Sunday, 21 December 2008

Keliling dunia dalam sehari ala Window on China (小人國)

Taipei, 22 Desember 2008


Menjelang akhir tahun 2008, berarti menjelang tahun baru 2009 dan semester terakhirku di NTU. Jadi untuk melengkapi perjalanan keliling Taiwan, aku dan istri kemarin berkunjung kembali ke salah satu obyek wisata terbaik di Taiwan. Namanya cukup unik, Window on China atau dalam bahasa mandarinnya adalah 小人國. Sebenarnya 小人國 secara harfiah berarti "negeri orang kecil". Agak bingung juga sih saya dengan bahasa mandarin tempat ini yang artinya berbeda jauh dengan nama bahasa Inggrisnya. Tetapi kalau kita berada di tempat ini barulah kita akan mengerti keunikan tempat ini.

Window in China terletak di Taoyuan, tepatnya di Longtan Township tidah jauh dari Chungli yang merupakan salah satu daerah terbesar di dalam distrik Taoyuan. Untuk mencapai tempat ini dari Taipei, kita bisa menggunakan kereta ekonomi yang harga tiketnya sangat murah. Cuman sekitar 57 NT dari stasiun Taipei ke stasiun Chungli. Dari stasiun Chungli kita masih harus menyambung lagi ke Window on China. Disini kita bisa menggunakan bis yang murah tapi memakan waktu cukup lama (sekitar 1 jam) atau menggunakan taksi yang hanya sekitar 25 menit tapi harganya lebih tinggi. Barulah kita akan sampai tepat di gerbang Window on China.

Harga tiketnya menengah sih, 399 NT. Tapi lumayanlah dengan kesenangan yang bisa diperoleh disini. Window on China sebenarnya adalah taman hiburan yang memamerkan miniatur tempat - tempat terkenal yang ada di berbagai dunia. Sehingga berada di tempat ini membuat kita seolah-olah menjadi raksasa di tengah miniatur-miniatur yang cukup kecil. Percaya atau tidak, Window on China merupakan taman miniatur yang lokasinya terbesar kedua di dunia, setelah Madurodam di Belanda. Lumayan deh jalan-jalan disini ....

Miniatur-miniatur tempat-tempat ini dibagi ke dalam 4 bagian. Pertama adalah bagian Cina dan Taiwan, kedua adalah bagian Asia, ketiga adalah bagian Eropa, dan terakhir adalah bagian Amerika.

Di bagian Cina dan Taiwan kita bisa melihat beberapa miniatur bangunan-bangunan menarik di kedua negara ini. Untuk Taiwan ada miniatur dari Chiang Kai Shek Memorial Hall, Istana Presiden di Zhongzheng, Benteng Santo Domingo, SYS Memorial Hall, juga miniatur mesjid besar Taipei pun ada. Bahkan ada juga miniatur kereta cepat HSR yang berjalan cepat diatas rel mengelilingi tempat-tempat tersebut. Kebetulan sih semua miniatur tempat terkenal Taiwan yang ada disini sudah aku kunjungi semua yang aslinya. Tapi lumayan menarik juga berada disini.

Chiang Kai-shek Memorial Hall, miniatur dan yang asli

Masjid Besar Taipei, miniatur dan yang asli

Yang menarik ada di bagian Cina dimana beberapa miniatur tempat terkenal di Cina dibuat sedemikian rupa sehingga cukup menarik. Alun-alun kota terlarang (Forbidden City) lengkap dengan lapangan Tiananmennya ada disini. Minaitur tembok Cina dan Longmen Grotto yang menjadi World Heritage Site bahkan seolah-olah sesuai dengan aslinya disini.

Forbidden city yang indah di Beijing, miniatur dan aslinya

Untuk mencapai bagian berikutnya dari Window on China, kita harus menggunakan kereta kecil yang khusus digunakan untuk wisata di dalam Window On China.

Disinilah kita akan mencapai bagian miniatur Asia dan miniatur Eropa. Bagian miniatur Asia banyak didominasi oleh bangunan-bangunan di Asia Timur. Miniatur kastil Himeji, kastil Osaka, dan Seven Stories Pagoda dari Nara Jepang menghiasi tempat ini. Ada juga kuil Bulguksa dari Korea Selatan. Tetapi tidak hanya itu saja. Ada juga Taj Mahal yang terkenal dari India, bersama dengan stupa Sanchi. Ada juga Dome of the Rock yang terkenal di Jerussalem, serta miniatur minaret Samarra di Irak.

Taj Mahal di India, miniatur dan yang aslinya

Di seberang lainnya dari bagian miniatur Asia baru kita temui miniatur Eropa. Total ada miniatur yang berasal dari 9 negara disini, walaupun didominasi oleh salah satu negara favoritku dalam bidang budaya dan sepakbola, Italia (^_^). Menara miring Pisa, Pantheon Roma, Katedral Chartres dari Perancis, Acropolis Yunani, Stonehenge dari Inggris, kuil Rila di Bulgaria, gereja St. Basil yang terletak tepat di lapangan merah Moskow, serta kincir angin Belanda semua ada miniaturnya disini. Katedral Chartres dan menara miring Pisa adalah yang paling menarik bagi saya disini.
Menara miring di Pisa, Italia, miniatur dan yang aslinya


Katedral Chartres di Perancis, yang miniatur dan yang asli

Dan terakhir barulah kita berkunjung ke miniatur Amerika. Kebanyakan di bagian ini adalah miniatur-miniatur bangunan bersejarah di AS semisal gedung putih, Lincoln Memorial, Jefferson Memorial, patung liberty, dan mount Rushmore yang menampilkan pahatan wajah 4 mantan presiden AS (George Washington, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, dan Theodore Roosevelt). Hanya miniatur kuil Chichen Itza dari Meksiko saja, satu-satunya miniatur Amerika non Amerika Serikat disini.


Mount Rushmore di AS, miniatur dan yang asli


Window on China sebenarnya tidak hanya menampilkan miniatur saja. Ada juga taman hiburan dan wahana bermain. Misalnya wahana kereta luncur air, yang dibangun dengan tema sungai Nil dan Mesir. Cukup menarik dan menantang. Jujur saya juga sampai takut waktu menaiki kereta luncur ini yang kemudian akan meluncur dari ketinggian hampir 10 meter kebawah, wow menegangkan.


Naik kereta luncur air yang menegangkan

Ada juga panggung hiburan dan wahana bermain lain, yang kebanyakan khusus untuk anak-anak. Untuk miniatur sebenarnya cukup bagus dan menarik. Sayangnya miniatur bangunan terkenal dari Afrika dan Australia tidak ada disini. Padahal sangat menarik sekali jika ada miniatur Opra House yang terkenal di Sydney atau Piramid di Mesir. Walaupun untuk Afrika, Window on China membangun wahana permainan air dengan tema sungai Nil yang cukup menarik sebagai gantinya. Lumayanlah.........

Anda ingin memiliki pengalaman keliling dunia dalam sehari dengan menginjakkan kaki di berbagai tempat terkenal dunia ?? Layaknya novel laris Jules Verne "Around the World in 80 Days" (Keliling dunia selama 80 hari) ?? Well, datang saja ke Window on China, dan kembangkan imajinasimu. Jadikan mimpi berubah jadi kenyataan (^_^).

- Rizki -

Tuesday, 9 December 2008

Gema Seorang Gao

”Lelaki itu berjalan santai di suatu senja yang indah. Saat melewati sebuah toko yang menjual alat-alat pemancingan, matanya tertumbuk ke suatu benda yang menarik. Sebuah joran pancing fiber glass buatan barat yang cukup indah dan terlihat kuat. Kenangan masa lalu pun kemudian terlintas di benaknya. Sejurus kemudian dia berpikir untuk membeli benda itu, sambil menimbang-nimbang mana yang lebih baik antara sebuah senapan berburu ataukah joran pancing untuk menangkap ikan. Akhirnya dia memutuskan, dia membeli joran pancing itu sebagai kenang-kenangan untuk kakeknya”.


Itulah salah satu potongan dari kumpulan cerita pendek berjudul ”Buying A Fishing Rod for My Grandfather” yang dalam bahasa Mandarinnya berjudul
給我老爺買魚竿 (Gei3 Wo3 Lao3 Ye Mai3 Yu2 Gan1). Buku tersebut ditulis oleh Gao Xingjian penulis kelahiran Cina yang pada tahun 2000 lalu diganjar Nobel Sastra atas karya-karyanya yang unik dan eksotis.


Dalam karya-karyanya, Gao mencoba mengangkat sastra Cina dalam sisi yang berbeda, secara menyeluruh, holistik. Orang-orang yang tidak banyak mengetahui mengenai literatur Cina mungkin hanya mengenal sastra Cina sebatas kata-kata bijak bestari dan puisi-puisi kuno, semisal puisi-puisi dan tulisan Lao Tze dalam Kitab Dao De Jing yang menjadi buku ajaran Taoisme atau kata-kata bijak Kong Fu-tze sang pendiri confusianisme. Padahal sastra Cina jauh lebih dari itu. Bahkan dalam bentuknya yang klasik, sastra Cina sarat akan makna yang cukup dalam dan beraneka. Gao mengangkat itu dalam kisah-kisah Shan Hai Jing, Kisah-kisah dari Gunung dan Lautan yang merupakan kumpulan dongeng-dongeng Cina klasik.


Tapi sastra Cina tidaklah sebatas itu. Selayaknya sebuah keindahan hasil karya peradaban manusia, sastra teruslah berkembang dinamis. Dalam kasus Cina, sastra Cina pun berkembang mengikuti kesejarahan Cina sendiri. Dari zaman dinasti-dinasti kuno, beranjak ke transisi di zaman kolonialisme dimana Cina sering dilanda perang yang membuatnya dijuluki “The Sick Man of Asia”, sampai sekarang dimana negeri ini tumbuh menjadi sebuah negara modern dengan luas wilayah terbesar ketiga dunia, populasi penduduk terbesar di dunia, dan mampu menyelenggarakan pesta olahraga Olimpiade. Itulah Cina yang dinamis. Dan Gao pun mencoba menyatukan hal itu. Realisme sosial di Cina dia tuangkan juga dalam tiap karyanya.


Gao Xingjian (高行健/Gao1 Xing2 Jian4) lahir di tahun 1940 di Ganzhou, sebuah kota kecil di propinsi Jiangxi yang terletak di jantung Republik Rakyat Cina. Ayahnya adalah seorang kasir bank, dan ibunya pernah terlibat dalam gerakan anti Jepang saat pecah perang Cina-Jepang di tahun 1930-an.


Dari ibunya dia belajar tentang seni melukis dan kaligrafi Cina. Sampai saat ini pun Gao dikenal sebagai seorang pelukis disamping keahilannya dalam menulis. Dia sempat belajar sastra di Universitas Nanjing dan berkunjung ke Perancis untuk kemudian bekerja sebagai penerjemah karya-karya Cina ke bahasa Perancis. Karirnya di dunia sastra dimulai saat dia menjadi penulis naskah drama di teater rakyat Cina di Beijing. Naskah drama pertamanya, Signal Alarm (Sinyal alarm) dipentaskan di Beijing di tahun 1982. Di masa-masa ini pula sejarah mencatat bahwa Cina sedang berada pada masa-masa pergolakan. Pemerintahan komunis Deng Xiaoping yang melanjutkan kekuasaan Mao Zedong sudah tidak lagi mendapat tempat di hati kebanyakan masyarakat Cina, khususnya kaum mudanya.


Kegundahan ini pun dirasakan oleh Gao, namun dia mencoba menutupinya. Kuatnya kekuasaan komunis di Cina membuat hampir semua segi kehidupan diatur dengan ketat. Termasuk sastra. Persatuan penulis Cina yang berafiliasi kepada pemerintahan pun gerah dengan karya-karya Gao. Di tahun 1983, dia diasingkan dari persatuan penulis. Di tahun yang sama dia mendapat berita buruk yang lainnya, dia dinyatakan mengidap kanker paru-paru. Untuk menenangkan diri sekaligus mencari udara yang nyaman untuk kesehatannya, dia pergi ke pinggir sungai Yangtze yang indah, berkilo-kilo meter jauhnya dari bising ibukota Beijing. Disanalah dia melihat kesederhanaan penduduk desa dan majemuknya kehidupan. Pedagang sayur, biksu, orang-orang jompo yang sudah hidup lebih dari tiga perempat abad semua menyatu membentuk peradaban yang diisi oleh keaneka ragaman karakter manusia. Disanalah pula dia menulis novel terkenalnya, Pegunungan Jiwa (Soul Mountain / 靈山 / Ling2 Shan1), karya yang dianggap sebagai masterpiece dari sang begawan sastra Cina.


Kegundahan jiwanya kemudian memuncak di tahun 1989 saat timbul protes besar-besaran yang dipelopori oleh mahasiswa di alun-alun lapangan Tiananmen, Beijing, menuntut demokratisasi pemerintahan. Saat itulah dia menulis karya berjudul Pelarian (Fugitives), novel politik sebagai bentuk dukungan diamnya terhadap gerakan mahasiswa. Pemerintahan komunis pun berang luar biasa. Seluruh karyanya dilarang terbit di seantero Cina.


Gao pun menjalani takdir kejam yang harus ditempuh oleh semua penulis hebat di dunia. Dia diasingkan dan terpaksa pindah ke Paris. Nasib Gao sama halnya dengan penulis-penulis tenar di negara komunis, tempat dimana sebuah karya sastra menjadi alat perlawanan paling hebat, pedang kata-kata yang bisa langsung menusuk jantung para politisi busuk dan diktator. Sebagai akibatnya, mereka harus minggat. Gao harus pindah dari Cina, seperti halnya bertahun-tahun sebelumnya begawan sastra Rusia Alexander Solzhenitsyn juga diusir dari negerinya, bekas Uni Sovyet, dan dicabut kewarganegaraannya karena mengkritik pemerintahan komunis Sovyet.


Sejak itulah dia berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Perancis. Tapi rindunya terhadap kampung halaman tidaklah pudar. Di tahun 1998 dia menerbitkan novel lainnya, Injil Milik Seseorang (One Man’s Bible/一個人的聖經/ Yi1 Ge Ren2 De Sheng4 Jing1), kisah tentang seorang anak manusia yang berusaha mempertahankan keyakinannya ditengah pengalaman masa lalunya yang kelam.


Pantaslah kiranya dia dianugerahkan Nobel Sastra di tahun 2000. Walaupun beragam pro dan kontra muncul akan hal itu. Seorang penulis di Cina, tempat kelahiran Gao, mengkritik Gao sebagai penulis yang buruk dan menyedihkan. Walaupun kemudian kata-kata itu akhirnya dicabut. Biar bagaimanapun Gao adalah orang Cina pertama yang dianugerahi gelar tertinggi dunia di bidang sastra.


Karya-karya Gao sering dikritik sebagai karya yang skeptis. Persis seperti penulisnya yang selalu ingin menunjukkan bahwa dunia ini berjalan apa adanya, tidak perlu melawannya apalagi mengubahnya. Karya-karyanya sering menampilkan kisah tragis orang-orang yang berusaha melarikan diri dari masa lalunya. Namun disitulah letak magis karyanya, mencoba menunjukkan manusia ditengah berbagai dimensi, terutama dimensi kesedihan dan kegelapan yang selalu ada dalam riwayat hidup manusia. Seorang manusia pastilah mempunyai masa kelam, dan sesudahnya perjuangan untuk bertahan hidup dan meraih hal yang lebih baik untuk menutup kesalahannya dahulu. Karena itulah sebenar-benarnya manusia. Lewat karyanya, Gao ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa Cina tidaklah sekaku robot-robot revolusi yang bekerja tanpa kenal lelah dari pagi sampai malam. Cina adalah dinamika yang berkembang sejak zaman-zaman kekaisaran lampau sampai beranjak menjadi negeri modern saat ini.


Gao saat menerima Nobel (Copyright : Royal Academy of Sweden)


Salah satu novel terkenal Gao, "Buying a fishing rod for my grandfather"




M. Rizki Ramadhani (馬富月/Ma3 Fu4 Yue4)

Peminat dan pemerhati sastra Cina

Diambil dari berbagai sumber

Sunday, 30 November 2008

Taiwanese style wedding

Taipei, 30 November 2008


Hari Sabtu kemarin saya mendapatkan kesempatan langka untuk sekali lagi melihat dan mengenal budaya di Taiwan. Kebetulan salah satu kawan saya di laboratorium yang bernama Max menikah. Jadilah saya diundang untuk datang ke pernikahannya. Sungguh pengalaman yang cukup langka. Pastinya banyak perbedaan antara proses pernikahan di Indonesia dan Taiwan. Itulah yang ingin saya lihat lebih dekat.

Sebenarnya sebelum menikah, kedua pasangan ini sudah bertunangan terlebih dahulu. Dan setelah saya tanyakan memang adalah sebuah kebiasaan disini untuk bertunangan terlebih dahulu sebelum menikah. Pernikahan sendiri berlangsung Sabtu, 29 November 2008 di Hsinchu, sebuah kota Industri di utara Taiwan, sekitar 1 jam dari Taipei. Aku pergi bersama 6 orang teman lab-ku yang lain. Musim dingin sedang melanda seluruh Taipei, suhu bisa mencapai belasan derajat. Anehnya di Hsinchu sendiri terang benderang, dengan suhu mencapai 30 derajat celcius. Aneh kan.... Tapi lumayan, paling gak aku bisa berpanas-panas ria disini.

Tempat pernikahan Max ada di sebuah Hotel di daerah pinggiran kota, dan di hotel yang sama berlangsung 5 pernikahan yang lainnya. Jadinya ada 6 pernikahan sekaligus. Wow ...gile gak tuh !!!! Kesan pertama jika kalian datang ke pernikahan ala Taiwan adalah ........ mahal. Yup sangat mahal. Di pintu depan setiap tamu akan memberikan amplop berwarna merah yang di dalamnya berisi uang. Uangnya sendiri tidak tanggung-tanggung bisa mencapai 10,000 NT (Rp 3,000,000.00). Selain itu di meja pendaftaran, petugas penerima tamu akan langsung membuka amplop untuk menghitung uang yang ada di dalamnya untuk langsung dihitung jumlah keseluruhannya. Jadi tahu deh masing-masing nyumbang berapa duit. Temanku sendiri bilang bahwa biasanya uang minimal yang diberikan adalah 1,200 NT. Mahal banget .... Jadinya apa boleh buat, di depan meja pendaftaran aku relakan deh menyumbang 1,200 NT. Tapi gak apa-apalah, hitung-hitung amal (T_T).

Meja pendaftaran, amplop uang dikumpulkan dan langsung dihitung disini

Setelah itu barulah kita masuk ke dalam ruang acara. Kami tiba sekitar pukul 11.45 pagi, acara dijadwalkan dimulai pada pukul 12.00. Jadi kami masih menunggu, selama menunggu banyak tamu-tamu yang datang. Dan disini sang mempelai pria-lah yang ikut menyambut para tamu sekaligus menyapa atau sekedar berbasa-basi. Beda kan dengan kita di Indonesia dimana kedua mempelai sudah dipingit dari awal.

Kawanku Max, sang mempelai Pria, sedang menyambut para tamu


Satu perbedaan lagi disini adalah kalau di Indonesia umumnya makanan disediakan dengan cara parasmanan sehingga para tamu nantinya akan mengambil sendiri hidangan yang ada, tapi di Taiwan kita sudah diatur duduk pada meja tertentu. Sehingga makanan disajikan langsung ke meja masing-masing tamu. Tidak ada istilah pilih-pilih makanan jadinya. Kemudian di tiap meja bisa ditempati oleh maksimal 10 orang tamu. Mungkin ini untuk memudahkan panitia menghitung jumlah tamu yang datang sekaligus menghitung jumlah hidangan yang disajikan. Cukup unik juga. Sambil menunggu tamu datang dan menunggu acara dimulai, ada dua layar besar yang menampilkan foto-foto kedua mempelai. Kayaknya yang kayak gini gak ada deh di Indonesia.

Meja tempat kami di acara pernikahan

Aku di meja tempat kami, dengan background layar tempat foto-foto mempelai ditampilkan


Pukul 12.30 barulah acara dimulai. Nah ini yang menarik dan unik dari rangkaian acara ini. Acara dimulai pertama-tama dengan menampilkan foto kedua mempelai yang akan menikah dari sejak mereka kecil hingga besar. Kemudian ada ritual mempelai masuk ruangan. Cukup unik. Pertama-tama yang akan masuk adalah anak-anak kecil yang lucu dan imut yang membawa sekeranjang bunga. Kemudian dilanjutkan dengan kerabat dari kedua mempelai yang masuk secara berpasang-pasangan. Menyusul berikutnya adalah pembawa liilin. Terus terang aku gak ngerti maksud dari 3 gelombang orang-orang ini. Barulah di bagian keempat mempelai pria sendirian masuk ke dalam ruangan. Dia akan berhenti di tengah perjalanan menuju ke panggung. Barulah kemudian mempelai wanita dan ayah sang mempelai wanita masuk ke dalam ruangan sebagai bagian terakhir. Di tengah perjalanan ke panggung, sang ayah akan menyerahkan sang mempelai wanita kepada pihak laki-laki. Mungkin sebagai simbol bahwa dia mempercayakan anaknya kepada orang lain.

Setelah itu kedua mempelai bersama dengan ayah dan ibu keduanya naik keatas panggung, dimana ada lambang besar kebahagiaan pernikahan (喜喜) di depan panggung.

Ritual mempelai masuk ruangan, dimulai dengan anak-anak kecil yang masuk

Yang kedua adalah keluarga dari kedua mempelai

Berikutnya adalah pembawa lilin

Mempelai pria, awalnya masuk ruangan sendirian

Mempelai wanita masuk didampingi ayahnya

Mempelai wanita diserahkan kepada mempelai pria

Kedua mempelai dan ayah ibunya berkumpul di panggung

Di depan panggung nantinya ada sambutan-sambutan dari pihak mempelai. Aku tidak terlalu memperhatikan yang satu ini. Mungkin karena bahasa yang digunakan campur-campur, tidak hanya mandarin. Ada juga bahasa Taiwan (Taiwanese) sehingga tidak seluruhnya bisa aku mengerti. Ada juga acara lempar bunga dari mempelai wanita kepada keluarga kedua pihak yang datang yang berjenis kelamin perempuan dan belum menikah. Katanya sih siapa yang mendapatkan bunga yang dilempar itu akan menikah berikutnya, hmm...... yang ini benar-benar seperti upacara pernikahan di Amerika Serikat ya ...... Setelah acara panggung barulah dimulai acara utama, acara makan-makan. Menunya ..... combo 11 menu secara beruntutan. Kebetulan karena aku ditemani oleh temanku sehingga mereka mengingatkan makanan mana saja yang mengandung babi. Tapi cuman 2 menu yang mengandung babi, sisanya cuma hidangan laut dan sayuran. Jadi lumayan he....he......

Selama acara makan-makan, kedua mempelai akan membagi-bagikan balon-balon berbentuk hati yang cantik dan juga ada ritual menuang anggur diatas tumpukan gelas yang disusun berbentuk piramid. Tepat pukul 15.30, acara selesai. Artinya acara utama cuman berlangsung selama 3 jam saja dari pukul setengah 1. Hmm.... padahal aku ingat waktu menikah dulu acara berlangsung dari setengah 9 pagi sampai sekitar pukul setengah 3. Berarti di Taiwan jauh lebih cepat ya. Di pintu keluar kedua mempelai dan keluarganya menyalami semua tamu yang akan pulang sambil memberikan hadiah.

Kedua mempelai membagi-bagikan balon yang lucu berbentuk hati

Menuang anggur diatas gelas yang disusun berbentuk piramid


Oya, ada satu lagi yang berbeda dengan proses pernikahan Taiwan dibandingkan dengan Indonesia jika kalian baca kembali semuanya. Apa itu ???? Yup, tidak ada akad nikah sama sekali. Tidak ada pendeta atau imam, atau upacara keagamaan sama sekali dalam proses pernikahan. Benar-benar proses pernikahan ala negara berpenduduk mayoritas atheis. Hmm....

Kira-kira kalian akan pilih proses pernikahan yang mana ?? Aku lebih suka pernikahan di negaraku sendiri. Tapi lumayan juga sih melihat proses pernikahan di negeri orang dari dekat. Walaupun lumayan mahal (T_T). OK, back to lab...... Anyway, selamat menempuh hidup baru ya Max.

- Rizki -





Tuesday, 28 October 2008

Tolong jauhi saja saya (untuk orang-orang dari masa laluku)

Tulisan ini saya tujukan untuk orang-orang dari masa laluku. Siapakah mereka ?? Sudahlah, kalau mereka kebetulan membaca tulisan ini maka mereka akan tahu sendiri. Apakah perlu saya ulangi cerita itu ?? Cerita buruk yang sudah saya kubur dalam-dalam bertahun-tahun lamanya, wahai rekan-rekanku di PPSDMS Angkatan 1 dahulu dan juga para bekas tandzim kampus UI angkatan 2001.

Waktu demi waktu sudah berlalu. Saat ini di facebook, multiply, atau segala macam situs jaringan sosial maupun melalui chat kalian mencoba untuk. Tapi tidak, saya tidak akan pernah melupakan hal itu.

Untuk kawan-kawanku di PPSDMS Angkatan 1 Regional 1. Izinkanlah saya mengutarakan kekecewaan masa lalu saya. Kita memang mengalami masa-masa berat 2 tahun itu. Masa-masa berat dimana kita melalui setiap aktivitas, evaluasi, dan kegiatan lainnya bersama-sama. Banyak dari kalian mengatakan, kalau kita sudah saling mengetahui satu sama lain. Oh tidak, tidak, tidak sama sekali. Aku ingat sekali kawan, 2 tahun dimana sebagian besar dari kalian memperlakukannya aku seolah-olah anak kecil yang selalu diperolok-olok. Bagi kalian aku tidak pernah dewasa. Kalian menunggu aku hanya untuk memperolok-olok aku. Dan apakah sikap itu berubah selepas keluarnya kita dari PPSDMS ??? Tidak, tidak sama sekali. Di setiap email yang ada di milis, di setiap kesempatan kita bertemu di pertemuan alumni, pandangan kalian tak pernah berubah. Aku kalian anggap tetap sama seperti anak kecil yang bebas kalian perolok-olok. Aku masih ingat kawan, ingat dengan baik. Di satu hari di tahun 2003 saat kita bersama-sama ke Bandung, dimana aku meneteskan airmata karena tidak tahannya hati ini mendengar olok-olokan kalian. Aku masih ingat itu. Itu tidak pernah terlupakan, dan aku tidak pernah menerimanya !!!!!! Tidak sedikitpun !!!!! Dan kalian katakan bahwa kalian memahami aku seperti layaknya seorang saudara ????? Tidak, kalian tidak memahami aku sama sekali. Kalian tidak mengerti siapa aku. Dalam pandangan kalian orang tidak pernah bisa berubah, orang akan selalu kerdil. Aku pun tidak merasa perlu mengenal kalian lagi.

Beberapa diantara kalian juga berkonflik denganku di politik kampus. Kita yang makan bersama, tinggal bersama, dan pada saat kita berada di kampus kita malah menjadi musuh yang saling mematikan. Mau dibungkus dengan kata-kata seindah apapun, pada dasarnya kita adalah musuh yang saling mematikan. I'm sleeping with the enemy. Mana mungkin aku berpura-pura kita sahabat sepanjang waktu ??? Sudahlah ....

Dan rekan-rekan mantan tandzim, kita berkonflik hebat. Sampai detik-detik terakhir kita di kampus, kita pun masih bertempur hebat. Saat aku didakwa dengan tuduhan bukan ADK, saat aku ditimpa oleh kebijakan konyol semacam qoror, amniya, dan tetek bengek keyakinan dahulu, yang semuanya menyakitkan. Apakah masalah itu selesai ?? Tidak !! Masalah itu tidak pernah selesai !! Karena masalah itu tidak pernah mau diselesaikan. Aku sudah mencoba, tapi kita masing-masing lebih memegang prinsip kelompok masing-masing. Masalah dibiarkan mengendap seiring dengan waktu, dan berharap bahwa waktu akan menyembuhkan semuanya. Diam sajalah, waktu pasti akan menyembuhkan semuanya. Apakah begitu ?? Tidak, tidak sama sekali. Inilah seburuk-buruk cara untuk menyelesaikan masalah, waktu tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang tidak pernah dibicarakan di mulut. Mulut kita selalu diam, aku pernah mencoba berteriak, dan kalianpun cuma diam. Apakah kalian kemudian berharap bahwa setelah bertahun-tahun kemudian kita bisa datang seolah tidak pernah ada sesuatu yang terjadi ??? TIDAK !!!!!! Luka itu masih ada. Luka itu akan selalu ada seperti bekas paku yang tercerabut.

Tapi sudahlah, apa gunanya sumpah serapah saat ini. Saya tidak bisa memaafkan, mungkin tidak akan pernah bisa memaafkan. Tapi saya berjanji akan melupakannya. Demi Tuhan jika saya bisa memutar kembali waktu, saya ingin sekali tidak pernah menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia, saya ingin sekali tidak pernah menandatangani kontrak PPSDMS. Apalah jadinya sebuah kemasyhuran jika kenyatan yang ada di baliknya jauh lebih banyak yang pahit ????

Sudahlah, kita bukan saudara. Kita memang bukan saudara, karena antara kita tidak pernah ada sikap seperti layaknya saudara. Apakah gunanya menyebut saudara jika hanya di bibir saja ???

Sudahlah, tolong hentikan. Tolong jauhi saya wahai kalian dari masa laluku, kalian orang-orang yang tidak pernah ingin kuingat lagi. Aku sudah menentukan siapa dari masa laluku yang masih ingin aku kenang. Sedikit memang, tapi sudahlah mungkin itu yang terbaik yang tersisa. Sudah tak perlu perbaiki hubungan antara kita. Maaf tak akan memperbaiki jembatan hubungan yang sudah patah di masa lalu.

Bagi saya kalian bukanlah saudara wahai orang-orang dari masa laluku. Mari kita lupakan saja. Aku senang dengan hidupku saat ini. Jujur aku senang melupakan kalian, dan ku pun terus berusaha melupakan disini. Saya tak ingin memperbaiki hubungan apapun di antara kita lagi. Tak perlu lagi mencoba mencari saya lagi. Jika kalian masih menghormati saya, tolong jauhilah saya. Mari kita tak perlu mengenal satu sama lain. Mungkin ini yang lebih baik.

Terima kasih.

Saturday, 25 October 2008

Aksi terbesar di Taipei dalam 6 bulan ini




馬英九認錯, 馬英九認錯
(Ma3 Ying1 Jiu3 Ren4 Cuo4, Ma3 Ying1 Jiu3 Ren4 Cuo4)

President Ma must apologize, president Ma must apologize !!!!

Itulah teriakan yang terus bergema saat tak kurang dari setengah juta rakyat Taiwan turun ke jalan memprotes kebijakan presiden Taiwan, Ma Ying-jeou, dalam aksi massa terbesar di Taipei sejak dilantiknya presiden Ma pada 20 Mei 2008 yang lalu. Massa yang diorganisir oleh Democratic Progressive Party (DPP), rival Kuomintang yang telah mengusung Ma dalam pemilihan presiden, seolah ingin menunjukkan tajinya sebagai pihak oposisi. Tidak tanggung-tanggung, 2 mantan presiden Taiwan sebelum Ma yakni Lee Deng-hui dan Chen Sui-bian ikut mendukung aksi ini. Lee tidak ikut dalam barisan demonstran, tetapi memberi restu akan jalannya aksi ini. Sementara Chen sendiri ikut turun bersama para peserta aksi yang berangkat dari Zhongxiao East Road.

Massa berangkat dari 5 titik di sekitar kota Taipei dengan tujuan akhir menuju istana kepresidenan yang terletak di distrik Zhongzheng di pusat kota. Salah satu dari titik konsentrasi massa yang cukup besar ini adalah di pintu gerbang utama National Taiwan University. Massa berkumpul sejak pagi sebelum melakukan long march di siang harinya. Disinilah mereka berorasi menuntut permohonan maaf presiden Ma serta mempertegas kembali tentang kemerdekaan Taiwan dari Cina daratan.

Ma Ying-jeou, yang leluhurnya berasal dari kawasan Xinjiang-Uighur di Cina daratan yang mayoritas dihuni oleh etnis muslim Cina, memang dikenal dengan kebijakannya yang lebih pro-Cina daratan. Sejak dalam masa kampanye, Ma dan Kuomintang sudah menekankan perlunya rekonsiliasi dan perbaikan hubungan dengan Cina daratan walaupun tetap dalam bingkai independensi Taiwan.

Maka sejak saat itulah dibuka keran hubungan Cina dan Taiwan yang selama ini hampir jarang terjadi. Penerbangan langsung dari Taipei menuju Shanghai dan Nanjing sudah dibuka. Pertukaran pelajar antara pelajar lokal Taiwan dan pelajar dari Cina daratan pun sudah dibuka - semisal 20 orang mahasiswa cina daratan yang diterima dalam proses exchange student di NTU pada Agustus September lalu.

Celakanya, gayung bersambut presiden Ma dan kebijakan pro-Cina nya tidak disambut baik oleh Cina sendiri. Cina jelas tidak mau melepaskan Taiwan dari wilayah kedaulatannya, terlepas fakta bahwa Taiwan memiliki presiden dan UU layaknya sebuah negara yang berdaulat. Di samping itu beberapa kebijakan perdagangan Cina-Taiwan justru menghantam Taiwan sendiri. Taiwan cukup kerepotan pada kasus susu melanine asal Cina yang santer pada dua bulan yang lalu, mengingat Taiwan pun ikut mengimpor susu ini dari Cina. Yang lebih parah lagi adalah rencana Cina untuk tidak mengakui ijazah Taiwan dan tidak mau menerima orang-orang yang lulus dari universitas-universitas di Taiwan. Padahal Taiwan sudah berbaik hati dalam paket kebijakan pendidikan dengan akhirnya mau menerima secara resmi mahasiswa dari Cina daratan yang ingin belajar di Taiwan. Hal yang seolah-olah merupakan tikaman dari belakang untuk Taiwan.

Maka mengamuklah pula para kaum intelektual Taiwan. Beberapa orang dosen dari NTU dan NTUT pun ikut serta dalam aksi massa kemarin.

Dalam protesnya, para demonstran meminta presiden Ma meminta maaf atas kebijakan pro-Cinanya. Demonstran bahkan memamerkan poster yang menunjukkan "pikiran jahat" Cina serta gambar Kuomintang dan Partai Komunis Cina yang digambarkan sebagai dua ekor anjing yang sedang berpelukan mesra. Teriakan-teriakan agar presiden Ma mundur dari jabatannya pun terlontar dari para demosntran.

Beberapa mahasiswa Cina di Taiwan sendiri pun ikut terkena dampak aksi ini walaupun secara tidak langsung. "I feel hostile", demikian pengakuan seorang rekan mahasiswa asal Nanjing, Cina daratan di NTU saat saya tanyakan. Ini menunjukkan betapa mereka pun cukup ketar-ketir dengan status mereka sebagai warga negara Cina daratan di pulau Formosa ini.

Beberapa massa masih ada yang berkemah di sekitar Ketagalan Road yang menuju ke arah istana presiden sampai malam tadi. Belum ada kepastian kapan aksi ini berakhir. Namun yang jelas ini merupakan guncangan di awal masa kepemimpinan presiden Ma.

Di saat mata dunia sedang sibuk untuk melihat konflik antara Kosovo dan Yugoslavia atau bagaimana Rusia menginvasi Georgia pada bulan-bulan kemarin, nampaknya mereka cukup naif untuk melihat dua Cina yang terus berkonflik ini. Padahal apa yang ditunjukkan para demonstran kemarin sudah mewakili aspirasi sebagian besar penduduk Taiwan selama ini, jauh sejak dahulu saat Chiang Kai-shek memimpin para kaum nasionalis menyeberang untuk mendirikan pemerintahan yang terpisah dari daratan di tahun 1949. Sikap independenden ini juga terus bertahan sampai sekarang terlepas dari kemenangan Kuomintang. Lihatlah saja bagaimana di buku Audio Visual Chinese, buku kurikulum pengajaran bahasa Mandarin untuk warga negara asing, seluruh teks yang mengandung kata-kata zhongguo (中國) di cetakan pertama diganti dengan Taiwan (台灣) di cetakan kedua yang dipakai sekarang. Referendum yang pernah dilaksanakan di akhir pemerintahan Chen Sui-bian, yang menunjukkan bahwa 90% warga Taiwan menyatakan mereka terpisah dari Cina daratan sudah cukup jelas menggambarkan, TAIWAN IS NOT CHINA.

Baru 6 bulan terhitung sejak presiden Ma dilantik dan menjalankan tugasnya, namun pukulan berat sudah banyak terjadi pada kebijakan pro-Cina daratannya. Menarik untuk ditunggu akan seperti apa akhir kebijakan ini nantinya.



- Rizki, yang gagal minta kaos demonstran buat oleh-oleh. Mata gw mesti gw sipitin dikit kali (^_^). Semoga gak terhambat urusan ke Hongkong nanti. -

Friday, 10 October 2008

The Melody of Sun Moon Lake (日月潭)

Taipei, 11 Oktober 2008


Tanggal 10 Oktober kemarin adalah hari libur untuk memperingati hari Revolusi China (Wuchang Day). Artinya ditambah dengan libur akhir pekan hari Sabtu dan hari Minggu ini, maka total ada 3 hari libur di Taiwan. Libur panjang. Dan jika ada libur panjang, maka artinya .......... jalan-jalan lagi (^_^). Yup, kemarin saya dan istri menggunakan waktu libur untuk berjalan-jalan ke salah satu obyek wisata terkenal di Taiwan. Danau terbesar sekaligus salah satu flagship sites Taiwan, ini juga adalah flagship Taiwan ke-7 yang sudah saya datangi, apalagi kalau bukan ...SUN MOON LAKE.

Sun Moon Lake yang indah, Sun Moon Lake yang luar biasa, dan Sun Moon Lake yang ramai. Sebetulnya sih kami berangkat agak telat dari Taiwan. Pukul 09.00 menggunakan HSR dari Taipei kemudian menunggu agak lama untuk bis Nantou yang menuju ke Sun Moon Lake. Perjalanan ke Sun Moon Lake juga cukup lama. Kami baru sampai pukul 13.30 siang. Itu berarti 3 jam perjalanan dari stasiun HSR ke Sun Moon Lake. Mungkin karena bisnya berhenti dulu di kota kecil Puli. Orang-orang di Sun Moon Lake pun cukup ramai, mungkin karena liburan panjang ini. Tetapi Alhamdulillah cuaca cukup cerah sehingga pemandangan pun bisa dinikmati dengan baik.

Sun Moon Lake, mission begin !!!!

Sun Moon Lake adalah danau terbesar di Taiwan dengan luas mencapai 7.93 kilometer persegi. Letaknya kurang lebih pada 748 meter diatas permukaan laut dengan kedalaman danau mencapai 27 meter. Aslinya danau ini berbentuk bulan dan matahari jika dilihat dari atas. Itulah kenapa danau ini dinamakan Sun Moon Lake. Akan tetapi perkembangan alam dan zaman telah membuat bentuk kawasan ini berubah sehingga bentuknya pun tidak sama lagi.

View over Sun Moon Lake

Air danaunya cukup jenih dan masih terjaga dengan baik. Ada beberapa tempat di pinggir danau yang sudah dibangun kawasan-kawasan dan resort wisata. Namun di tempat lainnya masih bisa kita temui kawasan hutan yang asri dan belum dijamah sama sekali.

Jika nanti kalian kesini, ada dua cara menarik yang bisa dilakukan untuk menikmati keindahan danau. Pertama adalah tur dengan menggunakan perahu. Harganya adalah 300 NT untuk satu orang, agak mahal tapi cukup memuaskan. Karena kita akan langsung diajak mengelilingi tempat-tempat wisata di sekitar danau yang memakan waktu kurang lebih satu setengah jam untuk mengitari danau. Cara kedua adalah menyewa skuter kecil dari pusat administrasi Shuishe. Harganya sekitar 150 per jam, namun kita bisa dapat harga yang lebih murah untuk penyewaan yang lebih lama.

On the boat in Sun Moon Lake

Ada beberapa tempat yang menarik di Sun Moon Lake. Pertama yang paling berkesan bagi saya adalah pulau Lalu (Lalu Island) yang terletak di tengah danau. Mirip seperti pulau Samosir yang terletak di tengah danau Toba. Pulau Lalu ini dianggap oleh orang-orang Aborigin di sekitar danau sebagai tempat arwah nenek moyang mereka bersemayam. Saat ini pulaunya hampir tenggelam dan hanya menyisakan bagian di tengah saja yang masih utuh. Tetapi pemerintah Taiwan telah berusaha menjaga keutuhan pulau ini sehingga mereka memasang dok mengapung di sekitar pulau, sehingga pulau pun bisa terjaga dengan baik. Kita bisa merasakan gerak pulau yang naik turun seolah mau tenggelam disini. Benar-benar menyenangkan.

On Lalu Island

On Lalu Island, with fellow Taiwanese

Yang kedua adalah desa aborigin Thao yang terletak di dok Dehua (德化碼頭). Suku Aborigin Thao adalah penduduk asli wilayah Sun Moon Lake yang sudah mendiami wilayah ini sejak berabad-abad yang lalu. Desa Thao ini adalah pusat seni budaya masyarakat Thao yang masih ada serta dibuka untuk pengunjung semuanya. Mungkin ini adalah untuk kesekian kalinya saya mengunjungi desa Aborigin Taiwan. Jadi tidak asing lagi dengan lagu-lagu serta hasil kesenian yang mereka pajang. Namun cukup menarik juga disini, karena suku Thao adalah suku Aborigin yang berbeda dari suku-suku lainnya yang ada di Taiwan.

At the Thao tribe village

Beberapa kuil yang ada di sekitar Sun Moon Lake juga cukup menarik untuk dikunjungi. Saya dan istri kebetulan mengunjunginya dengan menggunakan skuter sewaan. Kuil pertama adalah kuil Wunwu yang terletak tidak jauh dari jalan akses Puli-Sun Moon Lake. Kuil ini pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Jepang di Taiwan dan merupakan kuil tertua yang ada disini. Kuil Konghucu ini terletak tepat di pinggir danau. Dari sini pemandangan ke arah danau sangan indah. Kita bisa menikmati arsitektur kuil yang cukup unik ini atau juga bisa turun ke arah danau lewat tangga tahun, tangga dimana saat kita menapakinya seolah-olah kita sedang menapaki tahun-tahun hidup kita yang sudah lewat.

The Wunwu Temple

Sunset over Wunwu Temple

Kuil lain yang bisa kita nikmati adalah kuil Syuanzang. Ini adalah kuil yang diberi nama sesuai dengan nama biksu terkenal dalam kisah Kera Sakti. Yup, Syuanzang adalah nama biksu yang mengemban tugas untuk membawa kitab suci dari India ke Cina dalam kisah kera sakti. Kuil ini adalah kuil yang dibuat untuk menghormatinya. Kita bisa melihat replika patung Syuanzang dan juga patung Buddha yang sedang tertidur disini.

Inside Syuanzang Temple

Sebenarnya ada beberapa kuil lainnya yang cukup bagus disini semisal kuil Syuanguang atau pagoda Cihen yang dibuat Chiang Kai Shek untuk menghormati ibunya. Sayangnya karena waktu yang tidak mencukupi membuat kami berdua tidak bisa mengunjungi semua tempat yang ada. Walaupun demikian, saya pribadi sudah cukup puas pada waktu mengunjungi pulau Lalu dan kuil Wunwu. Ditambah lagi pada malam harinya ada pesta kembang api di Sun Moon Lake untuk memperingati 10 Oktober. Benar-benar sebuah petualangan yang luar biasa.

Ah .... tak terasa dalam total 8 bulan dan 9 hari sejak Februari 2008, saya sudah mengunjungi 7 situs flagship yang ada di Taiwan. Wow, luar biasa magnificent. 7 obyek wisata yang menarik tidak hanya karena keindahan alaminya, tetapi juga pengelolaannya yang cukup baik. Saya jadi bertanya-tanya apakah bisa obyek wisata kita di Indonesia seperti ini ?? Dikelola dengan baik dan mendatangkan keuntungan devisa yang luar biasa. Karena sebenarnya kita punya potensi untuk itu. Lihat saja, Danau Toba jelas-jelas lebih besar dari Sun Moon Lake. Dan kita pun memiliki daerah hutan lindung yang jauh lebih besar, beragam, dan lebih luas ketimbang Taiwan. Tetapi sekali lagi pengelolaan yang tidak baik dan benarlah yang membuat wisata di Indonesia kurang terkenal. Sudah saatnya mengubah hal itu. OK, 7 flagship sites Taiwan untuk 7 World Heritage Sites di Indonesia.

Puas sekali jalan-jalan, saatnya kembali ke buku. Ini untuk terakhirnya kalinya terpesona, ke depannya harus mempesona. OK, semangat belajar dan kuliahnya Rizki. Lupakan masa lalu, maju terus meraih masa depan yang lebih baik.

- Rizki -

Tuesday, 2 September 2008

All about Miramar

Taipei, 2 September 2008

Miramar adalah keindahan, Miramar adalah ketenteraman, Miramar is beauty. Kata "Miramar" selintas mirip dengan nama telenovela yang pernah ngetop di televisi-televisi Indonesia pertengahan tahun 90-an dulu. Well, arti sebenarnya memang indah. "Miramar" adalah bahasa spanyol yang berarti pemandangan lautan (sea-view/sea sight). Banyak kota di pinggir lautan yang mengambil nama Miramar, khususnya di negeri-negeri berbahasa Spanyol. Yang paling terkenal mungkin adalah kota Miramar yang menjadi bagian di propinsi Buenos Aires, kota wisata terkenal di Argentina.

Miramar juga adalah salah satu judul novel yang terkenal dari penulis terkenal Mesir, Naguib Mahfouz, yang meraih hadiah Nobel Sastra di tahun 1988. Wow ... Miramar is a beauty isn't it ??

Tapi kali ini saya ingin menceritakan Miramar yang lainnya. Yakni Miramar Entertainment Park. Salah satu tempat hiburan didi distrik Neihu, di Jingye Road Taipei City. Tidak jauh dari distrik Neihu tempat lokasi Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei. Cukup mudah dan murah sekali untuk kesana. Dari Taipei Main Station, kita cukup mengambil MRT arah Danshui, kemudian turun di stasiun Jiantan. Sesudah itu, kita bisa menunggu shuttle bus gratis antara Miramar dan stasiun MRT Jiantan.

In front of Miramar


Ada 3 hal yang menjadi daya tarik di Miramar. Pertama adalah lokasinya yang terletak didaerah distrik pinggiran kota. Diapit oleh sungai Keelung dan juga perbukitan di sekelilingnya, Miramar adalah contoh taman hiburan yang cukup asri dan memiliki pemandangan yang indah. Kita bisa menikmati secangkir kopi atau es krim disini sambil menikmati udara segar.

Kedua adalah bioskopnya yang terkenal dan juga merupakan bioskop terbesar di Taipei, bahkan di Taiwan. Pertama kali saya menonton disini adalah film "Beowulf" yang ditayangkan secara 3 dimensi pada layar yang lebar, mungkin satu setengah kalinya layar Platinum di Margo City. Mantap !!!!!!!!!

Dan terakhir tentu saja adalah taman hiburan Miramar. Memang sih jika dibandingkan dengan taman hiburan konvensional, wahana yang ada di Miramar tidak terlalu banyak. Tetapi ada satu keunggulan Taman Hiburan Miramar, yakni Ferris Wheel alias Bianglalanya yang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Dari sini kita bisa melihat pemandangan Taipei dengan indah. Bianglalanya juga memiliki kecepatan yang cukup pelan sehingga memberi kesempatan bagi pengunjung untuk lebih menikmati pemandangan yang ada. Ferris Wheel atau bianglala ini mungkin salah satu wahana sudah cukup terkenal di berbagai taman hiburan di dunia. Di Dunia Fantasi Ancol juga ada. Oleh karena itu banyak taman hiburan di berbagai negara mencoba berbagai keunikan, salah satunya adalah membuat bianglala tertinggi di dunia. Lihat saja "London Eye", bianglala yang terkenal di kota London. Bianglala yang tertinggi sendiri sampai sekarang masih dalam tahap pembangunan, yakni Beijing Great Wheel yang akan dibangun di Beijing. Rencananya Bianglala ini tingginya akan mencapai 208 meter. Ferris Wheel Miramar sendiri mencapai 70 meter, tapi itu masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan bianglala Dufan he...he....

Di dalam Ferris Wheel Miramar nih

Di dalam Ferris Wheel, dengan latar belakang kota Taipei

Di salah satu sudut kota, diambil dari Ferris Wheel. Indah ya


Oh ya, untuk naik Ferris Wheel ini tidak gratis he...he... Kita harus membeli tiket sebesar NT$ 150 dulu untuk menikmatinya. Tidak terlalu murah memang, tapi juga tidak terlalu mahal. Lumayan untuk menikmati keindahan salah satu bianglala terbaik di Taiwan. Fiuh, benar-benar pengalaman menarik bisa mengunjungi bianglala yang satu ini. Miramar is really a beauty.

- Ma Fu Yue -

Wednesday, 27 August 2008

Indonesia's Central Java UNESCO World Heritage Sites

Taipei, 27 Agustus 2008


Tidak ada yang lebih menyenangkan saat liburan musim panas selain mengunjungi obyek-obyek wisata terkenal di Indonesia. Hitung-hitung mengisi kemerdekaan dengan mengenang keindahan obyek wisata kita sekaligus menggalakkan dunia pariwisata.

Kali ini saya ingin bercerita tentang UNESCO World Heritage Sites (WHS) alias situs warisan dunia yang ada di Indonesia. WHS ini adalah tempat-tempat yang dianggap UNESCO sebagai situs budaya dan pariwisata yang bersejarah sehingga harus dilindungi. Konon status ini adalah status tertinggi bagi tempat-tempat pariwisata yang ada di dunia. Sidang UNESCO untuk WHS pada 2008 ini sendiri baru saja berlangsung Juli kemarin di Quebec, Kanada.

Sebenarnya kalau para pengamat pariwisata jeli sih, WHS ini cukup menjadi isu juga belakangan. Lihat saja bagaimana hubungan Thailand - Kamboja memanas saat kuil Preah Vihear dimasukkan sebagai WHS. Kuil Preah Vihear sendiri masuk wilayah Kamboja, tetapi Thailand mengklaim juga sebagai milik mereka.

Atau bagaimana Malaysia akhirnya berbangga karena 8 tahun pengembangan pariwisata mereka dengan Visit Malaysia Year-nya berhasil dengan diabadikannya Bandar Malaka dan George Town Penang sebagai WHS. Ini adalah situs ke-3 di Malaysia yang jadi WHS.

Sebenarnya sih Indonesia masih menjadi negara yang paling banyak memiliki WHS di Asia Tenggara. Kita Punya 7 situs. Thailand, Vietnam, dan Filipina hanya punya 5, sedangkan Kamboja malah baru 2. Sebenarnya kita patut berbangga diri, tetapi tentu harus dibarengi dengan usaha menjaga situs-situs yang ada dan menggalakkan pariwisata kita.

Nah dari 7 situs WHS di Indonesia tersebut, 3 diantaranya berada di propinsi Jawa Tengah. Kesanalah saya pergi dalam liburan yang cukup singkat kemarin. 3 situs itu masing-masing adalah Candi Borobudur di kota Magelang, Candi Prambanan di perbatasan kota Klaten dan propinsi DI Yogyakarta, serta situs arkeologi Sangiran di perbatasan Solo dan Sragen.

3 situs dalam 2 hari. Luar biasa melelahkan, tapi juga menyenangkan. Untuk Borobudur dan Prambanan mungkin tidak perlu diceritakan panjang lebar. Hampir semua orang di Indonesia bahkan di dunia sudah mengenal dua candi ini. Landmark Indonesia yang tidak bisa dicuri oleh siapapun di dunia.

Sebenarnya sih aku sudah pernah ke Borobudur sekali, waktu SMA dulu. Sedangkan ke Prambanan belum pernah sama sekali. Tapi ini pertama kalinya aku bisa mengunjungi keduanya sekaligus, dan saat aku tahu bahwa keduanya termasuk dalam WHS tentu saja ini menjadi lebih menyenangkan lagi.

In front of Prambanan Temple

Kuil Dewa Siwa Prambanan, indah ya

Sunset in Prambanan

In front of Borobudur Temple

Di stupa induk Borobudur

Di salah satu stupa Borobudur

Ada dua hal yang mengesankan bagiku mengenai kedua candi ini. Pertama tentu saja adalah penggambaran kerukunan umat beragama yang ada. Candi Prambanan adalah candi Hindu sementara candi Borobudur adalah candi Buddha. Dua agama yang berbeda, namun kedua candi berada di wilayah yang sama. Suatu bukti kerukunan dan toleransi beragama yang cukup tinggi bukan, yang mungkin saat ini sudah mulai terkikis. Kedua khusus tentang candi Prambanan. Kalau ada yang mungkin iseng membaca legenda candi Prambanan, mungkin tahu tentang kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang yang menjadi latar pembangunan candi Prambanan ini. Alkisah Bandung Bondowoso berniat untuk melamar Roro Jonggrang untuk menjadi prabu dari dinasti Syailendra. Roro Jonggrang pun memberikan syarat yang cukup berat, dia meminta Bandung Bondowoso membangun seribu candi dalam semalam. Itu kenapa Prambanan diberi nama juga candi Sewu.

Rupanya Bandung Bondowoso sendiri rupanya bukan orang sembarangan, dia memiliki kemampuan mistis yang luar biasa. Dia pun menyanggupi syarat yang diberikan Roro Jonggrang. Maka saat malam tiba, Bandung Bondowoso memanggil pasukan jin-nya untuk membantu membangun 1000 candi yang disyaratkan tersebut.

Roro Jonggrang yang sedari awal memang ingin menolak lamaran Bandung Bondowoso akhirnya melakukan hal yang tidak diduga. Dia memanggil para pembantunya untuk membakar sekam dan juga untuk membunyikan alu yang menjadi alat menumbuk padi sehingga seolah-olah fajar telah tiba dan pagi akan segera menjelang. Pasukan jin Bandung Bondowoso yang hanya bisa bekerja sebelum fajar menyingsing pun akhirnya pergi. Padahal pada waktu itu belum juga fajar, akhirnya Bandung Bondowoso pun menyelesaikan candi tersebut dengan kekuatannya sendiri. Saat pagi tiba setelah dihitung, rupanya candi yang telah dibuat Bandung Bondowoso hanya kurang 1 saja alias dia telah membuat 999 candi dalam semalam. Namun karena yang disyaratkan adalah 1000 candi, maka tetap saja lamarannya ditolak oleh Roro Jonggrang. Dalam murkanya, Bandung Bondowoso mengutuk kehancuran kerajaan Syailendra dan Mataram Hindu yang akhirnya kemudian terjadi saat Majapahit meluluh lantakkan Mataram Hindu.

Hmm.....sad ending sih. Cuman kalau ditilik dari sisi ekonomi, jujur Roro Jonggrang itu gak tahu diri. Orang dah capek-capek bikin candi yang walaupun kurang satu dari maunya dia, tapi tetap banyak lho. 999 candi !!! Emangnya si Roro Jonggrang bisa apa ??? Paling gak coba kerja kerasnya dihargai sedikit. Huh.....matre juga tuh Roro Jonggrang.

Tapi sangat disayangkan kedua candi ini saat ini mulai digerus zaman. Sudah muncul retak-retak di sana sini. Beberapa diantaranya dipicu oleh gempa bumi yang melanda Jawa Tengah dan Yogyakarta tahun 2006 lalu. Syukur usaha perbaikan masih dilakukan terus. Semoga bisa berjalan dengan baik, dan semoga Borobudur dan Prambanan bisa terus berdiri kokoh.

Renovasi salah satu candi di Prambanan

Aku lebih tertarik untuk bercerita mengenai situs Sangiran. Entah ada yang ingat atau tidak, sebenarnya Sangiran sudah disebut dalam buku-buku pelajaran sejarah SMA tentang prasejarah dan kepurbakalaan.

Sangiran sebenarnya adalah nama dua dusun yang terletak diantara kabupaten Sragen dan Karanganyar di Jawa Tengah. Tempat ini merupakan situs arkeologi yang terluas di dunia (mencapai kurang lebih 56 km persegi) dan diperkirakan dihuni oleh manusia purba sejak lebih dari satu juta tahun, jauh lebih lama dari situs arkeologi serupa di tempat lain. Inilah mengapa situs Sangiran menjadi cukup berharga.

Sebenarnya sudah lama Sangiran menjadi tempat para arkeolog meneliti mengenai manusia purba dan juga tentang peradaban masa lalu. Penelitian paling awal dirintis oleh arkeolog Belanda bernama Eugene Dubois yang melakukan penggalian di daerah ini sekitar tahun 1893. Sayangnya dia tidak menemukan apa yang dia cari. Baru pada tahun 1930-an, arkeolog Belanda yang lain yang bernama von Koenigswald menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus Erectus & Meganthropus Palaeojavanicus yang kemudian terkenal itu. Barulah kemudian menyusul penemuan fosil-fosil purbakala lainnya di daerah Sangiran. Selama perang dunia II, von Koenigswald menghadapi saat terberatnya saat berusaha mempertahankan fosil-fosil Sangiran dari ancaman sitaan tentara Jepang. Untunglah fosil tersebut berhasil diselamatkan sampai saat ini.

Museum Sangiran yang sekarang berada tidak jauh dari lokasi ekskavasi dahulu, digunakan untuk menampung fosil-fosil yang ditemukan di wilayah Sangiran. Museumnya sangat sederhana bahkan terkesan reyot dari luar. Memang keterpencilan lokasi museum ini membuatnya hampir tidak dikenal orang. Untunglah usaha publikasi dan perbaikan serta renovasi bangunan sudah dimulai. Semoga bisa menjadi museum kepurbakalaan yang menarik nantinya.

Di depan Museum Purbakala Sangiran

Diorama manusia purba di Museum Purbakala Sangiran

Fosil gading gajah Mammoth yang mencapai 5 meter lebih

Percaya gak, ini rahang kuda nil ????

Beberapa fosil kerang yang ditemukan di Sangiran

Disinilah kita bisa melihat kekayaan arkeologis Indonesia. Selain fosil-fosil manusia purba, kita juga bisa melihat fosil lainnya semisal fosil gading gajah Mammoth yang panjangnya mencapai 5 meter lebih, atau fosil kepala kerbau purba yang tanduknya juga cukup panjang. Ada dua fosil yang cukup menarik bagi saya disini. Pertama adalah fosil rahang kuda nil yang ditemukan di Sangiran. Menarik karena seperti kita ketahui, kuda nil memiliki habitat asli di wilayah Afrika. Akan tetapi fosil kuda nil yang mencapai ribuan tahun ini ditemukan di wilayah Sangiran. Mungkinkah dahulu ada kuda nil yang hidup di Sangiran ???

Yang kedua adalah fosil kerang laut yang juga banyak ditemukan di Sangiran. Tidak hanya fosil kerang, ada juga fosil gigi ikan hiu yang dipamerkan disini. Fosil-fosil hewan laut ini membuat para arkeolog berhipotesis bahwa daerah Sangiran dahulu merupakan wilayah lautan. Luar biasa sekali kekayaan arkeologis Indonesia.

Inilah beberapa keunggulan situs Sangiran sehingga pemerintah pun mengajukannya ke UNESCO sebagai World Heritage Site. Dalam sidang UNESCO tahun 1996 di Merida, Mexico, akhirnya Sangiran resmi dijadikan WHS dengan nama Sangiran Early Man Site. Jadilah sangiran menjadi situs WHS kelima Indonesia saat itu menyusul Borobudur, Prambanan, Taman Nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional Komodo yang sudah menjadi WHS sebelumnya. Barulah kemudian menyusul Taman National Lorentz di tahun 1999 dan terakhir sistem hutan hujan tropis Indonesia di Sumatra yang merupakan gabungan Taman Nasional Leuser, Kerinci Seblat, dan Bukit Barisan Selatan yang menjadi WHS ke-7 Indonesia di tahun 2004.

Sayangnya walaupun tergolong tempat penting dan juga WHS, situs Sangiran jarang sekali dikunjungi orang. Mungkin hanya mereka yang sedang menggeluti dunia arkeologi atau sejarah yang tertarik mendatangi situs ini. Pernah pengunjung museum Sangiran mencapai 250.000 orang per tahun. Sayang pasca krisis moneter yang melanda Indonesia di era 90-an, pengunjung Sangiran pun menurun tajam. Hal ini antara lain disebabkan oleh terpencilnya lokasi situs yang memang terletak di daerah pedesaan dan kurangnya publikasi yang diberikan pemerintah untuk menarik orang mengunjungi tempat ini. Semoga pengembangan situs Sangiran ke depan bisa berjalan baik untuk menunjukkan kekayaan bumi Indonesia di bidang sejarah dan arkeologi.

Ahh....benar-benar perjalanan yang berharga mengunjungi 3 situs WHS di Jawa Tengah ini. Satu-satunya yang tidak mengenakkan adalah aku harus menggunakan kereta ekonomi ke Yogyakarta terlebih dahulu sebelum mengunjungi ketiga situs ini, sangat tidak nyaman. Tapi ini terbayar dengan kepuasan yang tidak ada taranya setelah mengunjungi ketiga tempat ini. Mungkin karena ini pertama kalinya bagiku mengunjungi situs warisan dunia, dan aku langsung mengunjungi 3 tempat, dan juga ini adalah situs yang ada di Indonesia sehingga merupakan kebanggaan negeriku. Puas tiada taranya.

Cuman tetap saja ada satu hal yang aku sendiri heran setiap kali aku bepergian. Walaupun aku doyan backpacking, namun aku tidak pernah mau mengunjungi situs yang sudah pernah aku kunjungi sebelumnya. Apalagi jika aku sudah memiliki dokumentasi sebelumnya. Hmm..... cukup sekali perjalanan, dan cukup sekali untuk menikmatinya. Well.... itulah aku.

Anyway, sudah puas banget berlibur. Saatnya kembali nih ke tugas yang kurasa banyak terlantar. Dalam 7 bulan kemarin aku sudah mengunjungi 6 flagship sites Taiwan dan 3 World Heritage Site Indonesia. Luar biasa sih, tapi memang sedikit mengorbankan konsentrasiku di kuliah. Aku harus ingat untuk fokus pada tesisku. Saatnya memindahkan fokus. Dan backpacking ??? tentu saja terus berlanjut. Cuman lebih dikendalikan, tidak brutal dalam melakukannya. Tetapi fokus dan dinikmati. Mungkin dari situ aku akan memahami cara menikmati perjalanan yang selama ini aku cari, dan juga mungkin aku akan menemukan dimana hatiku tertambat dan dimanakah situs pariwisata yang tidak akan pernah bosan aku kunjungi. Salam backpackers.


- M. Rizki Ramadhani -