Tuesday 11 March 2008

Tainan (台南), kota selatan Taiwan yang menakjubkan

Taipei, 11 Maret 2008

Alhamdulillah bisa mengisi blog lagi. Hari-hari terakhir ini benar-benar padat dengan jadwal, dan hari-hari ke depan pun aku akan sibuk dengan banyak aktivitas. Sebenarnya 2 hari ini aku pergi untuk bacpacking. Benar-benar lagi stuck dengan padatnya jadwal kuliah dan tugas, serta niat untuk bisa bepergian di kota-kota di Taiwan.

Kebetulan hari minggu tanggal 9 Maret kemarin ada pengajian di Tainan ( 台南), sebelah selatan Taiwan. Ini untuk pertama kalinya ada pengajian disana. Kebetulan aku sendiri ikut kerja part time di kegiatan pengajian itu. Jadinya sekalian diisi dengan jalan-jalan bareng dengan kawan dari Taichung.

Cukup melelahkan sih di hari pertama, jadinya tidak begitu banyak yang bisa dikerjakan. Selain pengajiannya berakhir cukup sore, rupanya kendaraan umum di Tainan juga cukup susah di malam hari. Jadilah saya dan kawan-kawan cuman bisa berkungjung ke beberapa tempat di sekitar tempat pengajian yang berlokasi di 公園路, Tainan City. Hanya taman kota saja sih, tapi lumayan daripada tidak ada sama sekali (^_^).


In one part of 台南公園


台南公園, masih lebih mantap 228 Peace Park sih he...he....

Malam harinya kami menginap di asrama mahasiswa National Cheng Kung University, Tainan. Kebetulan banyak sekali mahasiswa Indonesia disini, ada sekitar 20-an orang. Dan mereka juga cukup aktif dalam beraktivitas. Pengajian yang diadakan di Tainan ini juga adalah inisiatif dari kawan-kawan mahasiswa disini. Lumayanlah kami dapat menginap semalam disini. Menghemat biaya sekalius memperkuat tali silaturahmi.

Barulah esok harinya kami bisa ber-backpacking ria di Tainan. Kota Tainan sendiri, kalau kata kawan-kawan disini sih bisa disamakan dengan Yogyakarta. Dari segi keramaian, tata kota, dan juga kehidupan kota yang begitu tenang, dan juga angkutan yang selalu sulit kalau malam. Entah apakah karena Tainan mirip dengan Yogyakarta sehingga banyak sekali alumni kampus Yogyakarta seperti UGM dan UMY berkuliah disini (^_^).

Tapi memang sedikit banyak Tainan dan Yogyakarta mirip dari segi historis. Yogyakarta pernah jadi ibukota Indonesia. Begitupun Tainan di Taiwan. Secara ukuran Tainan City merupakan kota terbesar ke-4 di Taiwan setelah Taipei, Taichung, dan Kaohsiung. Tainan pernah menjadi ibukota Taiwan di abad ke 17 sampai tahun 1894 saat ibukota akhirnya dipindahkan ke utara di Taipei.

Pusat kota dari Tainan City sendiri terletak di distrik Anping (安平區). Disinilah tujuan backpacking kami. Distrik Anping di Tainan benar-benar sebuah distrik kuno Eropa, mirip daerah kota tua dan Roa Malaka di Jakarta. Disinilah kita bisa melihat sisa-sisa peradaban kuno Eropa di awal sejarah Taiwan, dan juga melihat kemiripan Taiwan dengan Indonesia.

Mirip karena wilayah Tainan ini dulunya dikuasai oleh Belanda dengan Vereenigde Oost-Indische Compagnie alias VOC. Orang-orang Indonesia khususnya para pejuang veteran dan ahli sejarah tentu tidak asing dengan lembaga dagang kolonial Belanda yang lazim dipanggil kompeni di Indonesia. Belanda masuk ke Taiwan lewat Tainan di tahun 1623 dan membangun perumahan nergaya Eropa pertama di Tainan tahun 1924. Di tahun ini pula, Belanda membangun benteng pertahanan yang menjadi landmark dari daerah Anping dan kota Tainan secara umum. Itulah Fort Zeelandie yang dalam bahasa Mandarin terkenal sebagai The Anping Fort (安平古堡).

Fort Zeelandie dibangun selama 10 tahun dan selesai di tahun 1634. Nama Zeelandie sendiri diambil dari Zeeland, salah satu provinsi di Belanda yang terkenal karena melahirkan banyak pelaut-pelaut Belanda paling tangguh semisal Abel Tasman sang penemu pulau Tasmania, atau Bernard Fokke, kapten kapal yang hilang dalam perjalanan dari Rotterdam ke Batavia yang kemudian menjadi inspirasi drama Belanda paling terkenal The Flying Dutchman (Orang Belanda Terbang). Nama Zeelandia / Zealand sendiri hampir selalu dipakai di berbagai tempat jajahan Belanda. Zeeland menjadi inspirasi dari nama negara Selandia Baru (New Zealand), kota bernama Zeeland juga bisa ditemui di Michigan, Amerika Serikat.

Fort Zeelandie sebenarnya tidaklah terlalu besar, jika dibandingkan dengan benteng Belanda kuno lainnya semisal Fort de Rotterdam di Makassar. Pagar-pagar bentengnya juga sudah banyak yang lapuk dimakan usia, mungkin karena kurang perawatan atau erosi angin laut yang terus berhembus. Namun inilah pusat kantor pemerintahan Belanda dan VOC saat menguasai Tainan. Dalam perjalanannya juga Fort Zeelandie telah melihat beberapa peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah di Taiwan. Distrik Anping sendiri dulu disebut dengan nama Taijouan oleh orang-orang Belanda. Entah apakah nama Taijouan ini kemudian menjadi cikal bakal nama Taiwan saat ini.

Tahun 1661, Fort Zeelandie diserbu oleh 1000 kapal perang pasukan dinasti Ming dibawah pimpinan Koxinga (Zheng Chenggong / 鄭成功). Satu tahun lamanya para tentara VOC bertahan di Fort Zeelandie, sampai akhirnya di tahun 1662, saat gubernur VOC terakhir bernama Frederick Coyett menyerah kepada Koxinga di Anping. Maka berakhirlah penjajahan Belanda di Tainan dan inilah awal pemerintahan dinasti Ming Cina di Taiwan. Hmm.....heran gw, kok bisa Cina mengusir Belanda di masa-masa itu, sementara Indonesia justru terus dijajah selama 350 tahun oleh sang meneer ????

Setelah Belanda pergi, jadilah Koxinga menjadi raja pertama Cina di Taiwan. Dia juga berkuasa di Fort Zeelandie, sehingga Fort Zeelandie pun sering disebut the King's Fort (Benteng Raja). Sebagai raja pertama Cina di Taiwan, Koxinga cukup disegani sehingga namanya pun diabaikan pada berbagai tempat di Tainan. Di bagian tengah dari Tainan, kita bisa menemukan kuil Koxinga yang dipersembahkan untuk raja Koxinga. Nama National Cheng Kung University pun diambil dari nama Cina Koxinga yaitu Zheng Chenggong. Beberapa foto Fort Zeelandie bisa dilihat dibawah.

Di depan lukisan Fort Zeelandie, abad ke -17



Di depan Fort Zeelandie

Papan nama Fort Zeelandie

Tuh lihat, VOC pernah masuk Taiwan kan ?????

Daerah Anping sendiri adalah daerah yang dijadikan tempat wisata Nasional. Anping Harbor National Historical Park, itu nama lengkapnya. Di daerah ini juga ada objek wisata lain seperti kuil Anping Matsu, salah satu gereja tertua di daerah Tainan yang dibangun Belanda, taman Aborigin, dan juga rumah dagang Julius Mannich, seorang saudagar Jerman yang dulu berdagang di distrik Anping. Saya dan seorang kawan dari Taichung yang backpacking bersama sempat mengunjungi beberapa di antaranya. Lumayan menarik. Tapi yang paling menarik tentu saja di Tainan Canal, kanal air yang membelah kota Tainan untuk mencegah terjadinya banjir disini. Berada di Tainan Canal serasa berada di Seine Canal di sungai Seine Perancis. Mungkin selain bentuknya yang lebar, penataan kanal air yang diatur seperti jalanan khas Eropa dengan lampu-lampu jalan dan bangunan modern di kiri kanan kanal membuat suasana benar-benar indah.

Di persimpangan, mau kemana yah habis ini ???? (^_^)

Di Tainan Canal, gaya terus.........(^_^)

Akhirnya sebagai puncak perjalanan, kami menuju benteng lainnya yang terdapat di kota Tainan. Namanya Eternal Golden Castle. Hmmm......banyak banget benteng di kota ini yah, mungkin tidak salah jika Tainan dijuluki kota Benteng.

Anyway, Eternal Golden Castle dikenal juga dengan Uhrkuenni Battery . Ini adalah salah satu benteng pertahanan di Tainan. Eternal Golden Castle dibangun tahun 1874 oleh kekaisaran Qing yang waktu itu menguasai Taiwan atas usul Jendral Shen Baozhen. Salah seorang jendral legendaris di masa kekaisaran Qing yang turut serta dalam menumpas pemberontakan Taiping.

Shen Baozhen pada saat itu mengusulkan agar dibangun sebuah benteng pertahanan untuk mencegah agresi militer Jepang yang waktu itu sudah mulai kuat di Asia Timur. Jadilah benteng ini dibangun. Walaupun demikian, dalam kenyataannya akhirnya Taiwan juga jatuh ke tangan Jepang.

Benteng ini dirancang oleh arsitek Perancis dan memiliki beberapa keunikan. Pertama adalah parit pertahanan (moat) di sekeliling benteng. Melihatnya serasa melihat istana-istana Inggris yang dilindungi parit pertahanan kalau di film-film. Kedua adalah 3 meriam besar jenis Armstrong buatan Inggris yang mengarah ke lepas pantai. Meriamnya luar biasa besar dan dirancang untuk bisa berotasi mencari arah yang tepat untuk menembak. Sayangnya beberapa meriam yang ada disini pernah dijual oleh Jepang untuk menutup biaya perang saat Jepang bertempur dengan Rusia tahun 1905. Sehingga banyak meriam disini yang sudah tidak ada lagi dan hanya tampak bekasnya saja. Sebenarnya dari segi ukuran, benteng ini agak kecil dan tidak lebih besar dari Fort de Rotterdam di Makassar. Cuman letaknya dibuat dengan indah dan juga dirawat dengan baik serta ditambahkan banyak bunga disana-sini sehingga menambah indah pemandangan benteng. Indonesia harus belajar banyak nih mengenai konservasi cagar budaya dari Taiwan, agar obyek-obyek wisatanya tidak terbengkalai atau rusak oleh zaman.


Salah satu meriam ukuran besar di Eternal Golden Castle


Lilies of the fort, what a beautiful flower


Bersama patung Shen Baozhen, mukanya dah mirip tuh (^_^)

Pintu gerbang Eternal Golden Castle


Dan setelah dari Eternal Golden Castle .......perjalanan selesai deh. He....he....(^_^). Fiuhh....cukup melelahkan juga, apalagi juga banyak PR menunggu di Taipei nanti. Tapi aku gak menyesal sih bisa jalan-jalan di Tainan. Kapan lagi bisa berkunjung ke tempat ini, apalagi disini bisa banyak melihat obyek wisata sejarah yang menarik. Luar biasa.

Maka sekarang kembali ke tugas utama. Kembali ke PR, laporan, dan paper-paper riset. Menaklukkan perjalanan yang lainnya. Perjalanan menaklukkan pikiran dan rahasia ilmu pengetahuan. Salam manis dari Taiwan.



馬富月


No comments: