Thursday, 28 February 2008

228 Memorial ............

Hampir semua negara di dunia punya peristiwa kelam dalam sejarahnya. Semisal Cina yang punya sejarah kelam pembantaian di lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989, atau bagaimana demokrasi Perancis yang diagung-agungkan itu justru dimulai dari kekacauan saat penjara Bastille diserang oleh rakyat Perancis di tahun 1789 dan diakhiri dengan "drama" pemenggalan kepala raja Louis XVI. Indonesia pun punya peristiwa G30S/PKI tahun 1965 yang pahit, namun selalu menjadi bagian sejarah bangsa.

Begitu pula dengan Taiwan . Tanggal 28 Februari besok mungkin hanya kita kenal sebagai sebuah hari libur biasa. Bebas sementara dari tugas-tugas kuliah. Tapi bagi Taiwan , inilah hari dimana sebuah peristiwa berdarah akan dikenang untuk menjadi pelajaran menuju bangsa yang maju, demokratis dan bersatu.


Taiwan pun, seperti halnya kebanyakan wilayah-wilayah di Asia , tidak lepas dari penjajahan yang selalu berganti. Mulai sejak para pelaut Portugal menemukan pulau ini dan menamakannya sebagai pulau yang indah (Isla de la Formosa), kemudian berganti ke tangan Belanda, berganti lagi ke tangan Spanyol yang mendirikan Fort Santo Domingo di daerah Danshui, sampai akhirnya berada dibawah kekuasaan dinasti Ming.

Tapi kedatangan kolonialis yang silih berganti itu belum menjadi puncak dari sejarah Taiwan, sampai akhirnya Jepang menguasai pulau setelah berakhirnya perang Cina-Jepang tahun 1895 yang ditandai dengan kalahnya kekaisaran Cina.
Syahdan 50 tahun lamanya Jepang berkuasa di Taiwan , sampai berakhirnya perang dunia II tahun 1945. Keadaan yang benar-benar kacau untuk seluruh wilayah Asia lagi. Tambah kacau juga bagi Taiwan , akibat pecahnya perang saudara di Cina antara kaum nasionalis (Kuomintang) pimpinan Chiang Kai Shek melawan kaum komunis (Kung Chang Tang) pimpinan Mao Zedong. Kaum nasionalis kalah, seluruh Cina daratan dikuasai komunis, dan tidak ada opsi tersisa kecuali menyingkir ke "pulau tak bertuan" yang ditinggalkan Jepang karena baru saja kalah perang ini. Dan disinilah sejarah Taiwan , Republic of China, benteng kaum Nasionalis Cina dimulai. Tapi rupanya permulaan ini tidaklah mulus.

2 tahun pemerintahan awal Kuomintang di Taiwan dari tahun 1945 - 1947 ditandai dengan ketidakpuasan penduduk lokal Taiwan . Karena awal sejarah republik di Taiwan tidaklah seindah sekarang, tetapi penuh dengan korupsi, nepotis
me, kegagalan ekonomi, dan represivitas pemerintahan Chiang Kai-Shek yang waktu itu dianggap "orang asing" karena berasal dari Cina daratan. Ditambah lagi benturan sejarah yang tidak bisa dielakkan di pulau kecil ini. Penduduk Taiwan sudah 50 tahun berada dibawah kekuasaan Jepang dan dipengaruhi budaya Jepang, termasuk dididik dengan sistem pendidikan Jepang dan ada juga yang mempraktekkan Shinto. Sedangkan Kuomintang yang menyingkir dari Cina daratan adalah musuh besar Jepang di perang dunia II. Dan friksi itu pun timbul, hanya tunggu momen untuk pecah.

Dan asal tahu saja, friksi ini pecah kemudian karena alasan yang sangat sepele. Tanggal 27 Februari 1947, seorang petugas kepolisian Taiwan memukul wanita tua penjual rokok karena dianggap berdagang secara gelap. Maka sumbu kecil ini jadi bara yang kemudian terbakar hebat. Tepat keesokan harinya, 28 Februari 1947, kerusuhan massal pecah di kota Taipei .
Kantor polisi yang ada di sekitar kota dirusak massa , dan para polisi pun dipukuli warga yang beringas. Aparat yang ada saat itu tidak punya pilihan lain selain main keras. Ujungnya pun bisa diduga, banyak rakyat sipil jadi korban karena tembakan senapan mesin, tusukan bayonet, bahkan termasuk beberapa waninta yang diperkosa sebelum dibunuh. Sampai sekarang jumlah pasti korban peristiwa 28 Februari 1947 ini tidak pernah dikeluarkan oleh pemerintahan Taiwan .

Tapi kekerasan aparat rupanya tidak meredakan masalah, minggu-minggu berikutnya hampir seluruh pulau Formosa justru dikuasai oleh penduduk lokal yang memberontak terhadap pemerintahan baru Chiang Kai-Shek. Barulah pintu negosiasi dibuka yang kemudian menghasilkan tuntutan agar pemerintahan yang baru saja tiba dari Cina daratan ini untuk segera mereformasi pemerintahan yang ada, dan memuli
hkan kondisi ekonomi yang ada. Konon karena persitiwa 28 Februari inilah Chiang Kai-Shek akhirnya tersadar untuk membangun pemerintahan yang kuat di Taiwan untuk bisa kembali berkuasa di Cina daratan.

Peristiwa berdarah 28 Februari ini awalnya dianggap tabu untuk dibicarakan, sampai mantan presiden Taiwan, Lee Teng-Hui memberikan permintaan maaf secara luas kepada publik di tahun 1995 atas peristiwa 28 Februari (228 incident) yang berlangsung berpuluh-puluh tahun sebelumnya. Dan mulailah peristiwa 28 Februari menjadi sebuah penyadaran bagi masyarakat Taiwan untuk perdamaian, kehidupan yang demokratis, dan juga kehidupan yang lebih baik.

Maka 28 Februari pun kemudian dijadikan sebagai hari libur nasional. Di tahun 2004, hari itu bahkan dihiasi dengan rantai manusia terpanjang di Taiwan untuk mengkampanyekan perdamaian untuk Taiwan yang masih berkonflik dengan Cina daratan. Dan jadilah 28 Februari jadi hari nasional yang tidak bisa terpisahkan dari Taiwan .


Maka jika ada kawan-kawan yang kebetulan berada di Taipei , mungkin bisa iseng-iseng berkunjung ke sebuah taman kota yang lokasinya tidak jauh dari stasiun MRT NTU Hospital . Mungkin taman itu tidak lebih terkenal ketimbang Taipei 101, bioskop Miramar, Maokong Gondola, atau Kebun Binatang Taipei. Tapi taman itu diberi nama sesuai sejarah kelam itu, 228 Peace Memorial Park. "Taman Kenangan Perdamaian 28 Februari", walaupun hari itu 61 tahun yang lalu tidak ada perdamaian, yang ada darah yang tertum
pah dan amarah yang membuncah. Dan jika masih ingin iseng-iseng berjalan, tak jauh dari 228 park juga teman-teman akan menemukan sebuah papan plank kecil dalam bahasa Cina. Di lokasi itulah dulu pernah berdiri pos polisi Yidingmu. Pusaran seluruh sejarah insiden 28 Februari 1947. Disitulah polisi yang memicu insiden ini dulu bertugas, dan disitulah pulalah peluru pertama dalam insiden 28 Februari ditembakkan. The first bullet in the 228 incident. Peluru yang ditakdirkan jadi pemicu pertumpahan darah di pulau kecil ini.


28 Februari, sebuah sejarah kelam yang demi masa depan dinamakan sebagai hari kenangan perdamaian di Taiwan (和平紀念日). Bagi rakyat Taiwan mungkin ini adalah sebuah kenangan buruk. Tapi dari situlah terbetik sebuah harapan agar pertumpahan darah yang terjadi dijadikan pelajaran untuk membangun perdamaian yang lebih baik ke depan.

Selamat menikmati libur sehari, libur 28 Februari di Taiwan . Semoga Indonesia pun belajar dari sejarah gelapnya untuk masa depan yang lebih baik.



Rizki Ramadhani (
馬富月)
Taipei , Taiwan




Monday, 25 February 2008

The Story of Azalea


Taipei, 26 Februari 2008

Akhir musim dingin dan awal musim semi di Taipei selalu sama. Aneh. Dingin yang tidak begitu jelas dengan suhu yang rendah dan cukup menusuk tulang, tapi tidak ada salju yang turun. Hanya hujan rintik, tidak terlalu deras, yang selalu turun dari langit. Sesekali matahari mengintip namun panasnya tidak juga mengusir dingin ini pergi.

Di suatu ketika saat peralihan dua musim inilah, aku melihat bunga Azalea yang mekar. Bukan di taman atau di pegunungan, tetapi di lapangan parkir sepeda dekat asrama. Namun hadirnya cukup mencolok, mekar sendirian di tengah ranting-ranting bebungaan lain yang rontok dan berguguran selama musim dingin. Sangat indah, 漂亮.

Azalea memang cocok untuk tumbuh di tempat yang dingin, walaupun dingin di Taipei tidaklah begitu jelas. Dan jenis bunga ini sangat terkenal di beberapa bagian Asia Timur, seperti Korea Selatan, Jepang, dan termasuk juga Taiwan. Khusus di Taipei, bunga Azalea merupakan bunga resmi yang juga dijadikan sebagai lambang kota. Dialah "sakura" bagi kota Taipei.

Di pergantian musim dingin dan musim semi, saat manusia melangkah malas dan menggigil kedinginan di utara pulau Formosa, justru merupakan waktu puncak bagi bunga Azalea untuk mekar. Cukup aneh memang, bahwa kondisi tidak nyaman bagi manusia justru menjadi saat-saat yang menguntungkan bagi makhluk hidup yang lain untuk tumbuh dan bermekaran.

Ada kedamaian tersendiri saat aku melihat bunga ini. Azalea yang luar biasa.

Thursday, 14 February 2008

OST Ayat-ayat Cinta



Taipei, 15 Februari 2008

Alhamdulillah, dapat juga video sundtracknya Ayat-ayat Cinta. Filmnya sih memang agak aneh. Tetapi saya akui syair lagunya sangat menyentuh. Hanya satu orang yang teringat dalam benakku saat mendengar lagu ini, istriku tercinta Alia Prima Dewi yang sudah 6 bulan tidak pernah kulihat lagi wajahnya. I miss her very much. Anyway, video ini pun bisa didownload dari URL :

http://www.youtube.com/watch?v=aRPORLQCXwE&feature=related

============================================================


Ayat-ayat Cinta OST by Rossa (Made by Adam Huud)




Desir pasir di padang tandus
Segersang pemikiran hati
Terkisah ku di antara cinta yang ruhwi

Bila keyakinanku datang
Kasih bukan sekedar cinta
Pengorbanan cinta yang agung kupertaruhkan


Reff :

Maafkan bila ku tak sempurna
Cinta ini tak mungkin kucegah
Ayat-ayat cinta bercerita
Cintaku padamu

Bila bahagia mulai menyentuh
Seakan ku bisa hidup lebih lama
Namun harus kutinggalkan cinta
Ketika ku bersujud


Bila keyakinanku datang
Kasih bukan sekedar cinta
Pengorbanan cinta yang agung kupertaruhkan


Reff :

Maafkan bila kutak sempurna
Cinta ini tak mungkin kucegah
Ayat-ayat cinta bercerita
Cintaku padamu

Bila bahagia mulai menyentuh
Seakan ku bisa hidup lebih lama
Namun harus kutinggalkan cinta
Ketika ku bersujud


Ketika ku bersujud






Kang Abik dan Ayat-ayat Cinta

Tak ada satu penulis novel cinta bernuansa Islam yang saat ini lebih terkenal dibanding Habiburrahman El Shirazy atau biasa dipanggil kang Abik. Ayat-ayat cintanya sudah diangkat ke layar lebar, sementara dwilogi pembangun jiwanya dalam "Ketika Cinta Bertasbih" laris manis di pasaran. Walaupun dua novel terakhirnya tidak pernah bisa saya selesaikan. Bukan tidak mau, atau tidak ada waktu. Tetapi saya pun bingung mengapa saya tidak bisa menyelesaikan buku "Ketika Cinta Bertasbih" yang begitu penuh penghayatan, tidak begitu jauh dengan masterpiece Ayat-ayat Cinta.

Tidak dipungkiri, seorang penulis cerita yang jenius adalah mereka bisa membuat cerita yang membawa pembacanya untuk tidak sekedar membaca. Tapi juga menghayati isi bacaan yang ditulisnya dengan bahasa yang sederhana tapi menghanyutkan. Jika misalnya tulisan itu menulis tentang cinta, maka si pembaca diajak untuk menghayati tentang cinta itu. Jika tulisan itu mengenai kemiskinan, maka si pembaca! pun terhanyut dalam relung-relung kesusahan lahir dan batin serta bisa meresapinya. Bahkan jika kisah itu bercerita tentang dendam dan kebencian, maka si pembaca pun terhanyut untuk merasakan seperti apa dendam dan kebencian yang dirasakan di dalam buku. Hanya sedikit penulis yang seperti itu. Saya pribadi merasakan hal itu dalam beberapa karya sastra semisal Sir Arthur Conan Doyle dalam seri-seri Sherlock Holmesnya atau beberapa syair Jalaludin Rumi.

Kang Abik bisa dibilang sedikit masuk ke kategori itu. Sedikit karena spesialisasinya adalah soal-soal berbau "cinta". Dan memang penghayatan itu bisa sangatlah dalam jika kita melihat karya-karya beliau. Ditambah dengan begitu banyaknya pemuda-pemudi Islam di tengah benturan peradaban modern namun tengah mencoba mencari makna cinta dalam Islam, buku-buku kang Abik makin menemukan segmen pembacanya di Indonesia. Impian tentang mendapatkan jodoh dan pujaan hati, berbalut keindahan suasana kota Mesir yang selalu tercantum di bukunya, dan akhir yang indah. Orang bisa bilang ini hanya mimpi, tapi inilah impian semua orang. Sangat manusiawi, sangat manusiawi.

Dan justru karena karya sastra beliau sangat manusiawi itulah terkandung pula kelemahannya. Karena "cinta" yang awam adalah cinta yang penuh dengan emosi. Sedih, gembira, gelisah, kecewa, dan sebagainya. Dan saat cinta bertemu dengan emosi manusiawi itulah timbul kelemahan. Apalagi jika tidak memahami seperti apa cinta tidak diletakkan dengan baik dan benar. Maka cinta akan terbagi ke dua kutub. Di satu kutub ada mereka yang dimabuk cinta dan disisi lain ada barisan patah hati.

Makanya jika dicermati, dalam karya-karya kang Abik pun ada tokoh-tokoh patah hati. Dalam Pudarnya Pesona Cleopatra tokoh itu adalah Raihanna, istri yang tersia-sia sampai akhir hidupnya dan sang suami yang menyesal di akhir. Dalam Ayat-ayat Cinta, tokoh itu adalah Maria Ghirgis yang baru menemukan cintanya di nafas-nafas terakhir hidupnya. Dalam Ketika Cinta Bertasbih 1, tokoh itu adalah Fadhil sang pemuda Aceh yang dengan tegar bernasyid pada pernikahan gadis yang sedianya akan dia lamar namun urung terjadi. Sedangkan di buku Ketika Cinta Bertasbih 2, tokoh itu adalah Furqan Andi Hassan yang harus kehilangan gadis impiannya hanya karena ketidak tahuannya terhadap penyakit AIDS. Pembaca karya kang Abik mungkin akan lebih terbawa pada kisah tokoh utamanya yang selalu happy ending. Siapa yang tidak ingin bahagia seperti Fahri di Ayat-ayat Cinta atau Azzam di dwilogi Ketika Cinta Bertasbih. Dan wajar jika seorang penulis lebih memfokuskan alur kisah pada sang tokoh utama.

Namun pernahkah kita berpikir kalau kita berada tidak sebagai pemeran utama yang happy ending, tapi justru pada si patah hati itu ?? Tentu akan begitu menyedihkan. Bagaimanakah kiranya kesedihan Fadhil dibawa dalam Ketika Cinta Bertasbih, dan adakah dia menemukan ganti yang lebih baik, sampai akhir buku pun tidak diceritakan. Makanya, bagi mereka yang menggilai "Ayat-ayat Cinta" dan sebangsanya, saya justru melihat kelemahan lain dari sisi ini. Pada tokoh patah hati yang jauh lebih tidak jelas nasibnya.

Baiklah, kita bisa berkata bahwa setiap orang punya takdirnya sendiri. Dan tidak sehelai daun pun jatuh ke bumi kecuali atas izin Allah, apalagi masalah jodoh. Namun kita berhadapan dengan hati manusia, yang setelah terluka belum tentu akan langsung sembuh. Butuh waktu, butuh proses dan entah apa yang akan terjadi dalam proses dan waktu itu. Sebuah hikmah pun kadang akan terasa sakit jika diingat. Jika hikmah itu adalah sebuah harapan, dan harapan itu kemudian tidak terjadi. Entah dalam bentuk perjodohan yang tidak tercapai, optimisme akan nilai ujian yang bagus namun rupanya tidak tercapai, hangusnya peluang mendapat beasiswa karena salah melihat deadline tanggal, dan lain sebagainya.

Begitupun jika cinta hanya dimaknai sebagai nuansa "merah jambu". Padahal di seberang pemenang ada si patah hati. Seperti halnya kisah romantis Marc Anthony dan Cleopatra dibangun diatas keping-kepingan hati dan keruntuhan kekuasaan Julius Caesar yang juga mencintai Cleopatra. Seperti halnya kawan yang pernah mengatakan kepada saya "Ayat-ayat cinta cuman cocok buat orang yang mau nikah, bukan buat orang yang lagi patah hati". Manusiawi, punya kelebihan dan kekurangan sekaligus.

Entahlah, saya pun masih belajar untuk semuanya di universitas kehidupan. Maka saat kita berbicara mengenai cinta, mengenai harapan, syair-syair Cinta, pandanglah dengan jernih. Dia impian idealita di satu sisi, dan kepastian untuk kehilangan di sisi lain. Namun tidak akan rugi orang yang menempatkan cintanya pada sesuatu yang Maha Tinggi, dia yang menganugerahkan cinta untuk dikenal oleh manusia.

Tempatkan cinta di tempat yang benar, di sisi Allah, SWT. Dan.......bacalah apapun yang bermanfaat . Reader today, leader tomorrow.

Salam.


- Nobody is perfect
- I am nobody


Rizki Ramadhani
Taipei, Taiwan
15 Februari 2008

Tuesday, 12 February 2008

Pesan "cinta" apa di "Ayat-ayat Cinta" ???

Sekedar komentar mengenai film "Ayat-ayat Cinta" karya Hanung Bramantiyo.

"Inikah film yang diangkat dari novel Ayat-ayat Cinta itu ?". Mungkin inilah pertanyaan di kepala saya selepas menyaksikan film Ayat-ayat Cinta. Sudah tidak terhitung kawan-kawan yang nyeletuk soal ini, sampai menunggu kapan film ini dirilis. Menarik, mungkin karena filmnya adalah film yang diangkat dari salah satu novel Islami terlaris karangan Habiburrahman El Shirazy, dengan isi yang penuh penghayatan terhadap cinta dan cukup mengharu biru, dengan dibungkus latar kisah anak manusia di negeri Mesir.

Pantas saja orang kemudian bertanya-tanya apa jadinya jika novel yang penuh nilai-nilai spiritual seperti ini kemudian diangkat kedalam film. "Cinta" seperti apa yang kemudian dibicarakan, sementara tafsir cinta sendiri begitu banyak dibicarakan dalam berbagai karya-karya Islam, tidak hanya dalam novel Ayat-ayat Cinta yang menjadi sumber film ini ?

Sebagai muslim, saya meyakini bahwa cinta tertinggi adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan cinta-cinta yang lain bersumber dari cinta tertinggi ini. Sayangnya cinta hampir selalu diidentikkan dengan nuansa "merah jambu", kisah kasih dua muda-mudi yang merasa dunia menjadi milik berdua. Maka "cinta" pun terjebak saat akan digambarkan. Seperti apa esensi cinta yang terlukis ?? Dia bisa jadi agung dan mengharu biru di satu sisi, namun kemudian berubah menjadi picisan di sisi lain.

Film "Ayat-ayat Cinta" ini pun masih terjebak dalam problema yang sama. Tokohnya memang sama persis. Masih ada Fahri, mahasiswa Indonesia yang kuliah di Al-Azhar Mesir dengan sifatnya yang sederhana, taat beribadah, dan senang membantu, Maria Ghirghis seorang Kristen Koptik yang tinggal di lantai atas flat milik Fahri dan memendam cinta pada Fahri, dan Aisha sang gadis Jerman keturunan Turki yang kaya raya namun bersahaja. Ditambah juga tokoh-tokoh lain seperti Noura, Syaiful, Nurul, dan lainnya.

Alur pun secara umum masih sama, walaupun dengan penyesuaian dan pemotongan di sana sini. Sayangnya titik berat film ini lebih banyak pada masalah Fahri di pengadilan. Sedangkan awal film yang semestinya bisa memberi penggambaran tentang proses pernikahan yang baik dan bagaimana pertimbangan Fahri dalam memilih pasangan sebagai contoh seorang pemuda yang ingin menikah banyak tidak tergambar utuh, sehingga yang tampak malah seorang Fahri yang diburu gadis-gadis. Lengkap dengan surat cintanya masing-masing. Porsi tentang muhasabah menuju jenjang pernikahan yang semestinya bisa menjadi penyampaian pesan "Ayat-ayat Cinta" justru tidak tergambar baik.

Dengan bersumber pada sebuah novel yang bernafaskan nilai-nilai keislaman, "Ayat-ayat Cinta" pun sebaiknya ditampilkan dengan hati-hati. Sudah semestinyalah adegan-adegan yang "berlebihan" seperti (maaf) adegan berciuman tidak perlu ditampilkan di film "Ayat-ayat Cinta" ini, agar tidak menimbulkan bias pada pesan cinta yang ditampilkan. Bukunya pun tidak pernah sampai menuliskan peristiwa berciuman seperti yang ditampilkan di film.

Walaupun demikian, film ini bukannya tanpa bagian yang menarik. Adegan 20 menit terakhir film ini mungkin akan menjadi pertentangan antara mereka yang pro dan anti poligami. Bukan apa-apa, adegan Fahri yang kemudian beristri dua dengan Aisha dan Maria ini digambarkan dengan jelas lengkap dengan seluk beluk permasalahannya. Entah apakah ini improvisasi sang sutradara. Karena di bukunya, walaupun Fahri menikahi Maria, pernikahan itu begitu singkat dikarenakan penyakit Maria yang sudah tidak bisa disembuhkan lagi sampai akhirnya meninggal. Tapi ayat-ayat Cinta versi layar lebar justru memperpanjang kisah pernikahan yang kedua ini, menimbulkan beda yang besar dengan yang ada di buku, dan alur yang bias walaupun tetap dengan ending sebuah kematian. Saya sedang tidak membahas tentang poligaminya, tapi penonton bisa menyimpulkan sendiri nanti setelah menyaksikan film ini.

Saya pribadi berpendapat sebaiknya "Ayat-ayat Cinta" tak perlu difilmkan. Biarkan dia tetap di buku dan interpretasinya diserahkan kepada masing-masing orang yang membaca. Pesan dan penghayatan akan cinta kepada manusia atas dasar cinta kepada Yang Maha Kuasa lebih tercapai, ketimbang berusaha menampilkannya dalam bentuk yang setengah-setengah sehingga penonton akan bingung apakah dia menyaksikan sebuah film bertemakan Islam dengan pesan cinta ataukah malah sebuah film remaja.

Saya juga berharap film ayat-ayat Cinta ini pun memang digarap sebelumnya secara profesional. Karena begitu banyaknya film-film atau sinetron-sinetron Indonesia yang dicap plagiat dengan banyak menyadur unsur-unsur dari film lain.Film "Ayat-ayat Cinta" pun sama. Musik latar yang dipakai pada adegan pernikahan Fahri dan Aisha yang penuh kegembiraan jelas-jelas diambil dari musik latar film Taegukgi dari Korea Selatan, yang ironisnya justru menceritakan tentang perang Korea yang tragis. Musik latar ini pun begitu sering dipakai dalam berbagai adegan dalam film Ayat-ayat Cinta. Entah apakah Hanung Bramantiyo sebagai sutradara sudah mendapatkan izin untuk menggunakan lagu ini dalam filmnya. Ada juga musik-musik latar yang saya rasa diambil dari film lain, tapi saya kurang tahu jelas. Saya harapkan sih minimal memang sudah ada izin, karena sungguh memalukan kalau sekali lagi film Indonesia masih meneruskan budaya "plagiarisme" -nya.


Semoga film "Ayat-ayat Cinta" juga tidak menimbulkan kesan cinta muda-mudi yang berlebihan. Apalagi saya pernah mendengar kabar bahwa film ini akan dirilis pada tanggal 14 Februari nanti yang justru bertepatan dengan Valentine's Day. Akan begitu aneh jika itu terjadi sedangkan film ini justru diangkat dari sebuah novel yang menggunakan nilai-nilai Islami.



Rizki Ramadhani
Taipei, Taiwan

13 Februari 2008


Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.
__._,_.___ Messages in this topic (1)

Saturday, 9 February 2008

Pingtung Journey Day 3 - 4

Taipei, 9 Februari 2008

Berikut lanjutan mengenai kisah perjalanan di Pingtung.

Day 3 - 4 : 5 - 6 Februari 2008

Hari ketiga berada di Pingtung adalah hari terakhir di tahun Cina yang lama (tahun Babi), jadi malam harinya akan ada perayaan tahun baru Cina khususnya di desa tempat kami menginap. Kami cuman mengunjungi 2 tempat pada hari kedua. Pertama ke Agricultural Expo & Exhibition di Pingtung dimana diadakan pameran hasil-hasil pertanian dan perkebunan. Lumayan rame sih, dan juga unik-unik. Terutama terowongan labu yang cukup panjang dimana kita bisa lihat labu-labu berukuran besar bergelantungan dalam bentuk yang macam-macam. Ada yang melingkar seperti ular, ada yang seperti UFO, ada yang seperti lentera Cina, bahkan ada juga yang seperti............(oops, jangan dilanjutin deh he...he.....)

Area taman bunga mungkin adalah area yang paling menarik. Bunga-bunga yang ada disini cukup bagus semua, dan juga bisa dibeli jika kita mau. Ting Feng-Chun, kawan Taiwanku, rupanya sangat mengerti juga mengenai bunga walaupun dia sendiri mahasiswa departemen perikanan. Dia yang kemudian menjelaskan jenis-jenis bunga yang ada disana. Anggrek kuning Taiwan mungkin yang paling bagus menurutku dari semua yang ada disitu. Mungkin karena warnanya yang mentereng ya. Pengen beli sih sebenarnya, cuman aku orang yang kurang telaten kalau merawat sesuatu terutama kalau punya peliharaan seperti hewan atau tetumbuhan. Jadi takutnya bunganya cepat mati. Yah paling tidak dapat kesempatan foto dengan bunga lah he..he......

(With a very beautiful flower)

(Padang bunga matahari yang indah)

Pulang dari Agirucultural Expo lupanya sulit banget. Bis cuman lewat di daerah situ sekitar satu jam sekali, taksi pun jarang benget. Jadi deh kita harus menelepon taks dari pusat kota untuk menjemput kita di sana. And guess what ??? Tujuan selanjutnya adalah pabrik bir.........!! Yup, si Ting membawa kita untuk melihat pabrik bir Tsingtao yang merupakan merek bir paling terkenal buatan Taiwan sendiri. Saya dan Rocky ikut aja sih, asalakn gak minum bir deh he...he...

Pabrik yang cukup besar, dan juga diceritakan mengenai asal mula perkembangan perusahaan bir tersebut semenjak pabriknya masih berada di Cina daratan. Minum bir sih memang sudah budaya di Taiwan dan Cina. Dari mulai habis makan biasa sampai acara-acare besar seperti tahun baru Cina bir selalu disajikan. Makanya hati-hati kalau kesini, jangan kepleset malah minum bir. Dan jangan sekali-kali salah nyebut minta jiu (酒) kalau lagi makan disini, karena itu artinya arak he...he.....

Kita cuman jalan-jalan ke dua tempat memang di hari ketiga. Karena ada sesuatu yang penting yang mau kita lakukan. Yup...kita mau masak masakan ala Indonesia untuk Ting dan keluarga (walaupun masakannya versi anak kost yang selalu serba careless he...he....). Setelah selesai belanja sebentar di pasar tradisional Pingtung, mulai deh masak-masaknya. Rencananya sih mau bikin bakwan, rendang, dan ikan goreng. Aku kebagian ngurus bakwan, sedangkan urusan masak daging-dagingan dikerjakan oleh Rocky. Sebenarnya sih kita bikinnya rada amburadul sedikit. Apalagi aku dengan bakwanku. Aduuh....jadi malu. Untungnya sih ada orang Indonesia yang tinggal disitu yang ikut bantuin kita. Dia kebetulan nikah sama orang Taiwan dan karena dia tetangganya keluarga Ting, maka diajak untuk ketemu kita. Eh...gak tahunya malah bantuin masak. Lumayanlah.

Bakwanku sih rada ancur, tapi rendangnya Rocky juga ha...ha....ha......Awalnya sih keren cuman kayaknya kuahnya kebanyakan, lagian bumbu rendang instan ala Indofood sepertinya tidak bisa menggantikan bumbu rendang yang dibuat pake tangan sendiri. Untuk kamuflase, jadinya kita tambahin kol banyak-banyak ke rendangnya. Pas disajikan sih katanya 好吃 sama Ting dan keluarganya. Dan gak ada yang sakit perut juga tuh....he...he.....Jadi bisa dikatakan menu kita sukses berat untuk level anak kost yang cuman biasa masak nasi plus mie instan ha...ha.....

Malam harinya baru deh diadakan pesta menyambut tahun baru Cina. Rame banget di desa itu. Menarik juga melihat ritual tarian naga dan meminta keberuntungan yang dilakukan oleh anak-anak kecil disana. Ada pentas musik dan tarinya juga, dari tari tradisional sampai break dance (hmmm....break dance di pesta tahun baru Cina ???). Yah ikut ajalah dulu. Disini Rocky patilin aku nih, katanya kita berdua mau nyanyi bareng. Eh pas giliran tampil malah dianya kabur sendiri, dan ngedorong-dorong aku buat nyanyi (sialan banget !!!!!!). Yah apa boleh buat deh nyanyi setahu gw aja apa lagu yang ada di kepala. Yang itu gak usah dikenang deh. Yang lumayan aku dapat dua doorprize disini. Tambahan selimut satu, dan satu pak sabun mandi (apa maksudnya gw disuruh mandi dulu yah ?????). Si Rocky malah gak dapat apa-apa ha...ha...... Kuwalat loe ky.

Capek banget tuh nonton semalaman. Jadinya tidur nyenyak banget di malam tahun baru Cina. Hari pertama tahun baru Cina (hari ke-4 kami di Pingtung), kami habiskan sepenuhnya di rumah. Rupanya orang Taiwan pada hari pertama tahun baru Cina lebih memilih untuk tinggal di rumah dan tidak pergi kemana-mana. Mereka melakukan ritual awal tahun. Seperti memasang kertas-kertas berwarna untuk meminta keberuntungan, membakar uang-uang kertas untuk dipersembahkan kepada nenek moyang, bakar dupa dan berdoa dan banyak lagi. Kami sih tidak ikut ritual-ritual ini tentu saja. Tetapi cukup menarik juga untuk diamati. Dan juga akhirnya aku tahu beberapa penjelasan mengenai ritual tahun baru Cina ini.

Tahu gak kenapa pas tahun baru Cina orang-orang yang merayakannya pada pasang segala sesuatu yang berawarna merah ?? Mulai dari kertas berwarna merah, lentera merah, dan lain-lain ?? Rupanya dalam kepercayaan mereka, di awal tahun yang baru akan ada iblis yang mengganggu rumah-rumah. Iblis ini takut dengan warna merah, itulah kenapa mereka banyak menggunakan warna merah untuk barang-barang yang dipake dalam acara ritual (jadi tahu juga kan kenapa kuil-kuil banyak yang dicat merah ???). Juga ada bakar-bakaran petasan seperti biasa. Petasan ini pun bukan untuk sekedar main-main, tetapi ada maksudnya juga. Petaan ini dinyalakan untuk mengusir iblis yang suka mengganggu di awal tahun baru itu. Suara bising petasan dipercaya bisa mengusir roh-roh jahat yang suka mengganggu.

Hmm.....lumayan juga bisa mempelajari budaya Cina.

- 馬富月-

Friday, 8 February 2008

Pingtung Journey Day 1 - 2 (Part 2)

Taipei, 9 Februari 2008

Day 1 -2 : 3 - 4 Februari 2008

OK, sesudah berkunjung ke Aquarium, kami baru sadar bahwa belum makan siang. Jadi deh mampir sebenatar untuk makan makanan favoritku ....Mie sapi (牛肉面). Aku suka banget menu yang satu ini, mungkin sejak pertama kali makan menu yang sama di restoran Cina muslim dekat Sun Yat-Sen memorial hall. Jadi ketagihan. Kalau kebetulan mampir di lab pesan menu yang sama he....he.....Kebetulan disini nampang sebentar sebelum cabut buat jalan-jalan berikutnya.

(Nampang bentar sebelum makan Mie sapi bareng Rocky)


Habis makan siang, lanjut lagi deh jalan-jalannya. Sekarang langsung menuju bibir pantai. Kami berhenti sebentar untuk melihat pantai di sekitar hotel Yoho daerah Kenting. Jujur pantainya sih berbatu dan kurang bagus. Tapi kapan lagi bisa jalan-jalan ke Pantai di Taiwan. Jadinya loncat-loncatan antar batu karang dan .....foto lagi deh he.....he.....


(Pantai Kenting, menantang badai selatan Taiwan)


OK, the journey continues. Rupanya kawan kami Ting Feng-Chun bikin kejutan. Dia mengajak kami untuk main gokart di pinggir pantai. Kebetulan terdapat arena main gokart khusus di pinggir pantai Pingtung yang cukup murah. Di sirkuit pertama OK deh aku kalah telak dari Ting dan Rocky. Fiuhhh...bukan apa-apa, takut juga rupanya injak pedal gas dalam-dalam walaupun itu hanya sebuah gokart sekalipun. Beneran deh...aku cabut kata-kataku yang bilang bahwa balapan itu mudah. Gak mudah sama sekali. Keputusan menginjak gas dan rem harus benar-benar tepat. Jadi deh urutan buncit di sirukit yang pertama.

Teru terang sih aku gak puas, jadinya nyoba sirkuit kedua yang lumayan bagus. Bagus karena lintasannya jauh lebih panjang, dan waktu permainannya pun lebih lama. Apalagi salah satu tikungan di sirkuit gokart kedua ini mirip banget dengan tikungan terkenal curva parabolica di sirkuit Monza, Italia (wuiihhhhh...hiperbolis banget). So enak banget dijajal, walaupun mesin gokartku sempat ngadat. Yang penting lagi....disini gw menang dari Rocky he...he....(sorry buddy). Jadi ingat juga pada salah satu legenda balap Formula 1, pembalap legendaris Brazil Ayrton Senna. Si raja Monaco (karena dialah pemegang rekor kemenangan terbanyak di sirkuit jalan raya Monte Carlo) dan juga pembalap yang dikenal mampu memaksimalkan kemampuan mobil sampai batas maksimal. Luar biasa kalau begitu bagaimana cara dia mengendalikan mobil. Yet he was not an ordinary racer. Anyway, nih aku waktu lagi in action di sirkuit Monza-nya Pingtung. He...he...

(Melibas Curva Parabolica-nya sirkuit Monza versi Pingtung)

Kami sempat makan-makan sebentar di daerah pertokoan di Kenting. Aku beli gantungan kunci kecil disana. Kebetulan saat itu aku bingung melihat sebuah mercusuar yang dijadikan lambang Kenting dan Pingtung pada umumnya. Aku baru tahu kalau rupanya mercusuar itu jadi lambang Kenting dan Pingtung secara umum. Maka menujulah kita kesana sebagai tujuan terakhir.

Jika Taipei terkenal dengan Taipei 101-nya, maka Pingtung dan khususnya Kenting terkenal dengan mercusuar yang putih bersih yang bernama mercusuar Eluanbi. Nama asli mercusuar ini adalah Goran, bahasa aborigin lokal yang berarti kapal layar. Awalnya dibangun tahun 1888 oleh dinasti Qing dengan tujuan untuk meingkatkan keamanan dan keselamatan di daerah ini dimana kecelakaan laut sering terjadi. Saat Jepang menguasai Taiwan, mercusuar ini sempat rusak parah namun kemudian direnovasi kembali. Yang menarik dari mercusuar Eluanbi adalah bahwa inilah satu-satunya mercusuar di dunia yang dilengkapi dengan persenjataan. Karena dulunya mercusuar ini menjadi sasaran serangan warga aborigin lokal, sehingga mercusuar ini sangat dilindungi. Mercusuar ini masih memancarkan cahaya sampai saat ini walaupun tidak dipakai lagi. Gantinya mercusuar Eluanbi menjadi landmark dan salah satu dari 8 obyek wisata terkenal di Taiwan. Berikut gambar mercusuar Eluanbi yang saya dapat di internet.

(Mercusuar Eluanbi, Pingtung Taiwan)

(In front of Eluanbi Lighthouse, beautiful moment)


(Bersama kawan-kawan di tugu Eluanbi, tugu obyek wisata terbaik ke-8 di Taiwan)

(Pantai Kenting, dilihat dari arah mercusuar Eluanbi)

Wuahh....dua hari aja cukup lelah badan jalan-jalan. Hmm....apa yah yang terjadi di hari ketiga sampai kelima ???? He...he....wait for the next writings.



Rizki Ramadhani
Taipei, Taiwan


Pingtung Journey Day 1 - 2 (Part 1)

Taipei, 8 Februari 2008


Maaf kalau lama tidak online. Soalnya tanggal 3 - 7 Februari kemarin saya sedang berada di Pingtung untuk liburan (homestay) musim dingin. Acara homestay ini sebenarnya diatur oleh Office of International Affair (OIA) National Taiwan University untuk mahasiswa internasional dengan tujuan lebih memperkenalkan mengenai Taiwan dan budayanya.

Pingtung (屏東) sendiri adalah kota yang cukup menyenangkan. Cuacanya cukup hangat, tidak dingin seperti di Taipei. Soalnya Pingtung adalah propinsi atu daerah yang terletak di bagian paling selatan dari Taiwan, sehingga setiap harinya cukup banyak diguyur sinar matahari. Lihat aja petanya di bawah.

Hmmm......liburan yang menyenangkan sih. Apalagi melihat secara langsung perayaan Tahun Baru Cina disini. Tapi itu bukan cerita selengkapnya, so let's go to the whole story and explore the beauty of Pingtung.


Day 1 - 2 : 3 - 4 Februari 2008

Oleh OIA, aku ditempatkan untuk bersama dengan kawan bernama Ting Feng-Chun yang kuliah di Departemen Perikanan National Taiwan University. Ting Feng-Chun sendiri tinggal di Pingtung. Aku pergi ke Pingtung bersama kawanku Rocky. Berangkat pada pukul 16.00 pm dari Taipei Main Station.

Perjalanannya cukup jauh dan melelahkan. Maklum, ini perjalanan dari Taipei di sebelah utara ke Pingtung yang letaknya di ujung paling selatan. 5 jam perjalanan dengan hanya transit sekali di Taichung untuk menjemput penumpang.

Kami tiba sekitar jam 9 malam di rumah keluarga Ding. Sudah terlalu larut dan aku pun sudah cukup capek saat itu, jadinya tidak terlalu banyak aktivitas memang di hari 1. So tidur nyenyak deh…..he….he…..

Hari kedua, baru deh hari jalan-jalan yang menyenangkan. Kami berkunjung ke daerah bernama Kenting (墾丁) di sebelah selatan Pingtung. Kenting sendiri adalah daerah pantai yang menjadi kebanggaan Taiwan. Bisa disamakan dengan pesisir Kuta Bali. Jalan-jalan pertama berkunjung ke National Pingtung Aquarium yang terletak persis di pesisir pantai Kenting. Ya iyalah, namanya juga Aquarium. Pengalaman menarik karena aku sebelumnya belum pernah berkunjung ke Aquarium manapun , bahkan Seaworld di Jakarta juga belum pernah aku kunjungi (kuperrr......). So enak deh jalan-jalan disini. Apalagi klau kita membawa serta kartu mahasiswa, kita bisa mendapat diskon khusus untuk masuk ke dalam area Aquarium.

Aquarium ini secara umum dibagi menjadi 3, bagian mengenai ikan di perairan Taiwan, bagian mengenai ikan di perairan seluruh dunia, dan satu bangunan khusus mengenai penjelasan laut purba dan ikan-ikan purba.

Feel like go in Atlantis buddy. Apalagi kaca aquariumnya cukup tebal dan cukup tinggi sehingga kita seolah-olah berada di dasar lautan hmmm.......kalau saya sih biasa aja. Maklum dulu juga tinggal lama di pinggir laut. Justru ke daerah pantai seperti ini jadi momen untuk nostalgia. Anyway menarik sekali sih terutama melihat bagaimana Taiwan menjaga kekayaan lautnya disini. Luar biasa lho, negeri yang masih bergelut dengan pengakuan internasional ini rupanya punya kekayaan perairan yang luar biasa dan terjaga serta terdata dengan baik. Luar biasa. Nice to see that swamp fish, whale shark, undersea eel, dan ikan duyung gede yang doyan menari-nari diatas pengunjung di dalam Aquarium. Tapi bagian terbaik adalah......... Penguin show !!!! Yup penguinnya lucu-lucu, tambah lagi ada foto yang diambil Rocky yang menunjukkan penguin yang lagi sakit. I don't know exactly, kayaknya sih dia kedinginan. Tapi masak penguin kedinginan ??? Ngapain tinggal di kutub kalo gitu ??? Tapi benar-benar lucu deh he...he....this is some of the picture.


(With Fellow Taiwanese in the Whale Pool)

(Still with fellow Taiwanese, now in the Giant Squid Statue)

(Di depan aquarium raksasa yang ada Giant Kelp-nya)


(Nampang dulu sebelum dilarang, kapan lagi lihat pantai di Taiwan)

(Nih penguin kedinginan apa sakit????)