Seperti janji saya sebelumnya, saya akan menceritakan perjalanan saya ke salah satu tempat wisata terbaik di Taiwan. Alishan (阿里山). Alishan ... alishan ....alishan .......
Alishan adalah salah satu dari 8 flagship sites (situs wisata unggulan Taiwan) yang terletak di daerah Chiayi di tengah Taiwan, yang dijuluki kota persik ( Peach City). Dari segi nama, Alishan berarti gunung Ali dalam bahasa Cina. Ada dua asal kata dari nama Alishan. Pertama kata Alishan berasal dari kata Jarissang, nama yang berasal dari bahasa aborigin lokal bagi tempat ini. Ada juga versi lain yang mengatakan bahwa nama Alishan berasal dari A-Ba-Li, dia adalah salah satu kepala suku aborigin yang pertama kali menjelajah daerah ini dan kemudian membangun pemukiman aborigin disini. Nama A-Ba-Li kemudian disingkat menjadi A-Li, yang menjadi asal nama Alishan sekarang.
Terlalu banyak keindahan dan hal-hal menarik mengenai Alishan. Yang pertama dan paling terkenal mungkin adalah Alishan Mountain Railway Forest atau Kereta Gunung Alishan. Alishan adalah salah satu dari hanya 3 kereta gunung yang tersisa di dunia saat ini. Dua lagi adalah Darjiling di India serta Semmering Railway di Austria. Menaiki kereta api Alishan merupakan pengalaman yang cukup menegangkan. Maklum kereta yang digunakan adalah kereta disesel kuno yang membuat kita kembali ke zaman kolonial dulu saat kereta api diesel ini banyak digunakan. Selama perjalanan juga, kita akan menembus pegunungan dan hutan-hutan Alishan yang masih liar dan indah. Total kereta gunung Alishan akan membawa kita dari ketinggian kurang lebih 20 m diatas permukaan laut di Chiayi menuju kota Alishan yang terletak di ketinggian 2400 m diatas permukaan laut.
Selama di perjalanan, kita bisa melihat indahnya pegunungan Alishan dan hutan-hutan di sekitarnya. Selama perjalanan juga kita akan melewati beberapa stasiun transit yang juga cukup terkenal, semisal stasiun Fencihu dimana kita bisa menikmati nasi kotak (Bian Dang) khas Fencihu, atau di Shueishiliao yang merupakan tempat perkebunan teh persis seperti di daerah Puncak, Jawa Barat.
Kereta gunung Alishan ini dibangun pada awalnya oleh pemerintahan Jepang di Taiwan pada tahun 1912. Tujuan awalnya adalah untuk mengangkut kayu-kayu dari hutan mengingat pada awalnya pegunungan Alishan dijadikan daerah penebangan kayu untuk keperluan industri saat itu. Saat perang dunia II berakhir tahun 1945, pemerintah Taiwan merasa perlu melindungi daerah ini. Sehingga aktivitas penebangan hutan disini pun dihentikan. Sejak saat itu, Alishan menjadi daerah konservasi dan kereta gunung yang sebelumnya menjadi sarana pengangkutan kayu kemudian diubah menjadi alat transportasi wisatawan. Berbeda dari kereta api kebanyakan di Taiwan yang dikelola oleh departemen perkeretaapian, kereta gunung Alishan dikelola oleh departemen kehutaman (Department of Forestry). Mungkin karena kereta gunung ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hutan lindung Alishan sehingga benar-benar dilindungi.
Perjalanan naik ke Alishan menggunakan kereta memang sangat disukai oleh para wisatawan. Selain karena lebih memudahkan untuk menikmati pemandangan alam sepanjang perjalanan, juga karena kesan bersejarah dari kereta gunung Alishan yang merupakan salah satu dari 3 kereta gunung tersisa ini. Hanya saja sebenarnya menggunakan kereta cukup lama dan kurang nyaman. Total butuh 4 jam dari stasiun Chiayi ke stasiun Alishan yang merupakan stasiun stasiun terakhir. Kereta gunung yang digunakan juga kereta diesel tahun 50-an jadi bisa dibayangkan sendiri kenyamanannya jika dibandingkan kereta eksekutif jaman sekarang. Jalur kereta ke atas juga ada yang amblas di beberapa tempat mengingat Alishan adalah tempat yang rutin diguyur air hujan, sehingga terus diperbaiki. Tahun 2004, pernah terjadi kecelakaan di tempat ini yang merenggut 17 nyawa. Namun setelah itu pemerintah Taiwan mencoba meningkatkan keamanan kereta sehingga kecelakaan yang sama tidak pernah terjadi lagi.
Sebenarnya Alishan sangat potensial untuk menjadi situs warisan dunia (World Heritage Site), mengingat 2 situs kereta gunung lainnya yakni Darjeeling dan Semmering sudah menjadi World Heritage Site. Hanya saja Taiwan masih terkendala pada pengakuan luar negerinya, sehingga untuk menjadi WHS yang merupakan situs resmi PBB masih sulit dalam waktu dekat ini.
Setelah melalui 4 jam perjalanan melelahkan, tibalah kita di tujuan utama kita. Alishan National Recreation Area. Tidak terkatakan uniknya tempat ini. Alishan mungkin adalah kebalikan dari pantai Kenting di selatan Taiwan. Jika Kenting selalu panas walaupun di musim dingin, maka Alishan sebaliknya, selalu dingin walaupun di musim panas. Suhu di tempat ini tidak pernah lebih tinggi dari 20 derajat celcius. Di musim dingin, salju biasa turun disini. Tempat ini benar-benar mirip resort pegunungan khas Swiss. Ditambah lagi pegunungan alamnya yang sangat indah dipandang serta daerah konsevasi di sekitar Alishan yang menjamin keasrian lokasi wisata ini.
Alishan adalah salah satu dari 8 flagship sites (situs wisata unggulan Taiwan) yang terletak di daerah Chiayi di tengah Taiwan, yang dijuluki kota persik ( Peach City). Dari segi nama, Alishan berarti gunung Ali dalam bahasa Cina. Ada dua asal kata dari nama Alishan. Pertama kata Alishan berasal dari kata Jarissang, nama yang berasal dari bahasa aborigin lokal bagi tempat ini. Ada juga versi lain yang mengatakan bahwa nama Alishan berasal dari A-Ba-Li, dia adalah salah satu kepala suku aborigin yang pertama kali menjelajah daerah ini dan kemudian membangun pemukiman aborigin disini. Nama A-Ba-Li kemudian disingkat menjadi A-Li, yang menjadi asal nama Alishan sekarang.
Terlalu banyak keindahan dan hal-hal menarik mengenai Alishan. Yang pertama dan paling terkenal mungkin adalah Alishan Mountain Railway Forest atau Kereta Gunung Alishan. Alishan adalah salah satu dari hanya 3 kereta gunung yang tersisa di dunia saat ini. Dua lagi adalah Darjiling di India serta Semmering Railway di Austria. Menaiki kereta api Alishan merupakan pengalaman yang cukup menegangkan. Maklum kereta yang digunakan adalah kereta disesel kuno yang membuat kita kembali ke zaman kolonial dulu saat kereta api diesel ini banyak digunakan. Selama perjalanan juga, kita akan menembus pegunungan dan hutan-hutan Alishan yang masih liar dan indah. Total kereta gunung Alishan akan membawa kita dari ketinggian kurang lebih 20 m diatas permukaan laut di Chiayi menuju kota Alishan yang terletak di ketinggian 2400 m diatas permukaan laut.
Selama di perjalanan, kita bisa melihat indahnya pegunungan Alishan dan hutan-hutan di sekitarnya. Selama perjalanan juga kita akan melewati beberapa stasiun transit yang juga cukup terkenal, semisal stasiun Fencihu dimana kita bisa menikmati nasi kotak (Bian Dang) khas Fencihu, atau di Shueishiliao yang merupakan tempat perkebunan teh persis seperti di daerah Puncak, Jawa Barat.
Kereta gunung Alishan ini dibangun pada awalnya oleh pemerintahan Jepang di Taiwan pada tahun 1912. Tujuan awalnya adalah untuk mengangkut kayu-kayu dari hutan mengingat pada awalnya pegunungan Alishan dijadikan daerah penebangan kayu untuk keperluan industri saat itu. Saat perang dunia II berakhir tahun 1945, pemerintah Taiwan merasa perlu melindungi daerah ini. Sehingga aktivitas penebangan hutan disini pun dihentikan. Sejak saat itu, Alishan menjadi daerah konservasi dan kereta gunung yang sebelumnya menjadi sarana pengangkutan kayu kemudian diubah menjadi alat transportasi wisatawan. Berbeda dari kereta api kebanyakan di Taiwan yang dikelola oleh departemen perkeretaapian, kereta gunung Alishan dikelola oleh departemen kehutaman (Department of Forestry). Mungkin karena kereta gunung ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hutan lindung Alishan sehingga benar-benar dilindungi.
Perjalanan naik ke Alishan menggunakan kereta memang sangat disukai oleh para wisatawan. Selain karena lebih memudahkan untuk menikmati pemandangan alam sepanjang perjalanan, juga karena kesan bersejarah dari kereta gunung Alishan yang merupakan salah satu dari 3 kereta gunung tersisa ini. Hanya saja sebenarnya menggunakan kereta cukup lama dan kurang nyaman. Total butuh 4 jam dari stasiun Chiayi ke stasiun Alishan yang merupakan stasiun stasiun terakhir. Kereta gunung yang digunakan juga kereta diesel tahun 50-an jadi bisa dibayangkan sendiri kenyamanannya jika dibandingkan kereta eksekutif jaman sekarang. Jalur kereta ke atas juga ada yang amblas di beberapa tempat mengingat Alishan adalah tempat yang rutin diguyur air hujan, sehingga terus diperbaiki. Tahun 2004, pernah terjadi kecelakaan di tempat ini yang merenggut 17 nyawa. Namun setelah itu pemerintah Taiwan mencoba meningkatkan keamanan kereta sehingga kecelakaan yang sama tidak pernah terjadi lagi.
Sebenarnya Alishan sangat potensial untuk menjadi situs warisan dunia (World Heritage Site), mengingat 2 situs kereta gunung lainnya yakni Darjeeling dan Semmering sudah menjadi World Heritage Site. Hanya saja Taiwan masih terkendala pada pengakuan luar negerinya, sehingga untuk menjadi WHS yang merupakan situs resmi PBB masih sulit dalam waktu dekat ini.
Setelah melalui 4 jam perjalanan melelahkan, tibalah kita di tujuan utama kita. Alishan National Recreation Area. Tidak terkatakan uniknya tempat ini. Alishan mungkin adalah kebalikan dari pantai Kenting di selatan Taiwan. Jika Kenting selalu panas walaupun di musim dingin, maka Alishan sebaliknya, selalu dingin walaupun di musim panas. Suhu di tempat ini tidak pernah lebih tinggi dari 20 derajat celcius. Di musim dingin, salju biasa turun disini. Tempat ini benar-benar mirip resort pegunungan khas Swiss. Ditambah lagi pegunungan alamnya yang sangat indah dipandang serta daerah konsevasi di sekitar Alishan yang menjamin keasrian lokasi wisata ini.
Satu lagi keunikan Alishan adalah Alishan merupakan tempat salah satu suku aborigin asli Taiwan yakni suku Tsou (Tsou tribe). Suku Tsou inilah yang pertama kali mendiami wilayah Alishan sebelum berubah menjadi terkenal seperti sekarang.
Di welcoming board Alishan
Di alun-alun Alishan
Sebenarnya Alishan pun tidak kuno-kunoa banget. Kita bisa menemukan toko kelontong macam 7 eleven disini. Ada juga beberapa bangunan unik di sini semisal Alishan Visitor Center yang sangat sederhana tapi cukup banyak menjelaskan mengenai sejarah Alishan, kemudian juga ada kantor pos Alishan yang bergaya kuil Buddha dan merupakan kantor pos yang tertinggi dari permukaan laut di seluruh Taiwan.
Datang ke Alishan berarti sudah siap untuk bermalam minimal sehari disini. Bukan apa-apa, transportasi memang cukup sulit disini. Kereta hanya ada sekali sehari setiap jam 13.00 yang akan membawa penumpang naik dan turun, sedangkan shuttle bus menuju Chiayi hanya tersedia sampai jam 5 sore. Jadi memang kita harus merencanakan penginapan dengan baik.
Saat puncaknya liburan, daerah hotel di Alishan bisa sangat penuh. Selain itu harga hotelnya pun terbilang cukup mahal. Bagi para backpackers, bisa menemukan alternatif dengan cara menginap di rumah penduduk. Biasanya penduduk lokal Alishan sudah menyulap rumahnya sehingga bisa dijadikan sebagai kos-kosan tempat menginap. Jika kamar kelas ekonomi di hotel yang ada di Alishan bisa memakan harga minimal 2500 NT, menginap di rumah penduduk bisa hanya menghabiskan 1000 NT tergantung dari cara kita menawar.
Karena saya baru sampai di Alishan pada pukul 5 sore, maka sudah terlalu telat untuk bis jalan-jalan di sekitar hutan. Jadilah acara hari pertama cuma dihabiskan untuk cari penginapan dan belanja oleh. Alhamdulillah dibanding di pusat aborigin Pingtung, oleh-oleh kerjainan tangan aborigin Taiwan disini lumayan murah. Satu pengalaman menarik saya disini adalah saya bertemu dengan seorang TKW asal Subang yang rupanya sudah bekerja di Alishan selama 3 tahun. Luar biasa. Bahkan di salah satu perbukitan tertinggi di Taiwan pun saya bisa temukan orang Indonesia. Benar-benar bangsaku tercinta, bangsa perantau dan pekerja keras. Hal yang positif sebenarnya, cuman kita selalu beranggapan bahwa menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) adalah hal yang rendah. Dan juga perlindungan pemerintah terhadap mereka juga setengah-setengah. Padahal mereka adalah penghasil devisa terbesar Indonesia. Dasar nih pemerintah kita .... Tapi yah ambil baiknya, minimal saya dapat diskon yang lumayan untuk membeli souvenir karena dibantu oleh si mbak sehingga cukup banyak yang bisa saya borong balik ke Taipei.
Baru deh di pagi harinya, kita mulai acara jalan-jalan menikmati pegunungan ini. Untuk menikmati Alishan, maka kita harus bangun pagi-pagi sekali. Karena salah satu pemandangan unik di Alishan adalah pemandangan matahari terbit di balik gunung yang sangat indah. Alhamdulillah karena sudah terbiasa bangun subuh, maka saya tidak kesulitan untuk mengejar jadwal matahari terbit yang pada hari senin kemarin sekitar pukul 05.25 pagi. Cuma untuk menikmati pemandangan matahari terbit ini, kita mesti berjalan dulu sekitar 15 menit ke tempat pengamatan (Viewing Lot). Ada dua viewing lot yang bisa kita gunakan. Pertama adalah viewing lot di Jhaoping trail yang lumayan jauh, dan ada juga Chushan Footpath yang terletak persis ti pinggir rel kereta api. Disana kita bisa melihat matahari terbit dari balik gunung Yushan (Jade Mountain), gunung tertinggi di seluruh Asia Timur. Bagi saya pribadi, benar-benar pengalaman berharga bisa melihat sunrise di Alishan kemarin.
Baru deh setelah kita menikmati sunrise, kemudian kita bisa menikmati suasana hutan lindung sekitar Alishan. Sayangnya di bagian ini baterai kamera saya sudah habis (T_T), jadi hanya sedikit dokumentasi yang bisa saya dapatkan. Anyway, hutan Alishan rata-rata diisi ileh pohon cypress merah (red cypress) khas Taiwan. Ini adalah jenis pohon yang hanya tumbuh di daerah subtropis macam Taiwan. Ada 2 alur hutan (tree trail) yang bisa kita tempuh. Disana kita bisa melihat beberapa pohon cypress besar dengan ketinggian mencapai 28 meter lebih dan usia yang tidak kurang dari 800 tahun. Jadi pohon-pohon ini sudah ada sebelum Taiwan dihuni oleh masyarakat Cina dan didatangi bangsa Eropa. Luar biasa. Beberapa pohon bahkan ada yang dianggap suci oleh suku aborigin sehingga sangat dilindungi. Bangsa Jepang bahkan meninggalkan sebuah pagoda yang dinamakan Pagoda of Tree Spirit (Pagoda Roh Pohon). Karena orang-orang Jepang percaya bahwa dalam setiap benda terkandung roh. Pohon juga termasuk. Karena saat pendudukan Jepang di Taiwan dulu banyak pohon-pohon Alishan yang ditebang, maka mereka membangun pagoda ini sebagai bentuk permohonan maaf kepada sang roh pohon karena telah ditebang.
Kita juga bisa menemukan Sister Ponds. Dua danau kecil yang terletak di tengah hutan. Menurut legenda, dulu ada dua orang saudara perempuan suku aborigin yang mencintai pria yang sama. Mereka tidak ingin saling menyakiti saudarinya yang lain, tapi juga tidak mau kehilangan sang pujaan hati. Maka sebagai gantinya, mereka menceburkan dirinya ke danau. Ada dua danau disana, danau yang besar dinamakan the elder sister dan yang lebih kecil dinamakan the younger sister.
Beberapa bunga Magnolia masih ada yang bermekaran di Alishan walaupun sudah masuk musim panas. Suasana bunga ini benar-benar menambah indah Alishan. Saya tidak menyesal kesini walaupun kata orang lebih enak ke Alishan di awal musim semi. Lagipula walaupun sudah musim panas seperti ini, Alishan tetap saja ramai dikunjungi orang. Benar-benar pengalaman yang berharga dan indah.
Sebagai penutup, ada oleh-oleh foto dari sebuah pohon cypress yang unik. Pohon ini dinamakan Elephant Trunk. Aslinya ini adalah akar pohon cypress tua yang sudah tumbang, namun kalau dilihat sekilas memang mirip dengan wajah seekor gajah. Bisakah anda melihatnya ??? Ha...ha... salam dari Alishan.
Datang ke Alishan berarti sudah siap untuk bermalam minimal sehari disini. Bukan apa-apa, transportasi memang cukup sulit disini. Kereta hanya ada sekali sehari setiap jam 13.00 yang akan membawa penumpang naik dan turun, sedangkan shuttle bus menuju Chiayi hanya tersedia sampai jam 5 sore. Jadi memang kita harus merencanakan penginapan dengan baik.
Saat puncaknya liburan, daerah hotel di Alishan bisa sangat penuh. Selain itu harga hotelnya pun terbilang cukup mahal. Bagi para backpackers, bisa menemukan alternatif dengan cara menginap di rumah penduduk. Biasanya penduduk lokal Alishan sudah menyulap rumahnya sehingga bisa dijadikan sebagai kos-kosan tempat menginap. Jika kamar kelas ekonomi di hotel yang ada di Alishan bisa memakan harga minimal 2500 NT, menginap di rumah penduduk bisa hanya menghabiskan 1000 NT tergantung dari cara kita menawar.
Karena saya baru sampai di Alishan pada pukul 5 sore, maka sudah terlalu telat untuk bis jalan-jalan di sekitar hutan. Jadilah acara hari pertama cuma dihabiskan untuk cari penginapan dan belanja oleh. Alhamdulillah dibanding di pusat aborigin Pingtung, oleh-oleh kerjainan tangan aborigin Taiwan disini lumayan murah. Satu pengalaman menarik saya disini adalah saya bertemu dengan seorang TKW asal Subang yang rupanya sudah bekerja di Alishan selama 3 tahun. Luar biasa. Bahkan di salah satu perbukitan tertinggi di Taiwan pun saya bisa temukan orang Indonesia. Benar-benar bangsaku tercinta, bangsa perantau dan pekerja keras. Hal yang positif sebenarnya, cuman kita selalu beranggapan bahwa menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) adalah hal yang rendah. Dan juga perlindungan pemerintah terhadap mereka juga setengah-setengah. Padahal mereka adalah penghasil devisa terbesar Indonesia. Dasar nih pemerintah kita .... Tapi yah ambil baiknya, minimal saya dapat diskon yang lumayan untuk membeli souvenir karena dibantu oleh si mbak sehingga cukup banyak yang bisa saya borong balik ke Taipei.
Baru deh di pagi harinya, kita mulai acara jalan-jalan menikmati pegunungan ini. Untuk menikmati Alishan, maka kita harus bangun pagi-pagi sekali. Karena salah satu pemandangan unik di Alishan adalah pemandangan matahari terbit di balik gunung yang sangat indah. Alhamdulillah karena sudah terbiasa bangun subuh, maka saya tidak kesulitan untuk mengejar jadwal matahari terbit yang pada hari senin kemarin sekitar pukul 05.25 pagi. Cuma untuk menikmati pemandangan matahari terbit ini, kita mesti berjalan dulu sekitar 15 menit ke tempat pengamatan (Viewing Lot). Ada dua viewing lot yang bisa kita gunakan. Pertama adalah viewing lot di Jhaoping trail yang lumayan jauh, dan ada juga Chushan Footpath yang terletak persis ti pinggir rel kereta api. Disana kita bisa melihat matahari terbit dari balik gunung Yushan (Jade Mountain), gunung tertinggi di seluruh Asia Timur. Bagi saya pribadi, benar-benar pengalaman berharga bisa melihat sunrise di Alishan kemarin.
Baru deh setelah kita menikmati sunrise, kemudian kita bisa menikmati suasana hutan lindung sekitar Alishan. Sayangnya di bagian ini baterai kamera saya sudah habis (T_T), jadi hanya sedikit dokumentasi yang bisa saya dapatkan. Anyway, hutan Alishan rata-rata diisi ileh pohon cypress merah (red cypress) khas Taiwan. Ini adalah jenis pohon yang hanya tumbuh di daerah subtropis macam Taiwan. Ada 2 alur hutan (tree trail) yang bisa kita tempuh. Disana kita bisa melihat beberapa pohon cypress besar dengan ketinggian mencapai 28 meter lebih dan usia yang tidak kurang dari 800 tahun. Jadi pohon-pohon ini sudah ada sebelum Taiwan dihuni oleh masyarakat Cina dan didatangi bangsa Eropa. Luar biasa. Beberapa pohon bahkan ada yang dianggap suci oleh suku aborigin sehingga sangat dilindungi. Bangsa Jepang bahkan meninggalkan sebuah pagoda yang dinamakan Pagoda of Tree Spirit (Pagoda Roh Pohon). Karena orang-orang Jepang percaya bahwa dalam setiap benda terkandung roh. Pohon juga termasuk. Karena saat pendudukan Jepang di Taiwan dulu banyak pohon-pohon Alishan yang ditebang, maka mereka membangun pagoda ini sebagai bentuk permohonan maaf kepada sang roh pohon karena telah ditebang.
Kita juga bisa menemukan Sister Ponds. Dua danau kecil yang terletak di tengah hutan. Menurut legenda, dulu ada dua orang saudara perempuan suku aborigin yang mencintai pria yang sama. Mereka tidak ingin saling menyakiti saudarinya yang lain, tapi juga tidak mau kehilangan sang pujaan hati. Maka sebagai gantinya, mereka menceburkan dirinya ke danau. Ada dua danau disana, danau yang besar dinamakan the elder sister dan yang lebih kecil dinamakan the younger sister.
Beberapa bunga Magnolia masih ada yang bermekaran di Alishan walaupun sudah masuk musim panas. Suasana bunga ini benar-benar menambah indah Alishan. Saya tidak menyesal kesini walaupun kata orang lebih enak ke Alishan di awal musim semi. Lagipula walaupun sudah musim panas seperti ini, Alishan tetap saja ramai dikunjungi orang. Benar-benar pengalaman yang berharga dan indah.
Sebagai penutup, ada oleh-oleh foto dari sebuah pohon cypress yang unik. Pohon ini dinamakan Elephant Trunk. Aslinya ini adalah akar pohon cypress tua yang sudah tumbang, namun kalau dilihat sekilas memang mirip dengan wajah seekor gajah. Bisakah anda melihatnya ??? Ha...ha... salam dari Alishan.