Sunday, 19 September 2010

How I conquer the main islands of Indonesia !!!

How I travel to conquer Indonesia :

- Born in Biak, Papua 28th of June 1984

- Move to Sorong, now West Papua in 1990

- Done my first visit to Ambon, Maluku in 1990 with my mother

- Visit the capital city of Papua, Jayapura, all by myself in 1992

- Travel to Merauke, the most eastern edge of Indonesia in 1998. Including the border with Papua New Guinea

- Visit Wamena, Timika, and Kei islands in Maluku during my journey back to Sorong

- Visit Bitung and Manado, North Sulawesi in 1996 during a study tour. Enjoying the hot spring in Tondano Lake and visit Tuanku Imam Bonjol graveyard in Minahasa

- Travel by bus to Gorontalo in 1996 during my visit to Manado

- Regularly back to my village in Makassar, South Sulawesi every year since 1995. Including a travel to Banggai, Central Sulawesi, and enjoying a nice bakso in Ternate, now in North Maluku and in Bau-Bau South East Sulawesi

- Visit Bandaneira and the Belgica Fort, Maluku in 1999 during my journey to Java

- Visit Surabaya, East Java in 1999. First time I stepped my foot on Java Islands

- Visit Jogjakarta, including beatufiul Borobudur temple in 1999 during visit to Java island

- Visit Jakarta for 1 week. First time I stepped my foot on the capital of Indonesia

- Visit Batulicin, South Kalimantan for 1 night in 2003. First time I stepped my foot on Kalimantan Islands

- Visit Naggroe Aceh Darussalam, during tsunami disaster on January 2005. Spent 2 weeks as a volunteer there. First time I stepped my foot on Sumatra iIsland

- Visit Medan and Serdang Bedagai North Sumatra in 2006 during a research with FISIP UI.

- Magnificent travel accross Padang and Bukittingi, West Sumatra. Around Singkarak and Maninjau, visit the Sianok, Lobang Jepang, and the famous home of Bung Hatta for 4 days in 2007.

- Travel across Java Island from Banten, Bandung, Semarang, Jogjakarta, and Surabaya during my study in UI from 2001 - 2007 including visit to 3 World Heritage Sites in Java : Borobudur, Prambanan, and Sangiran

ups ...... I haven't visited the Bali Nusa Tenggara part so .............

- Visit Bali for the first time after Lebaran 2010. Magnificent journey from Kuta to Kintamani. First time I step on Bali Nusa Tenggara.

And that is the story of how I conquer all the main islands of Indonesia !!!!!!!!

Rizki 18092010

Tuesday, 20 January 2009

Untuk Tuan Barrack Obama

Yth Tuan Barrack Hussein Obama II

Saya hanyalah salah satu dari sekian milyar penduduk dunia, dan hari ini hanyalah hari yang biasa dalam kehidupan saya. Tetapi tidak bagi anda, saat seluruh media massa di dunia meliput detik-detik pertama langkah anda menuju gedung putih, sementara mereka di Palestina duduk termenung diatas puing-puing ditemani kesepian. Maka izinkanlah saya terlebih dahulu mengucapkan selamat atas dilantiknya anda sebagai presiden Amerika Serikat ke-44.

Tuan Barrack Obama, saya mencintai negeri saya, seperti halnya anda mencintai negeri anda. Saya yakin sepenuhnya kepada agama dan keyakinan saya, seperti halnya anda yakin pada agama dan keyakinannya anda. Saya pun cinta pada perdamaian, seperti halnya saya yakin anda pun adalah orang yang cinta perdamaian. Maka saya pun bertanya-tanya di hari ini, sambil sedikit berharap walaupun acuh tak acuh, apakah anda pun akan membawa pesan perdamaian, pesan persaudaraan, pesan kesejahteraan? Akankah berapi-apinya pidato anda itu akan menjadi sebuah kenyataan?

Suka atau tidak, terima atau tidak, negeri anda adalah negeri terkuat di dunia. Sang adikuasa, polisi dunia, kiblat ekonomi, pendidikan, pertahanan dan berbagai hal lainnya. Sedikit atau banyak, politik dunia ini dipengaruhi oleh negara anda. .

Namun anda tidak bisa memungkiri, bahwa sejarah Amerika di dunia pun bukan hanya tertulis dengan tinta emas, tetapi juga ditulis dengan darah dan pena yang berbuat dari tulang belulang manusia. Amerikalah yang menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Amerikalah yang memulai perang Vietnam, dan Amerika pulalah yang meluluh lantakkan Afghanistan dan Irak. Sejarah negeri anda pun tidak lepas dari sejarah kekerasan, history of violence. Tidak kepada sesama bangsa Amerika, tapi juga sesama saudara warga dunia. Amerika yang berkhotbah untuk kebaikan negeri lain dengan menyerbu mereka di tanahnya sendiri, Amerika yang berseru untuk kesejahteraan dunia dengan memeras kekayaan alam negeri yang lebih lemah, Amerika yang berwajah malaikat di pagi hari namun bermuka algojo di malam harinya, Amerika yang berseru "kami peduli", namun sesaat kemudian berteriak "matilah kamu".

Sebenarnya sangat naïf, naïf sekali menggantungkan kebaikan dunia kepada satu negara, dan akhirnya beban itu pun digantungkan di pundak satu orang seperti anda. Tetapi apa mau dikata. Sekarang anda adalah orang nomor 1 di negara nomor 1 dunia. Anda duduk di puncak kekuasaan. Di telapak kaki anda orang-orang akan meminta keadilan. Di dalam pikiran andalah akan dirancang pembaharuan atau kehancuran. Telunjuk anda akan jadi isyarat kemana bantuan diberikan atau arah rudal nuklir berikutnya dijatuhkan

Maka pada hari ini, hari pertama anda memanggul gelar besar Presiden Amerika Serikat, saya ingin kita berbagi keprihatinan, yang berangkat dari akal sehat setiap manusia yang masih waras. Keprihatinan akan perang, yang tidak sedikit dipicu oleh negara anda. Kerpihatinan akan nyawa-nyawa mereka yang tidak bersalah yang tidak sedikit disebabkan oleh peluru dan mortir buatan negara anda. Keprihatinan akan mereka yang menangis dan resah karena tidak punya pekerjaan, yang juga disebabkan krisis ekonomi di negeri anda.

Saya pun menangis, saya pun prihatin, saya pun resah. Seperti halnya tidak sedikit warga Amerika Serikat pun menangis seperti saya. Dan karena tangis itulah mereka menaruh harapan pada anda, harapan pada hampir 70 juta orang yang memilih anda, harapan untuk melihat Amerika yang lebih baik untuk dunia yang juga lebih baik.

Saya bukan warga Amerika Serikat tuan, tapi saya berbagi keprihatinan yang sama. Karena nilai-nilai kemanusiaan adalah nilai-nilai universal di dunia, maka dititik itulah saya memahami harapan warga Amerika, dan dititik itulah pula saya memahami beratnya tugas anda, membereskan tumpukan masalah yang diwariskan rezim lama yang melenggang turun bagaikan tanpa dosa. Saya yakin anda percaya pada keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Tetapi semua itu hanyalah harapan, andalah yang nanti akan bertanggung jawab untuk melaksanakan harapan-harapan itu

Dunia akan melihat pada 4 tahun kepemimpinan anda. 4 tahun bukanlah waktu yang lama. Tetapi derita dan sengsara tak mengenal waktu tuan. Derita mereka yang rumahnya dibom di Gaza, derita mereka yang tidak bisa makan di Sudan, derita mereka yang dihantam badai di New Orleans, derita para diplomat di sidang PBB yang harus pulang tanpa hasil, derita dunia yang disebabkan oleh kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Kami tak butuh kata-kata kampanye anda tuan. Kami butuh bukti, bukti bahwa Amerika Serikat masih merupakan bangsa yang beradab di dunia. Anda dan waktu yang akan menjawabnya.

Selamat Tuan Obama. Saat fajar menyingsing di Washington, tantangan besar membentang di hadapan anda. Anda mengambil tantangan ini. Hari ini ratusan warga Amerika akan merasakan, dan ribuan penduduk dunia pun bertaruh, akankah sejarah dunia akan berubah lebih baik dengan Amerika Serikat berada di dalam arus perubahan itu. Dan apakah Paman Sam akan dipimpin oleh seorang presiden yang menulis tinta sejarah dalam kebijaksanaan, ataukah hanya iblis baru yang bertahta didalam keangkuhan.


- Taipei, dinihari 21 Januari 2009 -

Friday, 9 January 2009

Remembering 2008

Taipei, 10 Januari 2009

1 tahun sudah berlalu. Satu tahun penuh evaluasi. Satu tahun yang entah lebih banyak sukanya atau dukanya. Jujur aku merasa tahun 2008 kemarin adalah tahun terberat di Taiwan. Tahun dimana aku juga merasa banyak salah langkah. Tahun dimana banyak sekali keluar uang dan banyak sekali buang-buang waktu. Tapi aku tak bisa menutupi beberapa hal yang positif dari tahun lalu. Aku menulis blog ini sebagai evaluasi perjalananku di tahun 2008 yang cukup berat sebagai evaluasi dan niat untuk berbuat lebih baik lagi di tahun baru mengingat aku sudah pasang resolusi saat tahun baru di Taipei 101. Hmm.... mulai darimana yah ???

Sangat sibuk

Tidak bisa dipungkiri ini adalah salah satu keluhanku tahun kemarin. Sibuk disini terutama adalah sibuk di luar kuliah. Dan banyak diantaranya yang aku gak ingin ulangi lagi

Pertama adalah kegiatan YEF (Youth Entrepreneurship Forum ) 2008. Fiuhh .... jujur aku menyesal ikut kegiatan ini kemarin. Rangkaian kegiatan sebulan penuh yang mengharapkan diskusi antar pesertanya tapi semuanya dalam bahasa mandarin dan saat itu mandarinku pas-pasan. Ditambah lagi pertemuannya yang sering dilakukan diluar Taipei, seperti Hsinchu atau Taichung yang menambah sibuk kegiatanku. Jujur aku merasa kayak kambing congek aja selama kegiatan ini. Orang ngomong berseliweran sana sini sedangkan aku cuman bisa diam saja sambil sesekali bilang hao atau dui. Gak bakal deh aku ikut itu lagi.

Kegiaan di NTUFSA juga cukup berat, terutama pesta Natal mereka kemarin. Secara profesional aku bantu walaupun aku tidak datang saat hari-H-nya. Cuman jujur orang-orang semua sangat terbawa sibuk sehingga semua diserahkan ke aku. Aku jadi tahu karakter orang-orang negara lain yang kadang kala cuek saja dengan sesuatu. Yang aku sesali dari sini sih cuman 2, aku yang hampir mengerjakan semua tugas walaupun bukan PO-nya, dan aduhh...kenapa sih harus acara Natal ??? Ini kan prinsipil.

Kegiatan FORMMIT juga sangat berat. Sejak aku terpilih sebagai Humin FORMMIT, cukup banyak kegiatan yang dilaksanakan secara maraton keluar kota. Belum lagi waktu sempat jadi PO Lomba Kreativitas Anak Negeri kemarin. Di awal ada training advokasi di Kaohsiung, pas Ramadhan kembali mabit di Kaohsiung, terus muktamar KMIT di Taichung, fiuh..... banyak banget tugas ke luar kota. Kadang aku juga merasa capek dan agak tidak adil dalam pembagian tugas karena aku terus yang ditunjuk untuk kemana-mana. Tapi sudahlah ... anggap saja amal. Lagipula itu kan udah "masa lalu" alias tahun lalu he....he....

Aku sedang berusaha untuk menganggap bahwa malam tahun baru adalah batas jauh yang tidak perlu diungkit lagi tentang masa lalu tahun 2008 dan tahun 2009.

Akhirnya prestasi pun turun sedikit

Yup. Inilah konsekuensi jika kita sibuk namun tanpa perencanaan sama sekali. Akhirnya prestasiku juga rada jeblok semester 2 lalu. Sebelumnya 4 mata kuliah full A di semester 1, namun di semester 2 di antara 4 mata kuliah cuman 3 yang A, sementara yang satu bernilai B. Aku sadar sepenuhnya sih karena banyaknya kegiatan organisasi yang aku lakukan di tahun 2008 plus kegiatan kurikuler non kuliah, akan berpengaruh kepada porsi waktu untuk belajar. Jadinya ini adalah hal yang wajar. Belum lagi kuliah yang ada di semester 2 adalah kuliah programming maut macam Digital Image Processing atau Computer Simulation.

Inilah yang kadang kala bikin aku menggerutu dalam hati. Baik kepada diriku sendiri maupun kepada orang lain. Apakah mereka yang suka menyuruh-nyuruh aku kemana-mana atau saat bertugas tahu bahwa aku juga punya kesibukan dan kewajiban lain ? Mengapa aku tidak berani untuk menolak saat memang aku tahu ada kesibukan yang lebih penting ? Apa sih yang membuat aku begitu terlalu antusias melaksanakan sesuatu diluar belajar sementara aku tahu bahwa kuliahku lebih penting disini ? Yah, mau diapain lagi. Setidaknya satu berita baik adalah nilai rata-rata ku untuk semester 2 masih diatas 85. Artinya gak berada lebih rendah dibawah target pribadiku.

Tapi yang jelas, kerja brutal sampai memakan porsi waktu kuliah, bangun telat, dan belajar sistem SKS yang sempat terjadi kembali semester kemarin tidak akan kuulangi lagi. Anggap saja ini bersama dengan pengalaman kuliah awut-awutan di S1 dulu adalah cambuk kembali untuk lebih baik ke depan. Satu kritikku adalah aku kurang perhatian pada ilmuku sendiri. Entah karena tidak ada waktu, memang ilmuku saat ini terhitung sulit, atau karena mungkin ada cabang ilmu lain yang memang jadi bidangku dan belum kusadari sekarang. Ini menjadi hal yang sangat kuperhatikan saat membuat resolusi tahun baru, apalagi kalau memang aku punya mimpi mendapatkan hadiah Nobel (silahkan ketawa untuk pernyataan yang satu ini, kadang kala pun kupikir ini mimpi banget .....).


ARC dan urusan imigrasi istri

Percaya gak kalau ini memakan waktu 6 bulan ?? Yup, ini pun cukup menguras tenaga. Full selama 2 bulan saat aku berada di Indonesia saat summer kemarin aku cuman bolak-balik untuk mengurus hal yang satu ini Birokrasi ala Republik Indonesia yang sangat menyedihkan dan menjengkelkan dan ditambah lagi masalah imigrasi memang cukup rumit sehingga ini cukup menguras waktu dan tenaga. Full 2 bulan di Indonesia hanya bisa dipakai untuk mengurus visa visitor istri, karena aku belum genap 1 tahun di Taiwan saat itu dan ARC-ku pun belum kuperpanjang. Untungnya visa ini bisa diganti di Taipei tanpa harus balik ke Indonesia. Tapi tetap saja sibuk. Harus periksa kesehatan, menunggu, kemudian mengurus visa residen di imigrasi, perpanjang tanggal visa lama dulu di imigrasi, terus kembali untuk bikin visa residen, menunggu, sampai akhirnya dapat visa residen.

Sesudah itu giliran urusan bikin ARC. Gara-gara salah satu oknum petugas imigrasi yang minta agar foto istri harus menunjukkan telinga terpaksa deh aku harus bikin ARC dua kali. ARC yang pertama terpaksa kubuang gara-gara istri pun gak mau pegang. Baru di kesempatan kedua bikin ARC aku cari petugas yang berbeda yang akhirnya mengizinkan penggunaan foto berjilbab.

Aku sebenarnya agak malas berurusan dengan birokrasi. Makanya aku malas banget mengingat-ingat masa bikin ARC ini. Tapi ambil baiknya lah ... Akhirnya aku tahu proses birokrasi yang berbeda-beda dalam pengurusan visa. Misalnya mengurus visa istri dan visa aku yang pelajar berbeda sekali. Harus kemana-mananya sudah aku tahu dan aku gak berharap perlu lagi deh untuk kemana-mana itu. Plus akhirnya ARC yang diinginkan pun jadi. Aku selesai urus ARC ini pada tanggal 29 Desember 2008. Lumayanlah masih di tahun lama, sehingga tidak mengganggu resolusiku untuk menjauhi birokrasi di tahun baru.

Jujur kayaknya gak ada yang aku ingin ingat dari 2008.

Kebanyakan jalan-jalan

Keluhanku sendiri sih, dan orang-orang kadang memandangnya sinis. Lihat saja, istriku saja kadang sinis waktu aku bilang : "aku pengen berhenti jalan-jalan". Belum lagi kawan-kawan yang banyak bilang "ini orang di Taiwan kerjanya jalan-jalan melulu yah ??".

Kenapa sih sampai bisa kayak gini ? Sebenarnya ada hikmah dibalik semua ini yakni hikmah mengendalikan diri. Semua dimulai waktu aku lihat brosur tentang perkumpulan traveller muda di International Office NTU. Disitu ada daftar tentang 8 obyek wisata unggulan Taiwan. Niat backpackingku jadi timbul lagi sesudah terakhir kali aku menjelajah Sumatra Barat di awal 2007. Pas ngenet kemudian pun iseng-iseng membuka situs UNESCO dan akhirnya melihat mengenai world heritage sites. Situs budaya warisan dunia dan juga obyek wisata terbaik di berbagai negara. Ada 7 diantaranya yang terletak di Indonesia. Jadi tambah pengen jalan-jalan.

Maka saat itulah aku berniat, aku pengen menjelajahi itu semua. Minimal yang ada di Taiwan dan Indonesia-lah. Dan dimulailah perjalanan itu. Dimulai sejak awal Februari 2008 dengan menjelajahi pantai Kenting yang indah di selatan, sampai berakhir di Sun Moon Lake tanggal 10 Oktober 2008. Setiap aku selesai mengunjungi satu tempat, aku langsung berniat harus ke tempat yang lainnya. Begitupun di Indonesia. Di sela-sela kesibukan mengurus visa istri, aku sempatkan perjalanan jauh ke Yogyakarta dan Solo untuk mengunjungi 3 tempat World Heritage Sites yakni Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan situs purbakala Sangiran.

Kadangkala aku merasa terlalu brutal dalam bepergian. Gak ingat waktu, gak ingat uang, yang penting sampai. Kadang kala membuat aku kurang menikmati perjalanan sehingga kesannya formalitas jalan-jalan aja. Aku sadar bahwa cara jalan-jalan seperti ini sangat tidak baik. Aku ingin lebih menikmati perjalananku, disamping juga tidak mengorbankan prioritas yang lain. Kadang kala pun aku ngerasa Professor-ku merasa bete saat melihat aku jalan-jalan kemarin. Mungkin dia khawatir dengan progress- ku di kuliah. Jadi wajar-wajar aja. Itulah kenapa aku pun jadi muak dengan jalan-jalan kemarin.

Tapi, selalu ambil baiknya. Total selama tahun 2008 kemarin aku 2 kali ke Taipei 101, 2 kali ke National Palace Museum, 2 kali ke Love River, serta sekali ke Alishan, Kenting, Taroko, dan Sun Moon Lake. Ditambah dengan perjalanan ke Borobudur, Prambanan, dan Sangiran. Dari seluruh Taiwan, cuman 3 kota yang belum aku kunjungi (Changhua, Yunlin, dan Taitung). Dari 8 flagship sites Taiwan, 7 sudah dikunjungi (Taipei 101, National Palace Museum, Taroko, Sun Moon Lake, Alishan, Love River, dan Kenting). Sedangkan dari total 7 UNESCO World Heritage Site di Indonesia, 3 sudah dikunjungi (Borobudur, Prambanan, dan situs purbakala Sangiran). Lumayanlah buat kenang-kenangan.

Olahraga, hu...hu...menyedihkan

Ah sudahlah, ini memang menyedihkan entah aku sebagai orang Indonesia maupun sebagai tifosi Italia. Indonesia babak belur di piala Thomas dan Uber ditambah hancur-hancuran di sepakbola.

Keadaan tidak jauh beda untuk Italia di bidang olahraga pada tahun 2008. Di final liga champions 2008 di Moscow, tidak ada tim Italia yang masuk final. Justru dua tim Inggris yang bertemu. Final piala UEFA di Manchester juga tidak diikuti oleh tim asal Italia. Sudah 9 tahun sejak terakhir kali ada tim Italia yang merebut piala UEFA. Piala Eropa lebih lagi. Jujur aku sangat sebal melihat gelaran piala Eropa kemarin. Italia hancur lebur, dibabat Belanda, kemudian yang paling bikin gedeg, kalah adu penalti lawan Spanyol. Hal yang membuat aku sangat benci sama timnas Spanyol. Go to hell for the matador. Di Formula 1, Ferrari akhirnya kalah di pembalap. Walaupun Felipe Massa menang lebih banyak GP, tapi Lewis Hamilton yang jadi juara dunia.

Hancur deh ...... Jangan diingat urusan olahraga di tahun 2008.

Evaluasi

Yah, yang jelas hal-hal yang buruk di tahun 2008 gak akan kuulangi. Dan aku adalah orang yang paling baik dalam urusan melupakan sesuatu he...he.. Jadi gampang lah, gak usah dikenang hal-hal ini. Yang jelas aku harus lebih fokus dalam keilmuan, lebih profesional dan fokus dalam bekerja, lebih menikmati perjalanan, mengurangi waktu tidur, dan tetap jadi tifosi Azzuri sampai mati.

Masih ada waktu untuk "balas dendam" di tesis. Ada satu tempat di Taiwan, dan di Indonesia yang masih harus kukunjungi. Dengan penuh kenikmatan tentunya. Dan tahun ini, di Roma dan Istanbul. Seluruh balas dendam Italia akan berkumandang. Resolusi 2009 dimulai, dan kuakhiri blog ini dengan satu kata mutiara

Manusia tidak harus hidup untuk mendapatkan semua keinginannya, tapi dia harus hidup untuk membalaskan dendamnya. Dan dendam adalah makanan yang paling enak disajikan dingin.

Balas dendam kesalahan langkah 2008, dimulai .......................

- Rizki -

Sunday, 21 December 2008

Keliling dunia dalam sehari ala Window on China (小人國)

Taipei, 22 Desember 2008


Menjelang akhir tahun 2008, berarti menjelang tahun baru 2009 dan semester terakhirku di NTU. Jadi untuk melengkapi perjalanan keliling Taiwan, aku dan istri kemarin berkunjung kembali ke salah satu obyek wisata terbaik di Taiwan. Namanya cukup unik, Window on China atau dalam bahasa mandarinnya adalah 小人國. Sebenarnya 小人國 secara harfiah berarti "negeri orang kecil". Agak bingung juga sih saya dengan bahasa mandarin tempat ini yang artinya berbeda jauh dengan nama bahasa Inggrisnya. Tetapi kalau kita berada di tempat ini barulah kita akan mengerti keunikan tempat ini.

Window in China terletak di Taoyuan, tepatnya di Longtan Township tidah jauh dari Chungli yang merupakan salah satu daerah terbesar di dalam distrik Taoyuan. Untuk mencapai tempat ini dari Taipei, kita bisa menggunakan kereta ekonomi yang harga tiketnya sangat murah. Cuman sekitar 57 NT dari stasiun Taipei ke stasiun Chungli. Dari stasiun Chungli kita masih harus menyambung lagi ke Window on China. Disini kita bisa menggunakan bis yang murah tapi memakan waktu cukup lama (sekitar 1 jam) atau menggunakan taksi yang hanya sekitar 25 menit tapi harganya lebih tinggi. Barulah kita akan sampai tepat di gerbang Window on China.

Harga tiketnya menengah sih, 399 NT. Tapi lumayanlah dengan kesenangan yang bisa diperoleh disini. Window on China sebenarnya adalah taman hiburan yang memamerkan miniatur tempat - tempat terkenal yang ada di berbagai dunia. Sehingga berada di tempat ini membuat kita seolah-olah menjadi raksasa di tengah miniatur-miniatur yang cukup kecil. Percaya atau tidak, Window on China merupakan taman miniatur yang lokasinya terbesar kedua di dunia, setelah Madurodam di Belanda. Lumayan deh jalan-jalan disini ....

Miniatur-miniatur tempat-tempat ini dibagi ke dalam 4 bagian. Pertama adalah bagian Cina dan Taiwan, kedua adalah bagian Asia, ketiga adalah bagian Eropa, dan terakhir adalah bagian Amerika.

Di bagian Cina dan Taiwan kita bisa melihat beberapa miniatur bangunan-bangunan menarik di kedua negara ini. Untuk Taiwan ada miniatur dari Chiang Kai Shek Memorial Hall, Istana Presiden di Zhongzheng, Benteng Santo Domingo, SYS Memorial Hall, juga miniatur mesjid besar Taipei pun ada. Bahkan ada juga miniatur kereta cepat HSR yang berjalan cepat diatas rel mengelilingi tempat-tempat tersebut. Kebetulan sih semua miniatur tempat terkenal Taiwan yang ada disini sudah aku kunjungi semua yang aslinya. Tapi lumayan menarik juga berada disini.

Chiang Kai-shek Memorial Hall, miniatur dan yang asli

Masjid Besar Taipei, miniatur dan yang asli

Yang menarik ada di bagian Cina dimana beberapa miniatur tempat terkenal di Cina dibuat sedemikian rupa sehingga cukup menarik. Alun-alun kota terlarang (Forbidden City) lengkap dengan lapangan Tiananmennya ada disini. Minaitur tembok Cina dan Longmen Grotto yang menjadi World Heritage Site bahkan seolah-olah sesuai dengan aslinya disini.

Forbidden city yang indah di Beijing, miniatur dan aslinya

Untuk mencapai bagian berikutnya dari Window on China, kita harus menggunakan kereta kecil yang khusus digunakan untuk wisata di dalam Window On China.

Disinilah kita akan mencapai bagian miniatur Asia dan miniatur Eropa. Bagian miniatur Asia banyak didominasi oleh bangunan-bangunan di Asia Timur. Miniatur kastil Himeji, kastil Osaka, dan Seven Stories Pagoda dari Nara Jepang menghiasi tempat ini. Ada juga kuil Bulguksa dari Korea Selatan. Tetapi tidak hanya itu saja. Ada juga Taj Mahal yang terkenal dari India, bersama dengan stupa Sanchi. Ada juga Dome of the Rock yang terkenal di Jerussalem, serta miniatur minaret Samarra di Irak.

Taj Mahal di India, miniatur dan yang aslinya

Di seberang lainnya dari bagian miniatur Asia baru kita temui miniatur Eropa. Total ada miniatur yang berasal dari 9 negara disini, walaupun didominasi oleh salah satu negara favoritku dalam bidang budaya dan sepakbola, Italia (^_^). Menara miring Pisa, Pantheon Roma, Katedral Chartres dari Perancis, Acropolis Yunani, Stonehenge dari Inggris, kuil Rila di Bulgaria, gereja St. Basil yang terletak tepat di lapangan merah Moskow, serta kincir angin Belanda semua ada miniaturnya disini. Katedral Chartres dan menara miring Pisa adalah yang paling menarik bagi saya disini.
Menara miring di Pisa, Italia, miniatur dan yang aslinya


Katedral Chartres di Perancis, yang miniatur dan yang asli

Dan terakhir barulah kita berkunjung ke miniatur Amerika. Kebanyakan di bagian ini adalah miniatur-miniatur bangunan bersejarah di AS semisal gedung putih, Lincoln Memorial, Jefferson Memorial, patung liberty, dan mount Rushmore yang menampilkan pahatan wajah 4 mantan presiden AS (George Washington, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, dan Theodore Roosevelt). Hanya miniatur kuil Chichen Itza dari Meksiko saja, satu-satunya miniatur Amerika non Amerika Serikat disini.


Mount Rushmore di AS, miniatur dan yang asli


Window on China sebenarnya tidak hanya menampilkan miniatur saja. Ada juga taman hiburan dan wahana bermain. Misalnya wahana kereta luncur air, yang dibangun dengan tema sungai Nil dan Mesir. Cukup menarik dan menantang. Jujur saya juga sampai takut waktu menaiki kereta luncur ini yang kemudian akan meluncur dari ketinggian hampir 10 meter kebawah, wow menegangkan.


Naik kereta luncur air yang menegangkan

Ada juga panggung hiburan dan wahana bermain lain, yang kebanyakan khusus untuk anak-anak. Untuk miniatur sebenarnya cukup bagus dan menarik. Sayangnya miniatur bangunan terkenal dari Afrika dan Australia tidak ada disini. Padahal sangat menarik sekali jika ada miniatur Opra House yang terkenal di Sydney atau Piramid di Mesir. Walaupun untuk Afrika, Window on China membangun wahana permainan air dengan tema sungai Nil yang cukup menarik sebagai gantinya. Lumayanlah.........

Anda ingin memiliki pengalaman keliling dunia dalam sehari dengan menginjakkan kaki di berbagai tempat terkenal dunia ?? Layaknya novel laris Jules Verne "Around the World in 80 Days" (Keliling dunia selama 80 hari) ?? Well, datang saja ke Window on China, dan kembangkan imajinasimu. Jadikan mimpi berubah jadi kenyataan (^_^).

- Rizki -

Tuesday, 9 December 2008

Gema Seorang Gao

”Lelaki itu berjalan santai di suatu senja yang indah. Saat melewati sebuah toko yang menjual alat-alat pemancingan, matanya tertumbuk ke suatu benda yang menarik. Sebuah joran pancing fiber glass buatan barat yang cukup indah dan terlihat kuat. Kenangan masa lalu pun kemudian terlintas di benaknya. Sejurus kemudian dia berpikir untuk membeli benda itu, sambil menimbang-nimbang mana yang lebih baik antara sebuah senapan berburu ataukah joran pancing untuk menangkap ikan. Akhirnya dia memutuskan, dia membeli joran pancing itu sebagai kenang-kenangan untuk kakeknya”.


Itulah salah satu potongan dari kumpulan cerita pendek berjudul ”Buying A Fishing Rod for My Grandfather” yang dalam bahasa Mandarinnya berjudul
給我老爺買魚竿 (Gei3 Wo3 Lao3 Ye Mai3 Yu2 Gan1). Buku tersebut ditulis oleh Gao Xingjian penulis kelahiran Cina yang pada tahun 2000 lalu diganjar Nobel Sastra atas karya-karyanya yang unik dan eksotis.


Dalam karya-karyanya, Gao mencoba mengangkat sastra Cina dalam sisi yang berbeda, secara menyeluruh, holistik. Orang-orang yang tidak banyak mengetahui mengenai literatur Cina mungkin hanya mengenal sastra Cina sebatas kata-kata bijak bestari dan puisi-puisi kuno, semisal puisi-puisi dan tulisan Lao Tze dalam Kitab Dao De Jing yang menjadi buku ajaran Taoisme atau kata-kata bijak Kong Fu-tze sang pendiri confusianisme. Padahal sastra Cina jauh lebih dari itu. Bahkan dalam bentuknya yang klasik, sastra Cina sarat akan makna yang cukup dalam dan beraneka. Gao mengangkat itu dalam kisah-kisah Shan Hai Jing, Kisah-kisah dari Gunung dan Lautan yang merupakan kumpulan dongeng-dongeng Cina klasik.


Tapi sastra Cina tidaklah sebatas itu. Selayaknya sebuah keindahan hasil karya peradaban manusia, sastra teruslah berkembang dinamis. Dalam kasus Cina, sastra Cina pun berkembang mengikuti kesejarahan Cina sendiri. Dari zaman dinasti-dinasti kuno, beranjak ke transisi di zaman kolonialisme dimana Cina sering dilanda perang yang membuatnya dijuluki “The Sick Man of Asia”, sampai sekarang dimana negeri ini tumbuh menjadi sebuah negara modern dengan luas wilayah terbesar ketiga dunia, populasi penduduk terbesar di dunia, dan mampu menyelenggarakan pesta olahraga Olimpiade. Itulah Cina yang dinamis. Dan Gao pun mencoba menyatukan hal itu. Realisme sosial di Cina dia tuangkan juga dalam tiap karyanya.


Gao Xingjian (高行健/Gao1 Xing2 Jian4) lahir di tahun 1940 di Ganzhou, sebuah kota kecil di propinsi Jiangxi yang terletak di jantung Republik Rakyat Cina. Ayahnya adalah seorang kasir bank, dan ibunya pernah terlibat dalam gerakan anti Jepang saat pecah perang Cina-Jepang di tahun 1930-an.


Dari ibunya dia belajar tentang seni melukis dan kaligrafi Cina. Sampai saat ini pun Gao dikenal sebagai seorang pelukis disamping keahilannya dalam menulis. Dia sempat belajar sastra di Universitas Nanjing dan berkunjung ke Perancis untuk kemudian bekerja sebagai penerjemah karya-karya Cina ke bahasa Perancis. Karirnya di dunia sastra dimulai saat dia menjadi penulis naskah drama di teater rakyat Cina di Beijing. Naskah drama pertamanya, Signal Alarm (Sinyal alarm) dipentaskan di Beijing di tahun 1982. Di masa-masa ini pula sejarah mencatat bahwa Cina sedang berada pada masa-masa pergolakan. Pemerintahan komunis Deng Xiaoping yang melanjutkan kekuasaan Mao Zedong sudah tidak lagi mendapat tempat di hati kebanyakan masyarakat Cina, khususnya kaum mudanya.


Kegundahan ini pun dirasakan oleh Gao, namun dia mencoba menutupinya. Kuatnya kekuasaan komunis di Cina membuat hampir semua segi kehidupan diatur dengan ketat. Termasuk sastra. Persatuan penulis Cina yang berafiliasi kepada pemerintahan pun gerah dengan karya-karya Gao. Di tahun 1983, dia diasingkan dari persatuan penulis. Di tahun yang sama dia mendapat berita buruk yang lainnya, dia dinyatakan mengidap kanker paru-paru. Untuk menenangkan diri sekaligus mencari udara yang nyaman untuk kesehatannya, dia pergi ke pinggir sungai Yangtze yang indah, berkilo-kilo meter jauhnya dari bising ibukota Beijing. Disanalah dia melihat kesederhanaan penduduk desa dan majemuknya kehidupan. Pedagang sayur, biksu, orang-orang jompo yang sudah hidup lebih dari tiga perempat abad semua menyatu membentuk peradaban yang diisi oleh keaneka ragaman karakter manusia. Disanalah pula dia menulis novel terkenalnya, Pegunungan Jiwa (Soul Mountain / 靈山 / Ling2 Shan1), karya yang dianggap sebagai masterpiece dari sang begawan sastra Cina.


Kegundahan jiwanya kemudian memuncak di tahun 1989 saat timbul protes besar-besaran yang dipelopori oleh mahasiswa di alun-alun lapangan Tiananmen, Beijing, menuntut demokratisasi pemerintahan. Saat itulah dia menulis karya berjudul Pelarian (Fugitives), novel politik sebagai bentuk dukungan diamnya terhadap gerakan mahasiswa. Pemerintahan komunis pun berang luar biasa. Seluruh karyanya dilarang terbit di seantero Cina.


Gao pun menjalani takdir kejam yang harus ditempuh oleh semua penulis hebat di dunia. Dia diasingkan dan terpaksa pindah ke Paris. Nasib Gao sama halnya dengan penulis-penulis tenar di negara komunis, tempat dimana sebuah karya sastra menjadi alat perlawanan paling hebat, pedang kata-kata yang bisa langsung menusuk jantung para politisi busuk dan diktator. Sebagai akibatnya, mereka harus minggat. Gao harus pindah dari Cina, seperti halnya bertahun-tahun sebelumnya begawan sastra Rusia Alexander Solzhenitsyn juga diusir dari negerinya, bekas Uni Sovyet, dan dicabut kewarganegaraannya karena mengkritik pemerintahan komunis Sovyet.


Sejak itulah dia berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Perancis. Tapi rindunya terhadap kampung halaman tidaklah pudar. Di tahun 1998 dia menerbitkan novel lainnya, Injil Milik Seseorang (One Man’s Bible/一個人的聖經/ Yi1 Ge Ren2 De Sheng4 Jing1), kisah tentang seorang anak manusia yang berusaha mempertahankan keyakinannya ditengah pengalaman masa lalunya yang kelam.


Pantaslah kiranya dia dianugerahkan Nobel Sastra di tahun 2000. Walaupun beragam pro dan kontra muncul akan hal itu. Seorang penulis di Cina, tempat kelahiran Gao, mengkritik Gao sebagai penulis yang buruk dan menyedihkan. Walaupun kemudian kata-kata itu akhirnya dicabut. Biar bagaimanapun Gao adalah orang Cina pertama yang dianugerahi gelar tertinggi dunia di bidang sastra.


Karya-karya Gao sering dikritik sebagai karya yang skeptis. Persis seperti penulisnya yang selalu ingin menunjukkan bahwa dunia ini berjalan apa adanya, tidak perlu melawannya apalagi mengubahnya. Karya-karyanya sering menampilkan kisah tragis orang-orang yang berusaha melarikan diri dari masa lalunya. Namun disitulah letak magis karyanya, mencoba menunjukkan manusia ditengah berbagai dimensi, terutama dimensi kesedihan dan kegelapan yang selalu ada dalam riwayat hidup manusia. Seorang manusia pastilah mempunyai masa kelam, dan sesudahnya perjuangan untuk bertahan hidup dan meraih hal yang lebih baik untuk menutup kesalahannya dahulu. Karena itulah sebenar-benarnya manusia. Lewat karyanya, Gao ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa Cina tidaklah sekaku robot-robot revolusi yang bekerja tanpa kenal lelah dari pagi sampai malam. Cina adalah dinamika yang berkembang sejak zaman-zaman kekaisaran lampau sampai beranjak menjadi negeri modern saat ini.


Gao saat menerima Nobel (Copyright : Royal Academy of Sweden)


Salah satu novel terkenal Gao, "Buying a fishing rod for my grandfather"




M. Rizki Ramadhani (馬富月/Ma3 Fu4 Yue4)

Peminat dan pemerhati sastra Cina

Diambil dari berbagai sumber

Sunday, 30 November 2008

Taiwanese style wedding

Taipei, 30 November 2008


Hari Sabtu kemarin saya mendapatkan kesempatan langka untuk sekali lagi melihat dan mengenal budaya di Taiwan. Kebetulan salah satu kawan saya di laboratorium yang bernama Max menikah. Jadilah saya diundang untuk datang ke pernikahannya. Sungguh pengalaman yang cukup langka. Pastinya banyak perbedaan antara proses pernikahan di Indonesia dan Taiwan. Itulah yang ingin saya lihat lebih dekat.

Sebenarnya sebelum menikah, kedua pasangan ini sudah bertunangan terlebih dahulu. Dan setelah saya tanyakan memang adalah sebuah kebiasaan disini untuk bertunangan terlebih dahulu sebelum menikah. Pernikahan sendiri berlangsung Sabtu, 29 November 2008 di Hsinchu, sebuah kota Industri di utara Taiwan, sekitar 1 jam dari Taipei. Aku pergi bersama 6 orang teman lab-ku yang lain. Musim dingin sedang melanda seluruh Taipei, suhu bisa mencapai belasan derajat. Anehnya di Hsinchu sendiri terang benderang, dengan suhu mencapai 30 derajat celcius. Aneh kan.... Tapi lumayan, paling gak aku bisa berpanas-panas ria disini.

Tempat pernikahan Max ada di sebuah Hotel di daerah pinggiran kota, dan di hotel yang sama berlangsung 5 pernikahan yang lainnya. Jadinya ada 6 pernikahan sekaligus. Wow ...gile gak tuh !!!! Kesan pertama jika kalian datang ke pernikahan ala Taiwan adalah ........ mahal. Yup sangat mahal. Di pintu depan setiap tamu akan memberikan amplop berwarna merah yang di dalamnya berisi uang. Uangnya sendiri tidak tanggung-tanggung bisa mencapai 10,000 NT (Rp 3,000,000.00). Selain itu di meja pendaftaran, petugas penerima tamu akan langsung membuka amplop untuk menghitung uang yang ada di dalamnya untuk langsung dihitung jumlah keseluruhannya. Jadi tahu deh masing-masing nyumbang berapa duit. Temanku sendiri bilang bahwa biasanya uang minimal yang diberikan adalah 1,200 NT. Mahal banget .... Jadinya apa boleh buat, di depan meja pendaftaran aku relakan deh menyumbang 1,200 NT. Tapi gak apa-apalah, hitung-hitung amal (T_T).

Meja pendaftaran, amplop uang dikumpulkan dan langsung dihitung disini

Setelah itu barulah kita masuk ke dalam ruang acara. Kami tiba sekitar pukul 11.45 pagi, acara dijadwalkan dimulai pada pukul 12.00. Jadi kami masih menunggu, selama menunggu banyak tamu-tamu yang datang. Dan disini sang mempelai pria-lah yang ikut menyambut para tamu sekaligus menyapa atau sekedar berbasa-basi. Beda kan dengan kita di Indonesia dimana kedua mempelai sudah dipingit dari awal.

Kawanku Max, sang mempelai Pria, sedang menyambut para tamu


Satu perbedaan lagi disini adalah kalau di Indonesia umumnya makanan disediakan dengan cara parasmanan sehingga para tamu nantinya akan mengambil sendiri hidangan yang ada, tapi di Taiwan kita sudah diatur duduk pada meja tertentu. Sehingga makanan disajikan langsung ke meja masing-masing tamu. Tidak ada istilah pilih-pilih makanan jadinya. Kemudian di tiap meja bisa ditempati oleh maksimal 10 orang tamu. Mungkin ini untuk memudahkan panitia menghitung jumlah tamu yang datang sekaligus menghitung jumlah hidangan yang disajikan. Cukup unik juga. Sambil menunggu tamu datang dan menunggu acara dimulai, ada dua layar besar yang menampilkan foto-foto kedua mempelai. Kayaknya yang kayak gini gak ada deh di Indonesia.

Meja tempat kami di acara pernikahan

Aku di meja tempat kami, dengan background layar tempat foto-foto mempelai ditampilkan


Pukul 12.30 barulah acara dimulai. Nah ini yang menarik dan unik dari rangkaian acara ini. Acara dimulai pertama-tama dengan menampilkan foto kedua mempelai yang akan menikah dari sejak mereka kecil hingga besar. Kemudian ada ritual mempelai masuk ruangan. Cukup unik. Pertama-tama yang akan masuk adalah anak-anak kecil yang lucu dan imut yang membawa sekeranjang bunga. Kemudian dilanjutkan dengan kerabat dari kedua mempelai yang masuk secara berpasang-pasangan. Menyusul berikutnya adalah pembawa liilin. Terus terang aku gak ngerti maksud dari 3 gelombang orang-orang ini. Barulah di bagian keempat mempelai pria sendirian masuk ke dalam ruangan. Dia akan berhenti di tengah perjalanan menuju ke panggung. Barulah kemudian mempelai wanita dan ayah sang mempelai wanita masuk ke dalam ruangan sebagai bagian terakhir. Di tengah perjalanan ke panggung, sang ayah akan menyerahkan sang mempelai wanita kepada pihak laki-laki. Mungkin sebagai simbol bahwa dia mempercayakan anaknya kepada orang lain.

Setelah itu kedua mempelai bersama dengan ayah dan ibu keduanya naik keatas panggung, dimana ada lambang besar kebahagiaan pernikahan (喜喜) di depan panggung.

Ritual mempelai masuk ruangan, dimulai dengan anak-anak kecil yang masuk

Yang kedua adalah keluarga dari kedua mempelai

Berikutnya adalah pembawa lilin

Mempelai pria, awalnya masuk ruangan sendirian

Mempelai wanita masuk didampingi ayahnya

Mempelai wanita diserahkan kepada mempelai pria

Kedua mempelai dan ayah ibunya berkumpul di panggung

Di depan panggung nantinya ada sambutan-sambutan dari pihak mempelai. Aku tidak terlalu memperhatikan yang satu ini. Mungkin karena bahasa yang digunakan campur-campur, tidak hanya mandarin. Ada juga bahasa Taiwan (Taiwanese) sehingga tidak seluruhnya bisa aku mengerti. Ada juga acara lempar bunga dari mempelai wanita kepada keluarga kedua pihak yang datang yang berjenis kelamin perempuan dan belum menikah. Katanya sih siapa yang mendapatkan bunga yang dilempar itu akan menikah berikutnya, hmm...... yang ini benar-benar seperti upacara pernikahan di Amerika Serikat ya ...... Setelah acara panggung barulah dimulai acara utama, acara makan-makan. Menunya ..... combo 11 menu secara beruntutan. Kebetulan karena aku ditemani oleh temanku sehingga mereka mengingatkan makanan mana saja yang mengandung babi. Tapi cuman 2 menu yang mengandung babi, sisanya cuma hidangan laut dan sayuran. Jadi lumayan he....he......

Selama acara makan-makan, kedua mempelai akan membagi-bagikan balon-balon berbentuk hati yang cantik dan juga ada ritual menuang anggur diatas tumpukan gelas yang disusun berbentuk piramid. Tepat pukul 15.30, acara selesai. Artinya acara utama cuman berlangsung selama 3 jam saja dari pukul setengah 1. Hmm.... padahal aku ingat waktu menikah dulu acara berlangsung dari setengah 9 pagi sampai sekitar pukul setengah 3. Berarti di Taiwan jauh lebih cepat ya. Di pintu keluar kedua mempelai dan keluarganya menyalami semua tamu yang akan pulang sambil memberikan hadiah.

Kedua mempelai membagi-bagikan balon yang lucu berbentuk hati

Menuang anggur diatas gelas yang disusun berbentuk piramid


Oya, ada satu lagi yang berbeda dengan proses pernikahan Taiwan dibandingkan dengan Indonesia jika kalian baca kembali semuanya. Apa itu ???? Yup, tidak ada akad nikah sama sekali. Tidak ada pendeta atau imam, atau upacara keagamaan sama sekali dalam proses pernikahan. Benar-benar proses pernikahan ala negara berpenduduk mayoritas atheis. Hmm....

Kira-kira kalian akan pilih proses pernikahan yang mana ?? Aku lebih suka pernikahan di negaraku sendiri. Tapi lumayan juga sih melihat proses pernikahan di negeri orang dari dekat. Walaupun lumayan mahal (T_T). OK, back to lab...... Anyway, selamat menempuh hidup baru ya Max.

- Rizki -





Tuesday, 28 October 2008

Tolong jauhi saja saya (untuk orang-orang dari masa laluku)

Tulisan ini saya tujukan untuk orang-orang dari masa laluku. Siapakah mereka ?? Sudahlah, kalau mereka kebetulan membaca tulisan ini maka mereka akan tahu sendiri. Apakah perlu saya ulangi cerita itu ?? Cerita buruk yang sudah saya kubur dalam-dalam bertahun-tahun lamanya, wahai rekan-rekanku di PPSDMS Angkatan 1 dahulu dan juga para bekas tandzim kampus UI angkatan 2001.

Waktu demi waktu sudah berlalu. Saat ini di facebook, multiply, atau segala macam situs jaringan sosial maupun melalui chat kalian mencoba untuk. Tapi tidak, saya tidak akan pernah melupakan hal itu.

Untuk kawan-kawanku di PPSDMS Angkatan 1 Regional 1. Izinkanlah saya mengutarakan kekecewaan masa lalu saya. Kita memang mengalami masa-masa berat 2 tahun itu. Masa-masa berat dimana kita melalui setiap aktivitas, evaluasi, dan kegiatan lainnya bersama-sama. Banyak dari kalian mengatakan, kalau kita sudah saling mengetahui satu sama lain. Oh tidak, tidak, tidak sama sekali. Aku ingat sekali kawan, 2 tahun dimana sebagian besar dari kalian memperlakukannya aku seolah-olah anak kecil yang selalu diperolok-olok. Bagi kalian aku tidak pernah dewasa. Kalian menunggu aku hanya untuk memperolok-olok aku. Dan apakah sikap itu berubah selepas keluarnya kita dari PPSDMS ??? Tidak, tidak sama sekali. Di setiap email yang ada di milis, di setiap kesempatan kita bertemu di pertemuan alumni, pandangan kalian tak pernah berubah. Aku kalian anggap tetap sama seperti anak kecil yang bebas kalian perolok-olok. Aku masih ingat kawan, ingat dengan baik. Di satu hari di tahun 2003 saat kita bersama-sama ke Bandung, dimana aku meneteskan airmata karena tidak tahannya hati ini mendengar olok-olokan kalian. Aku masih ingat itu. Itu tidak pernah terlupakan, dan aku tidak pernah menerimanya !!!!!! Tidak sedikitpun !!!!! Dan kalian katakan bahwa kalian memahami aku seperti layaknya seorang saudara ????? Tidak, kalian tidak memahami aku sama sekali. Kalian tidak mengerti siapa aku. Dalam pandangan kalian orang tidak pernah bisa berubah, orang akan selalu kerdil. Aku pun tidak merasa perlu mengenal kalian lagi.

Beberapa diantara kalian juga berkonflik denganku di politik kampus. Kita yang makan bersama, tinggal bersama, dan pada saat kita berada di kampus kita malah menjadi musuh yang saling mematikan. Mau dibungkus dengan kata-kata seindah apapun, pada dasarnya kita adalah musuh yang saling mematikan. I'm sleeping with the enemy. Mana mungkin aku berpura-pura kita sahabat sepanjang waktu ??? Sudahlah ....

Dan rekan-rekan mantan tandzim, kita berkonflik hebat. Sampai detik-detik terakhir kita di kampus, kita pun masih bertempur hebat. Saat aku didakwa dengan tuduhan bukan ADK, saat aku ditimpa oleh kebijakan konyol semacam qoror, amniya, dan tetek bengek keyakinan dahulu, yang semuanya menyakitkan. Apakah masalah itu selesai ?? Tidak !! Masalah itu tidak pernah selesai !! Karena masalah itu tidak pernah mau diselesaikan. Aku sudah mencoba, tapi kita masing-masing lebih memegang prinsip kelompok masing-masing. Masalah dibiarkan mengendap seiring dengan waktu, dan berharap bahwa waktu akan menyembuhkan semuanya. Diam sajalah, waktu pasti akan menyembuhkan semuanya. Apakah begitu ?? Tidak, tidak sama sekali. Inilah seburuk-buruk cara untuk menyelesaikan masalah, waktu tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang tidak pernah dibicarakan di mulut. Mulut kita selalu diam, aku pernah mencoba berteriak, dan kalianpun cuma diam. Apakah kalian kemudian berharap bahwa setelah bertahun-tahun kemudian kita bisa datang seolah tidak pernah ada sesuatu yang terjadi ??? TIDAK !!!!!! Luka itu masih ada. Luka itu akan selalu ada seperti bekas paku yang tercerabut.

Tapi sudahlah, apa gunanya sumpah serapah saat ini. Saya tidak bisa memaafkan, mungkin tidak akan pernah bisa memaafkan. Tapi saya berjanji akan melupakannya. Demi Tuhan jika saya bisa memutar kembali waktu, saya ingin sekali tidak pernah menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia, saya ingin sekali tidak pernah menandatangani kontrak PPSDMS. Apalah jadinya sebuah kemasyhuran jika kenyatan yang ada di baliknya jauh lebih banyak yang pahit ????

Sudahlah, kita bukan saudara. Kita memang bukan saudara, karena antara kita tidak pernah ada sikap seperti layaknya saudara. Apakah gunanya menyebut saudara jika hanya di bibir saja ???

Sudahlah, tolong hentikan. Tolong jauhi saya wahai kalian dari masa laluku, kalian orang-orang yang tidak pernah ingin kuingat lagi. Aku sudah menentukan siapa dari masa laluku yang masih ingin aku kenang. Sedikit memang, tapi sudahlah mungkin itu yang terbaik yang tersisa. Sudah tak perlu perbaiki hubungan antara kita. Maaf tak akan memperbaiki jembatan hubungan yang sudah patah di masa lalu.

Bagi saya kalian bukanlah saudara wahai orang-orang dari masa laluku. Mari kita lupakan saja. Aku senang dengan hidupku saat ini. Jujur aku senang melupakan kalian, dan ku pun terus berusaha melupakan disini. Saya tak ingin memperbaiki hubungan apapun di antara kita lagi. Tak perlu lagi mencoba mencari saya lagi. Jika kalian masih menghormati saya, tolong jauhilah saya. Mari kita tak perlu mengenal satu sama lain. Mungkin ini yang lebih baik.

Terima kasih.