun bisa dinikmati dengan baik.

Sun Moon Lake, mission begin !!!!

Sun Moon Lake adalah danau terbesar di Taiwan dengan luas mencapai 7.93 kilometer persegi. Letaknya kurang lebih pada 748 meter diatas permukaan laut dengan kedalaman danau mencapai 27 meter. Aslinya danau ini berbentuk bulan dan matahari jika dilihat dari atas. Itulah kenapa danau ini dinamakan Sun Moon Lake. Akan tetapi perkembangan alam dan zaman telah membuat bentuk kawasan ini berubah sehingga bentuknya pun tidak sama lagi.

View over Sun Moon Lake

Air danaunya cukup jenih dan masih terjaga dengan baik. Ada beberapa tempat di pinggir danau yang sudah dibangun kawasan-kawasan dan resort wisata. Namun di tempat lainnya masih bisa kita temui kawasan hutan yang asri dan belum dijamah sama sekali.

Jika nanti kalian kesini, ada dua cara menarik yang bisa dilakukan untuk menikmati keindahan danau. Pertama adalah tur dengan menggunakan perahu. Harganya adalah 300 NT untuk satu orang, agak mahal tapi cukup memuaskan. Karena kita akan langsung diajak mengelilingi tempat-tempat wisata di sekitar danau yang memakan waktu kurang lebih satu setengah jam untuk mengitari danau. Cara kedua adalah menyewa skuter kecil dari pusat administrasi Shuishe. Harganya sekitar 150 per jam, namun kita bisa dapat harga yang lebih murah untuk penyewaan yang lebih lama.

On the boat in Sun Moon Lake

Ada beberapa tempat yang menarik di Sun Moon Lake. Pertama yang paling berkesan bagi saya adalah pulau Lalu (Lalu Island) yang terletak di tengah danau. Mirip seperti pulau Samosir yang terletak di tengah danau Toba. Pulau Lalu ini dianggap oleh orang-orang Aborigin di sekitar danau sebagai tempat arwah nenek moyang mereka bersemayam. Saat ini pulaunya hampir tenggelam dan hanya menyisakan bagian di tengah saja yang masih utuh. Tetapi pemerintah Taiwan telah berusaha menjaga keutuhan pulau ini sehingga mereka memasang dok mengapung di sekitar pulau, sehingga pulau pun bisa terjaga dengan baik. Kita bisa merasakan gerak pulau yang naik turun seolah mau tenggelam disini. Benar-benar menyenangkan.

On Lalu Island

On Lalu Island, with fellow Taiwanese

Yang kedua adalah desa aborigin Thao yang terletak di dok Dehua (德化碼頭). Suku Aborigin Thao adalah penduduk asli wilayah Sun Moon Lake yang sudah mendiami wilayah ini sejak berabad-abad yang lalu. Desa Thao ini adalah pusat seni budaya masyarakat Thao yang masih ada serta dibuka untuk pengunjung semuanya. Mungkin ini adalah untuk kesekian kalinya saya mengunjungi desa Aborigin Taiwan. Jadi tidak asing lagi dengan lagu-lagu serta hasil kesenian yang mereka pajang. Namun cukup menarik juga disini, karena suku Thao adalah suku Aborigin yang berbeda dari suku-suku lainnya yang ada di Taiwan.

At the Thao tribe village

Beberapa kuil yang ada di sekitar Sun Moon Lake juga cukup menarik untuk dikunjungi. Saya dan istri kebetulan mengunjunginya dengan menggunakan skuter sewaan. Kuil pertama adalah kuil Wunwu yang terletak tidak jauh dari jalan akses Puli-Sun Moon Lake. Kuil ini pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Jepang di Taiwan dan merupakan kuil tertua yang ada disini. Kuil Konghucu ini terletak tepat di pinggir danau. Dari sini pemandangan ke arah danau sangan indah. Kita bisa menikmati arsitektur kuil yang cukup unik ini atau juga bisa turun ke arah danau lewat tangga tahun, tangga dimana saat kita menapakinya seolah-olah kita sedang menapaki tahun-tahun hidup kita yang sudah lewat.

The Wunwu Temple

Sunset over Wunwu Temple

Kuil lain yang bisa kita nikmati adalah kuil Syuanzang. Ini adalah kuil yang diberi nama sesuai dengan nama biksu terkenal dalam kisah Kera Sakti. Yup, Syuanzang adalah nama biksu yang mengemban tugas untuk membawa kitab suci dari India ke Cina dalam kisah kera sakti. Kuil ini adalah kuil yang dibuat untuk menghormatinya. Kita bisa melihat replika patung Syuanzang dan juga patung Buddha yang sedang tertidur disini.

Inside Syuanzang Temple

Sebenarnya ada beberapa kuil lainnya yang cukup bagus disini semisal kuil Syuanguang atau pagoda Cihen yang dibuat Chiang Kai Shek untuk menghormati ibunya. Sayangnya karena waktu yang tidak mencukupi membuat kami berdua tidak bisa mengunjungi semua tempat yang ada. Walaupun demikian, saya pribadi sudah cukup puas pada waktu mengunjungi pulau Lalu dan kuil Wunwu. Ditambah lagi pada malam harinya ada pesta kembang api di Sun Moon Lake untuk memperingati 10 Oktober. Benar-benar sebuah petualangan yang luar biasa.

Ah .... tak terasa dalam total 8 bulan dan 9 hari sejak Februari 2008, saya sudah mengunjungi 7 situs flagship yang ada di Taiwan. Wow, luar biasa magnificent. 7 obyek wisata yang menarik tidak hanya karena keindahan alaminya, tetapi juga pengelolaannya yang cukup baik. Saya jadi bertanya-tanya apakah bisa obyek wisata kita di Indonesia seperti ini ?? Dikelola dengan baik dan mendatangkan keuntungan devisa yang luar biasa. Karena sebenarnya kita punya potensi untuk itu. Lihat saja, Danau Toba jelas-jelas lebih besar dari Sun Moon Lake. Dan kita pun memiliki daerah hutan lindung yang jauh lebih besar, beragam, dan lebih luas ketimbang Taiwan. Tetapi sekali lagi pengelolaan yang tidak baik dan benarlah yang membuat wisata di Indonesia kurang terkenal. Sudah saatnya mengubah hal itu. OK, 7 flagship sites Taiwan untuk 7 World Heritage Sites di Indonesia.

Puas sekali jalan-jalan, saatnya kembali ke buku. Ini untuk terakhirnya kalinya terpesona, ke depannya harus mempesona. OK, semangat belajar dan kuliahnya Rizki. Lupakan masa lalu, maju terus meraih masa depan yang lebih baik.

- Rizki -